Suara.com - PT Trinitan Metals and Minerals Tbk telah merampungkan proses uji kelayakan untuk ekstraksi Nikel menggunakan teknologi Hidrometalurgi Roasting-Leaching-Electrowinning Process (RLEP).
Perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan metal dan mineral tersebut mengklaim bahwa teknologi baru yang mereka kembangkan mampu mengolah bijih (Ore) nikel laterit kadar 1,0 persen sekalipun menjadi logam nikel murni berkadar 99,96 persen.
Hydro Project Leader PT Trinitan Metals and Minerals Tbk, Marjohan Satria menjelaskan, bahwa teknologi RLEP berbeda dengan teknologi Hidrometalurgi yang umum digunakan oleh smelter di Indonesia saat ini, yakni High Pressure Acid Leaching (HPAL).
"Teknologi RLEP mampu memproduksi nikel murni berkadar 99,96 persen (nikel kelas satu) lebih cepat dan dengan tingkat risiko yang lebih rendah. Bahkan perolehan (yield) nikel dapat mencapai 95 persen," ujar Marjohan dalam keterangannya, Jumat (10/4/2020).
Adapun produk nikel sendiri dibagi ke dalam dua kelas, yaitu kelas satu dan kelas dua.
Selain itu, Marjohan juga menerangkan bahwa proses pemurnian nikel menggunakan teknologi RLEP melewati tiga langkah utama. Pertama, bijih nikel dipanaskan terlebih dahulu melalui proses Roasting untuk menghilangkan kadar air di dalamnya.
Setelah kadar air hilang, bijih nikel kemudian diolah menggunakan bahan kimia Sulfuric Acid dalam proses Leaching untuk memisahkan kandungan logam lainnya. Proses tersebut menghasilkan Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) yang telah memiliki kadar nikel sekitar 30 persen.
Pada tahap terakhir, MHP dilarutkan kembali ke dalam larutan kimia dan dimurnikan menggunakan arus listrik dalam proses Electrowinning hingga seluruh logam Nikel yang terkandung dalamnya dapat diekstraksi.
Marjohan memastikan bahwa tidak ada limbah padat maupun cair yang terbuang dan berpotensi merusak lingkungan dalam pengaplikasian teknologi RLEP ini.
Baca Juga: Politisi PAN Lamar Anak Bupati, Maharnya Tanah 12,5 Hektare Penuh Nikel
"Limbah residu padat yang dihasilkan dari pemurnian nikel akan diolah kembali menjadi bata untuk bangunan. Bahan kimia Sulfuric Acid yang dibutuhkan dalam proses ekstraksi juga dapat didaur ulang terus menerus sehingga biaya operasi dapat menjadi jauh lebih rendah," jelas dia.
Oleh karena itu, Direktur Operasional PT Trinitan Metals and Minerals Tbk, Widodo Sucipto meyakini bahwa teknologi hidrometalurgi RLEP yang mampu menghasilkan nikel murni berkadar 99,96 persen (nikel kelas satu) dapat dimanfaatkan untuk mengakselerasi industri mobil listrik nasional, sekaligus mendukung program pemerintah terkait hilirisasi nikel agar dapat mendatangkan keuntungan besar bagi bangsa Indonesia.
Sebagai informasi, setelah merampungkan proses uji kelayakan, PT Trinitan Metals and Minerals Tbk membuka kesempatan kerjasama selebar-lebarnya dengan para penambang yang ingin mengolah ore nikel kadar rendah bahkan hingga kadar 1,0 persen.
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Babak Baru Industri Kripto, DPR Ungkap Revisi UU P2SK Tegaskan Kewenangan OJK
-
Punya Kekayaan Rp76 M, Ini Pekerjaan Ade Kuswara Sebelum Jabat Bupati Bekasi
-
DPR Sebut Revisi UU P2SK Bisa Lindungi Nasabah Kripto
-
Hotel Amankila Bali Mendadak Viral Usai Diduga Muncul di Epstein Files
-
Ekspansi Agresif PIK2, Ada 'Aksi Strategis' saat PANI Caplok Saham CBDK
-
Tak Ada Jeda Waktu, Pembatasan Truk di Tol Berlaku Non-stop Hingga 4 Januari
-
Akses Terputus, Ribuan Liter BBM Tiba di Takengon Aceh Lewat Udara dan Darat
-
Kepemilikan NPWP Jadi Syarat Mutlak Koperasi Jika Ingin Naik Kelas
-
Kemenkeu Salurkan Rp 268 Miliar ke Korban Bencana Sumatra
-
APVI Ingatkan Risiko Ekonomi dan Produk Ilegal dari Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok