Suara.com - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan penurunan suku bunga acuan yang dilakukan Bank Indonesia (BI) saat ini belum mampu untuk menstimulus kinerja bank-bank dalam negeri keluar dari masalah likuiditas yang ketat. Besaran suku bunga yang diturunkan BI sebesar 25 bps atau menjadi 5 persen.
Dia bilang, masalahnya saat ini Loan Deposit Ratio (LDR) bank secara rata-rata mencapai 94,6 persen yang artinya bank mati-matian harus berebut dana murah.
"Tapi di saat kondisi likuiditas bank mengetat maka transmisi nya akan sangat lambat. Jadi dampak penurunan ke suku bunga KPR pun akan relatif lama," kata Bhima saat dihubungi Suara.com, Minggu (27/10/2019).
"Jika bank terlalu cepat ikuti BI (respons penurunan suku bunga) khawatir dana akan pindah ke bank yang mempertahankan bunga tinggi," tambah Bhima.
Bhima menjelaskan saat ini persaingan antar 115 bank dinilai membuat bank bank kecil paling menderita di tengah perang likuiditas.
"Merger dan akuisisi berjalan sangat lambat. Idealnya OJK juga harus mendorong konsolidasi perbankan agar transmisi penurunan bunga acuan lebih cepat," ucapnya.
"Jadi masalah yang harus dipecahkan adalah pelonggaran likuiditas. BI bisa turunkan lagi GWM (Giro Wajib Minimum) nya atau lakukan operasi moneter lain," tambah Bhima.
Maka dari lanjut Bhima, untuk bank yang likuiditasnya ketat, pilihan menawarkan obligasi bisa jadi alternatif pendanaan. Namun, di tengah resiko pasar yang naik, tidak semua bank bisa terbitkan obligasi dan laku.
"Bank kecil misalnya, cenderung konservatif. Mau terbitkan obligasi khawatir bunga nya juga mahal, dan segmentasi pembelinya terbatas. Jadi tidak semua bank bisa dengan cara terbitkan obligasi. Buat bank buku 3 dan 4 relatif mudah," katanya.
Baca Juga: Suku Bunga Acuan BI Turun Lagi 25 Basis Poin Jadi 5 Persen
Berita Terkait
-
Gubernur BI Bantah Dana Asing Kabur karena Pengumuman Menteri Jokowi
-
Suku Bunga Acuan BI Turun Lagi 25 Basis Poin Jadi 5 Persen
-
Rupiah Diprediksi Menguat Setelah Jokowi Umumkan Nama-nama Menteri
-
Profil Darmin Nasution, Kandidat Menko Perekonomian Periode Kedua Jokowi
-
Utang Indonesia Naik Lagi, Hingga Agustus 2019 Capai Rp 5.589,5 Triliun
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
Terkini
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Tahun 2025, Update Terbaru OJK Desember
-
Daftar Bank yang Tutup dan 'Bangkrut' Selama Tahun 2025
-
Pemerintah Kucurkan Bantuan Bencana Sumatra: Korban Banjir Terima Rp8 Juta hingga Hunian Sementara
-
Apa Itu MADAS? Ormas Madura Viral Pasca Kasus Usir Lansia di Surabaya
-
Investasi Semakin Mudah, BRI Hadirkan Fitur Reksa Dana di Super Apps BRImo
-
IPO SUPA Sukses Besar, Grup Emtek Mau Apa Lagi?
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
BUMN Infrastruktur Targetkan Bangun 15 Ribu Huntara untuk Pemulihan Sumatra
-
Menpar Akui Wisatawan Domestik ke Bali Turun saat Nataru 2025, Ini Penyebabnya
-
Pemerintah Klaim Upah di Kawasan Industri Sudah di Atas UMP, Dorong Skema Berbasis Produktivitas