"Walaupun respons petani terhadap bantuan alsintan ini sangat baik, ada rekomendasi dari kita, agar ke depan lebih baik," kata Birawa.
Pemerintah harus meningkatkan kuantitas dan kualitas alsintan yang disalurkan ke petani. Pemerintah juga harus memberikan bimbingan kepada petani terkait pengoperasiannya, kemudian harus ada survei lapangan sebelumnya, agar alsintan yang diberikan sesuai untuk daerahnya.
Pemberian bantuan alsintan yang cukup besar tentu ada dampak positifnya. Bukan sebatas lebih efisien, hemat tenaga dan biaya, tapi juga memudahkan kerja sama untuk saling pinjam antar petani.
Bukan hanya itu, di petani jadi ada usaha baru, yakni jasa peminjaman alat pertanian UPJA.
"Tetapi ini butuh ada bimbingan yang lebih intens dari penyuluh, karena ada beberapa petani tidak bisa mengoperasikan. Selain itu, perlu ada survei lapangan untuk pemberian bantuan agar tepat sasaran, wilayah dan waktu," saran Birawa.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy mengapresiasi hasil survei mahasiswa tersebut. Ia menegaskan, pemerintah pasti mendengarkan semua masukan.
"Semua masukan posistif pasti kita dengarkan. Hingga saat ini, Kementan terus meningkatkan mekanisasi pertanian. Tentu tidak hanya kuantitas saja, tetapi juga kualitasnya," katanya.
Mekanisasi pertanian di Indonesia terus meningkat sejak lima tahun terakhir. Ke depan, mekanisasi pertanian akan terus didorong untuk meningkatkan efisiensi usaha tani serta meningkatkan gairah anak muda untuk terjun ke sektor pertanian.
Berdasarkan data Food and Agriculture Organisation (FAO), mekanisasi pertanian nasional hanya 0,04 horsepower (HP), sementara pada tahun 2019, mekanisasi mencapai angka 2,15 HP.
Baca Juga: Kementan Dukung Program Prioritas Toli-Toli Pertahankan Lahan Pertanian
Semakin tinggi HP, maka semakin tinggi pula keterlibatan kerja sebuah mesin dalam kegiatan produksi, termasuk pertanian.
"Mekanisasi pertanian memberikan manfaat bagi kesejahteraan petani. Hal itu pula yang bakal menjadi daya tarik bagi generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian dan mengembangkan komoditas yang ada," tutur Sarwo.
Berita Terkait
-
Kementan Dorong Pengendalian Penyakit Blas dengan Agens Hayati
-
Kementan Buka Akses Pasar Pisang Raja Sumatera
-
Kementan Ajak Milenial Manfaatkan Teknologi untuk Tingkatkan Daya Saing
-
Kopi Asal Kintamani Makin Digemari Pasar Dunia
-
Guru Besar IPB : Pembangunan Pertanian 5 Tahun Terakhir Dilakukan Optimal
Terpopuler
- 17 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 20 September: Klaim Pemain 110-111 dan Jutaan Koin
- Prompt Gemini AI untuk Edit Foto Masa Kecil Bareng Pacar, Hasil Realistis dan Lucu
- Siapa Zamroni Aziz? Kepala Kanwil Kemenag NTB, Viral Lempar Gagang Mikrofon Saat Lantik Pejabat!
- Bali United: 1 Kemenangan, 2 Kekalahan, Johnny Jansen Dipecat?
- Jelajah Rasa! Ini Daftar Kota di Jawa Tengah yang Jadi Surganya Pecinta Kuliner
Pilihan
-
Hasil BRI Super League: Persib Menang Comeback Atas Arema FC
-
Malaysia Turunin Harga Bensin, Netizen Indonesia Auto Julid: Di Sini yang Turun Hujan Doang!
-
Drama Bilqis dan Enji: Ayu Ting Ting Ungkap Kebenaran yang Selama Ini Disembunyikan
-
Rapor Dean James: Kunci Kemenangan Go Ahead di Derby Lawan PEC Zwolle
-
Nostalgia 90-an: Kisah Tragis Marco Materazzi yang Nyaris Tenggelam di Everton
Terkini
-
Akui Bunga Kredit Perbankan Lambat Turun, BI Minta Tolong ke Pemerintah dan Pengusaha
-
RS Azra Percayakan Implementasi Host Bridging System Kepada AdMedika Untuk Percepat Layanan Pasien
-
5 Fakta Krisis Singapura: Harga Sewa Melambung hingga Restoran Tutup
-
Lowongan Kerja Kemenko PM September 2025: dari Videografer sampai Social Media Specialist
-
IHSG Loyo Didorong Pelemahan Rupiah
-
Menkeu Purbaya Bisa Andalkan Sektor Migas untuk Kejar Target Ekonomi Tumbuh 6 Persen
-
Merasa Terlindungi, Guru di Sukabumi Ceritakan Pengalaman Positif dengan JKN
-
Rupiah Terkapar Tak Berdaya Lawan Dolar AS Hari ini ke Level Rp 16.600
-
BTN Syariah Akan Berubah Jadi Bank Syariah Nasional, Layani Tabungan Emas Hingga Haji
-
CFX Catat Transaksi Derivatif Kripto Tembus Rp73,8 Triliun