Suara.com - Meski sudah menguasai tiga blok migas besar di Indonesia, produksi minyak Pertamina tidak menunjukan hasil yang menggembirakan. Justru, setelah diambilalih, produksi minyak dan gas justru mengalami penurunan dibandingkan saat dikelola operator sebelumnya.
Pengamat Energi UGM Fahmy Radhi mengungkapkan, sebelum diakusisi Pertamina, Blok Mahakam bisa menghasilkan 50,46 ribu barrel minyak bumi. Namun setelah diakusisi justru turun menjadi 44,63 ribu barel. Untuk gas juga mengalami penurunan produksi dari 1,22 juta MMSCFD jadi 0,93 MMSCFD.
"Padahal cadangan yang ada di Blok Mahakam masih besar meski sudah 50 tahun. Kondisi serupa juga terjadi di Blok Rokan dan Corridor," ujarnya dalam Diskusi Publik "Perpanjangan Blok Migas, Antara Nasionalisasi vs Kepentingan Negara" di UPN Veteran Yogyakarta pada Jumat (16/8/2019) sore.
Di sisi lain, menurut Fahmy, sejak 2014 defisit neraca migas justru terus membesar. Puncaknya pada Juli 2019 lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan keluhannya dan meminta Kementerian BUMN dan ESDM untuk melakukan langkah-langkah mengurangi defisit neraca migas.
"Presiden sampai meminta kementerian untuk memberikan porsi terbesar dalam defisit neraca perdagangan Indonesia yang terus membesar sehingga menyebabkan perekonomian tumbuh stagnan," katanya.
Untuk diketahui, kekinian, Pertamina sudah menguasai tiga blok migas terbesar di Indonesia. Yakni Blok Mahamam, Blok Rokan di Riau dan Blok Corridor di Musi.
Selain itu, kepemilikan saham Pertamina atas ketiga blok tersebut pun mengalami peningkatan. Jika Mahakam dan Rokan sudah dimiliki 100 persen Pertamina, maka saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu di Blok Koridor yang awalnya baru 10 persen, kini menjadi 30 persen.
Sementara, Tenaga Ahli SKK Migas Sulistya Hastuti Wahyu mengungkapkan penurunan produksi minyak itu salah satunya karena jumlah sumur minyak yang juga berkurang. Jika sebelum diakusisi Pertamina jumlah sumur minyak di tiga blok itu mencapai 120 unit, kini tidak lebih dari 100 sumur.
"Padahal untuk laju produski harus mengebor sumur-sumur baru," tandasnya.
Baca Juga: Pertamina Target Produksi Minyak Nasional Capai 60 persen
Guru Besar Teknologi Kelautan ITS Mukhtasor menyebut untuk memaksimalkan produksi minyak dan kinerja Pertamina, pemerintah semestinya tidak bisa serta merta mengambil alih seluruh saham di tiga blok dalam satu waktu. Namun, pengalihan perlu dilakukan secara bertahap agar Pertamina memiliki kesiapan yang optimal.
Sebab, menurut mantan Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) itu, kinerja Pertamina karena efisiensi yang rendah juga terus terjadi. Padahal di tahun 2016, Pertamina mampu menghasilkan laba terbesar sepanjang sejarah hingga mengalahkan laba Petronas.
"Melihat kondisi Pertamina saat ini yang masih terus bongkar pasang manajemen, kemudian kinerja yang menurun, dapat dibayangkan bagaimana nasib produksi migas nasional jika diserahkan semuanya kepada Pertamina," katanya.
Perubahan serentak antarstakeholder pun harus dilakukan untuk memaksimalkan manfaat Pertamina. Dengan perbaikan roadmap manajemen dan teknologi, maka kedaulatan energi bisa dicapai Indonesia.
"Harus simultan antarsektor untuk bisa mencapai kedaulatan energi," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
Terkini
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
Meski Banyak Kasus Keracunan, Luhut Mau MBG Jalan Terus
-
Pertamina Siapkan Kualitas SDM Pelopor Ketahanan Pangan dan Transisi Energi
-
Dituding Bahlil Salah Baca Data Subsidi LPG 3 Kg, Menkeu Purbaya: Mungkin Cara Lihatnya yang Beda
-
Pertamina Pastikan Kesiapan SPBU di Lombok Jelang MotoGP Mandalika
-
Harga Emas Turun Hari Ini: Galeri 24 Anjlok Jadi 2,2 Jutaan, Emas Antam Menarik Dibeli?
-
Dukung MotoGP Mandalika 2025, Telkomsel Hadirkan 300 BTS 4G/LTE & Hyper 5G
-
Daftar Pinjol Ilegal Oktober 2025: Ini Cara Cek Izin Pinjaman di OJK
-
Cara Hitung Bunga Deposito Tabungan 2025