Suara.com - Sebelum adanya pandemi virus corona atau Covid-19, Pemerintah sangat optimistis menatap pertumbuhan ekonomi di level 5,3 persenan, tapi angka itu kini hanyalah mimpi karena pandemi, target semua indikator ekonomi buyar seketika.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan, pemerintah tak ingin gegabah dalam merespons setiap kebijakan untuk melawan virus yang yang pertama kali muncul di Kota Wuhan Provinsi Hubei, China tersebut.
"Tapi Covid-19 di Indonesia terus muncak dan satu dua bulan terkahir daerah bisa jadi episentrum baru seperti di Jatim, Jateng dan Medan," kata Febrio dalam sebuah diskusi bertajuk Mid-Year Economic Outlook 2020 yang diselenggarakan secara virtual, Selasa (28/7/2020).
Maka dari itu kata dia, pemerintah tak ingin asal dalam menciptakan kebijakan untuk merespons perkembangan kasus baru positif virus corona di tanah air.
"Kalau tahun ini kita bisa menerima kenyataan, tahun ini pertumbuhan ekonomi nggak akan tumbuh maksimal dan ini harus kita sadari. Tapi masalah covid ini memang harus ditangani dulu, karena kita bicara soal nyawa," ucap Febrio.
Dia mencontohkan, kebijakan yang tak gegabah tersebut adalah ketika pemerintah tidak semuanya membuka sektor kegiatan sektor ekonomi, mengingat ancaman penularan masih cukup tinggi.
"Kita nggak bisa bergerak banyak, resto mungkin kalau buka kapasitasnya hanya setengah, bioskop, pabrik juga. Jadi jangan sampai sektor yang bisa kita buka itu malah menimbulkan second wave. Jadi tetap kita nggak bisa gegabah," ucapnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, semua negara-negara maju di kuartal kedua kondisi ekonominya merosot cukup tajam akibat pandemi virus corona atau Covid-19.
Termasuk juga Indonesia, meski nasibnya masih jauh lebih baik menurutnya. Sri Mulyani lantas mencontohkan semisal negara Amerika Serikat (AS), Inggris, Jerman dan Prancis yang dari banyak laporan menyebut kontraksi pertumbuhannya bisa minus double digit.
Baca Juga: Pesan Khusus Jokowi Soal Indikator Ekonomi Makro di Tengah Pandemi
"Estimasi di Amerika bisa sampai menjadi mendekati 10 persen, di Inggris bisa 15 persen, di Jerman kontraksinya 11 persen, di Prancis minusnya bahkan sampai 17 persen, Jepang minusnya 8 persen, bahkan India yang selama ini dianggap negara berkembang seperti Indonesia yang pertumbuhannya diperkirakan bisa (minus) mencapai 12 persen," kata Sri Mulyani.
Bandingkan dengan Indonesia kata dia, yang diprediksi kuartal II ini pertumbuhannya kontraksi sebesar 3,8 persen. Menurut dia angka ini masih jauh lebih baik jika dibandingkan dengan negara lain.
"Bandingkan negara-negara maju yang tadi atau bahkan India, Singapura yang -6,8 persen. Namun ini adalah contoh estimasi yang berbasiskan indikator-indikator yang kita bisa track. Tentu kita nanti akan melihat BPS menyampaikan angka pastinya di kuartal kedua pada awal Agustus yang akan datang," katanya.
"Inilah yang menjadi tantangan bagi kita semua, bahwa Indonesia pun nanti akan terpengaruh. Karena kita melakukan berbagai langkah-langkah pencegahan covid dalam bentuk PSBB, yang kemudian mempengaruhi ekonomi kita di Kuartal kedua. Estimasi kami di kementerian keuangan negatifnya -3,8 persen," tambah mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Prabowo Kirim Surat ke Eks Menteri Termasuk Sri Mulyani, Ini Isinya...
Pilihan
-
Kendal Tornado FC vs Persela Lamongan, Manajemen Jual 3.000 Tiket
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Kamera Terbaik September 2025
-
Wakil Erick Thohir Disebut jadi Kandidat Kuat Menteri BUMN
-
Kursi Menteri BUMN Kosong, Siapa Pengganti Erick Thohir?
-
Otak Pembunuhan Kacab Bank, Siapa Ken si Wiraswasta Bertato?
Terkini
-
Kuota Impor, SPBU Swasta, dan Konsistensi Kebijakan
-
Pekerjaan M. Qodari Sebelum Jabat KSP, Hartanya Tembus Rp 260 Miliar
-
Kabar Gembira untuk UMKM! Pajak Final 0,5 Persen Diperpanjang Hingga 2029, Beban Usaha Makin Ringan!
-
Bos BI Senang Pemerintah Guyur Dana Rp 200 Triliun ke Bank, Likuiditas Luber
-
Penyaluran Kredit Meski Gacor Demi Pertumbuhan Ekonomi Konsisten di 5 Persen
-
Bos Danantara Bakal Guyur Lagi KUR Perumahan Hingga Rp 250 Triliun
-
Bukan Reshuffle Kabinet, Ini Pendorong IHSG Bisa Tembus Level 8.000
-
Pertamina Patra Niaga Regional JBB Raih 63 Penghargaan di Ajang ENSIA 2025
-
Rosan Roeslani Disebut Bakal Jadi Menteri BUMN, Dilebur dengan Danantara?
-
Salah Paham Produk Vape Bikin Industri Tembakau Alternatif Terancam