Suara.com - Harga emas dunia pada perdagangan hari Senin (27/4) dibuka melorot lebih dari 1 persen, karena imbal hasil US Treasury melesat dan rencana banyak negara untuk melonggarkan kebijakan lockdown yang diakibatkan merebaknya virus corona atau Covid-19.
Mengutip Reuters, Selasa (28/4/2020) harga emas di pasar spot turun 1 persen menjadi 1.710,71 dolar AS per ounce setelah di awal sesi anjlok sebanyaknya 1,3 persen menjadi 1.704,45 dolar AS per ounce.
Sementara, emas berjangka Amerika Serikat ditutup 0,7 persen lebih rendah menjadi 1.723,80 dolar AS per ounce.
"Kendati latar belakang makro yang lebih luas tetap mendukung bagi harga emas dalam jangka pendek, mereka melacak imbal hasil riil. Imbal hasil US Treasury bergerak lebih tinggi pagi ini dan itu akhirnya membebani harga emas," kata analis Standard Chartered Bank, Suki Cooper.
"Aksi beli safe-haven terus mendukung emas terutama melalui arus masuk ETF dan permintaan investor ritel yang berkelanjutanJadi, jika kita melihat ekonomi yang berbeda mulai dibuka kembali, kita mungkin melihat beberapa permintaan safe-haven mulai berkurang." Tambahnya.
Pasar saham global menguat setelah investor menyambut berita bahwa lebih banyak negara dan negara bagian Amerika sedang mencari cara untuk melonggarkan kebijakan karantina.
Sekitar 2,97 juta orang dilaporkan terinfeksi oleh virus korona secara global dan 205.948 meninggal, menurut penghitungan Reuters .
"Bahkan ketika penguncian itu dicabut, dunia masih akan jauh dari normalitas apa pun. Risiko yang lebih besar kemudian adalah keruntuhan ekonomi," tulis analis Commerzbank dalam sebuah catatan.
"Untuk mengatasi ini, pemerintah di seluruh dunia kemungkinan akan terus menghabiskan jumlah uang yang tak tertandingi - sebagian besar akan dibuat oleh bank sentral. Emas bakal tetap diminati sebagai mata uang krisis di lingkungan ini, sebagaimana tercermin dalam aliran ETF yang sedang berlangsung." Katanya.
Baca Juga: Harga Emas Dunia Tergelincir
Emas cenderung mendapatkan keuntungan dari langkah-langkah stimulus lebih luas karena sering dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Pelanggan Pertamina Kabur ke SPBU Swasta, Kementerian ESDM Masih Hitung Kuota Impor BBM
-
Kementerian ESDM Larang SPBU Swasta Stop Impor Solar di 2026
-
59 Persen Calon Jamaah Haji Telah Melunasi BIPIH Melalui BSI
-
Daftar Lengkap Perusahaan Aset Kripto dan Digital yang Dapat Izin OJK
-
CIMB Niaga Syariah Hadirkan 3 Produk Baru Dorong Korporasi
-
Negara Hadir Lewat Koperasi: SPBUN Nelayan Tukak Sadai Resmi Dibangun
-
Kemenkop dan LPDB Koperasi Perkuat 300 Talenta PMO Kopdes Merah Putih
-
Kantor Cabang Bank QNB Berguguran, OJK Ungkap Kondisi Karyawan yang Kena PHK
-
Sepekan, Aliran Modal Asing ke Indonesia Masuk Tembus Rp240 Miliar
-
Bahlil akan Pangkas Produksi Nikel, Harga di Dunia Langsung Naik