Suara.com - Sebanyak 500 ton beras Bulog di Subdivre Tanjungpinang, Kepulauan Riau, dinyatakan tidak layak konsumsi karena melebihi batas maksimum penyimpanan selama empat bulan.
Kepala Bulog Subdivre Tanjungpinang, Edison mengatakan, beras turun mutu tersebut masih tersimpan di gudang Bulog, sambil menunggu instruksi pusat apakah dimusnahkan atau dijual ke industri pengolahan.
"Kebijakannya ada di pusat, kami masih menunggu. Intinya tak layak konsumsi lagi oleh manusia maupun hewan," kata Edison di Tanjungpinang, Sabtu (7/12/2019).
Kendati demikian, kata dia, saat ini gudang Bulog Tanjungpinang masih menyimpan 2.500 ton beras layak konsumsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di lima kabupaten/kota se Kepri.
Lima wilayah itu berada di bawah kendali Bulog Subdivre Tanjungpinang, antara lain Kabupaten Bintan, Kabupaten Anambas, Kabupaten Lingga, Kabupaten Natuna, dan Kota Tanjungpinang.
Cadangan beras tersebut, lanjut Edison, akan mampu bertahan selama empat hingga lima bulan ke depan.
"Sebulan kebutuhan beras untuk lima wilayah Bulog Subdivre Tanjungpinang sekitar 500 ton," sebut Edison.
Sementara secara nasional, Dirut Perum Bulog, Budi Waseso menyebutkan bahwa setidaknya ada 20.000 ton Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang sudah dinyatakan rusak atau turun mutu, setelah melalui pemeriksaan laboratorium yang direkomendasikan Badan POM dan Kementerian Pertanian.
Sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 38 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP), disebutkan bahwa CBP harus dilakukan disposal (pembuangan) apabila telah melampaui batas waktu simpan paling sedikit empat bulan atau berpotensi dan atau mengalami penurunan mutu.
Baca Juga: Sudjiwo Tedjo Sindir 20.000 Ton Beras Turun Mutu Milik Bulog
"Beras tersebut sebenarnya masih memiliki manfaat dengan melakukan pengolahan, penukaran, penjualan di bawah HET, serta dihibahkan untuk bantuan kemanusiaan," kata Buwas.
Mantan Kepala BNN itu pun membeberkan sejumlah skema untuk disposal beras CBP, antara lain diolah kembali menjadi tepung beras, pakan ayam, hingga menjadi bahan lainnya yang tidak bisa dikonsumsi lagi, yakni menjadi etanol. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Babak Baru Industri Kripto, DPR Ungkap Revisi UU P2SK Tegaskan Kewenangan OJK
-
Punya Kekayaan Rp76 M, Ini Pekerjaan Ade Kuswara Sebelum Jabat Bupati Bekasi
-
DPR Sebut Revisi UU P2SK Bisa Lindungi Nasabah Kripto
-
Hotel Amankila Bali Mendadak Viral Usai Diduga Muncul di Epstein Files
-
Ekspansi Agresif PIK2, Ada 'Aksi Strategis' saat PANI Caplok Saham CBDK
-
Tak Ada Jeda Waktu, Pembatasan Truk di Tol Berlaku Non-stop Hingga 4 Januari
-
Akses Terputus, Ribuan Liter BBM Tiba di Takengon Aceh Lewat Udara dan Darat
-
Kepemilikan NPWP Jadi Syarat Mutlak Koperasi Jika Ingin Naik Kelas
-
Kemenkeu Salurkan Rp 268 Miliar ke Korban Bencana Sumatra
-
APVI Ingatkan Risiko Ekonomi dan Produk Ilegal dari Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok