Suara.com - Awal tahun 2020, Thailand memberlakukan larangan pemakaian kantong plastik. Hal ini justru membuat pembeli menjadi lebih kreatif.
Mereka memakai berbagai macam wadah untuk tempat barang belanjaannya. Hingga foto-fotonya tersebar di media sosial dan menjadi viral.
Para pembeli di Thailand menggunakan keranjang, ember, dan bahkan gerobak dorong untuk mensiasati larangan pada kantong plastik sekali pakai.
Dilansir dari Straitstimes, Senin (6/1/2020), pembatasan tersebut diperkenalkan pada awal tahun 2020 oleh beberapa operator mall besar dan toko 7-Eleven di berbagai daerah di Thailand.
Ini merupakan kemenangan bagi para pemerhati lingkungan di mana mereka mengklaim bahwa orang-orang memakai rata-rata delapan kantong plastik sehari.
Menurut laporan Straitstimes, sebenarnya pembeli masih bisa memakai kantong plastik namun dengan sedikit biaya tambahan. Tapi pembeli yang sadar dan berniat hemat memilih memakai wadah lain.
Misalnya seperti yang dilakukan Acharin Prahausri. Make-up artist ini meminjam kelambu penyimpanan makanan milik ibunya yang dipakai untuk wadah belanjaan.
Ia memakai kelambu itu untuk wadah camilan, susu dan jus. Acharin kemudian mengunggah fotonya saat di 7-Eleven di Thailand timur.
"Ini biasanya digunakan untuk melindungi dari lalat," katanya kepada AFP, saat posnya telah lebih dari 1.600 disukai warganet.
Baca Juga: Waspada Bencana Hidrometeorologi, Ini Daerah Berpotensi Hujan Lebat di DIY
Unggahan lain, seorang pria menyeringai di depan kamera ketika dia memegang gerobak dorong yang berisi dengan botol air, handuk kertas dan sabun. Dua wanita lain menenteng keranjang cucian merah muda yang dipenuhi barang belanjaan di sebuah mini market.
Para ahli mengatakan Thailand adalah salah satu penyumbang polusi laut terbesar.
Kesadaran pada kerusakan lingkungan akibat sampah plastik mulai menyebar sepanjang tahun lalu ketika gambar-gambar kura-kura mati, paus dan duyung dengan potongan-potongan kantong plastik yang menyumbat perut menjadi viral.
Para pemerhati lingkungan memuji larangan itu sebagai langkah awal yang penting tetapi mengatakan masih banyak yang harus dilakukan untuk menghilangkan budaya ini.
Berita Terkait
-
Foto Pray for Australia Bikin Nangis, Video Viral Angkot Terobos Banjir
-
Dapat Tepuk Tangan Meriah, 3 Video Viral Angkot dan Mobil Terobos Banjir
-
Dikenal Modis, Ini Jadinya jika Anya Geraldine Disamakan dengan Starbucks
-
Pray for Australia, 7 Foto Kanguru dan Koala Minta Tolong Ini Bikin Nangis
-
Pedagang Sayur Jualan Bak Pasar Apung saat Banjir, Ini Komentar Warganet
Terpopuler
- Operasi Zebra 2025 di Sumut Dimulai Besok, Ini Daftar Pelanggaran yang Disasar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Mobil Keluarga Bekas Paling Dicari 2025, Murah dengan Performa Mumpuni
- 5 Mobil Sedan Bekas Pajak Murah dan Irit BBM untuk Mahasiswa
- 5 Rekomendasi Smartwatch Selain Apple yang Bisa QRIS MyBCA
Pilihan
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
-
Danantara 'Wajibkan' Menkeu Purbaya Ikut Rapat Masalah Utang Whoosh
-
Viral Biaya Tambahan QRIS Rp500: BI Melarang, Pelaku Bisa Di-Blacklist
-
Harga Minyak Dunia Merosot Imbas Stok AS Melonjak
Terkini
-
Emang Boleh Rapat Penentuan BI Rate Dihadiri Menkeu Purbaya? Begini Aturannya
-
RUPSLB Astra: Tiga Petinggi Mundur, Ini Daftar Direktur dan Komisaris Terbaru
-
Tak Dapat Jatah Dana Pemerintah Jilid 2, BTN Akan Kirim Surat: Namanya Usaha...
-
Kementerian ESDM Ungkap Butuh Dana Rp 61 T untuk Capai Rasio Elektrifikasi 100 Persen
-
Purbaya Pamer Jaket '8 Persen' Buatan UMKM, Minta Gen Z Kaya Bersama
-
Bank Indonesia Putuskan Tahan Suku Bunga, Ini Alasannya
-
Indonesia Gandeng Singapura Integrasikan Kawasan Batam-Bintan-Karimun
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
RUPTL 2025-2034 Butuh Rp 3000 Triliun, PLN: Tak Mungkin Dikerjakan Sendiri
-
Lawan Greenwashing, Indonesia Teken Aturan Main Kredit Alam Bersama Prancis dan Inggris