Suara.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil rebound pada awal perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) Selasa (4/8/2020).
Melansir data RTI, IHSG berada pada level 5.017 naik 11 poin atau 0,23 persen dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin di level 5.006.
Begitu juga dengan laju indeks LQ45 yang ikutan naik tipis 3 poin atau 0,39 persen menuju level 777.
Pada level tersebut IHSG telah ditransaksikan sebanyak 17 juta lembar saham dengan nilai mencapai Rp 6,3 miliar dan volume transaksi mencapai 870 kali.
Sebanyak 35 saham menguat, 23 saham turun dan 29 saham belum ditransaksikan.
Analis pasar modal dari MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengatakan, menguatnya Indeks Dow Jones sebesar 0,89 persen sebenarnya berpotensi menjadi katalis bagi market Indonesia.
Akan tetapi terhalang oleh penurunan EIDO sebesar 2,77 persen ditengah kekhawatiran kembali diberlakukannya lockdown seperti yang terjadi di Philippina, akibat jumlah positif virus Covid-19 terus meningkat jumlahnya.
Di lain pihak, sebagian besar harga komoditas menguat seperti minyak, nikel, timah dan kelapa sawit yang berpotensi mendorong naik saham-saham di bawah komoditas tersebut.
"Banyak faktor penggerak, IHSG cukup beragam di hari Selasa ini di tengah secara valuasi masih cukup banyak saham menarik untuk dibeli," kata Edwin dalam analisinya.
Baca Juga: Didorong Modal Asing, Bos BI Sebut Nilai Tukar Rupiah Masih Terkendali
Dirinya merekomendasikan sangat selektif jika investor ingin melakukan BOW atau Swing Trade maka dapat fokus atas saham dari sektor Konsumer, Rokok, Retail, CPO, Bank, Infrastruktur dan Industri Dasar dalam perdagangan Selasa ini.
IHSG diperkirakan bergerak pada rentang 4,956 sampai 5,057, adapun saham-saham yang direkomendasikan hari ini adalah ICBP, GGRM, ERAA, AALI, UNVR, BBCA, INDF, TOWR, SMGR dan PTBA
Pada perdagangan kemarin, IHSG ditutup ambles sebesar 2,78 persen ke level 5,006. Sentimen penggerak pasar hari ini diantaranya menunggu perkembangan vaksin Corona di beberapa negara yang masih dalam pengujian, selain itu kekhawatiran investor akan rilis data GDP Indonesia yang diperkirakan akan berada pada level minus 4 persen sampai 5 persen menjadi katalis negatif pada minggu ini.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
Terkini
-
Pakar Ingatkan Risiko Harga Emas, Saham, hingga Kripto Anjlok Tahun Depan!
-
DPR Tegaskan RUU P2SK Penting untuk Mengatur Tata Kelola Perdagangan Aset Kripto
-
Mengapa Rupiah Loyo di 2025?
-
Dukungan LPDB Perkuat Layanan Koperasi Jasa Keselamatan Radiasi dan Lingkungan
-
LPDB Koperasi Dukung Koperasi Kelola Tambang, Dorong Keadilan Ekonomi bagi Penambang Rakyat
-
Profil Agustina Wilujeng: Punya Kekayaan Miliaran, Namanya Muncul di Kasus Chromebook
-
RUPSLB BRI 2025 Sahkan RKAP 2026 dan Perubahan Anggaran Dasar
-
Pemerintah Jamin UMP Tak Bakal Turun Meski Ekonomi Daerah Loyo
-
Mengapa Perusahaan Rela Dijual ke Publik? Memahami Gegap Gempita Hajatan IPO
-
KEK Mandalika Kembali Dikembangkan, Mau Bangun Marina