Suara.com - Rokok bisa menjadi ranjau bagi Nawacita Presiden Jokowi dan Wakil Presiden KH Maruf Amin. Hal tersebut dikatakan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.
"Terdapat sembilan misi pembangunan. Tiga diantaranya adalah peningkatan kualitas manusia Indonesia, pembangunan yang merata dan berkeadilan, dan kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa. Rokok bisa menjadi ranjau bagi ketiganya," kata Muhadjir ditulis Sabtu (24/10/2020).
Muhadjir mengatakan dampak buruk rokok bisa membuat kualitas manusia Indonesia terganggu. Rokok juga menciptakan ketidakadilan serta perilaku merokok tidak mendukung upaya memajukan budaya bangsa.
Karena itu, Muhadjir menjamin penanggulangan rokok menjadi komitmen besar pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) yang dia pimpin.
"Rokok mengancam manusia Indonesia pada semua usia, termasuk yang masih dalam kandungan. Banyak riset sudah menunjukkan bahaya asap rokok terhadap janin yang ada di dalam kandungan karena ibunya merokok atau menjadi perokok pasif," tuturnya.
Muhadjir mengakui memang belum ada pembicaraan dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani terkait dengan kenaikan harga rokok.
Namun, dia mengatakan pemerintah terus menaikkan harga rokok secara terukur diikuti dengan upaya mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap zat adiktif tersebut.
"Pemerintah tidak akan bisa berbuat banyak tanpa ada dukungan dari para aktivis yang peduli. Bagaimana pun masyarakat tidak bisa percaya sepenuhnya pada pemerintah tanpa ada tokoh-tokoh yang mengampanyekan bahaya rokok," tutur dia.
Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI), Komite Nasional Pengendalian Tembakau, Pusat Kajian Jaminan Sosial (PKJS) Universitas Indonesia, dan Jaringan Perempuan Peduli Pengendalian Tembakau (JP3T) mengumpulkan suara publik secara daring untuk mendukung pemerintah menaikkan harga rokok sejak Agustus 2020.
Baca Juga: Rupanya Gara-gara Bara Rokok Gedung Kejagung Terbakar
Penjaringan suara yang dilakukan melalui portal pulihkembali.org itu menunjukkan 95 persen responden menginginkan harga rokok yang mahal. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Ponpes Tebuireng, Kualitas Bangunan Dinilai Jomplang
- 5 Fakta Viral Kakek 74 Tahun Nikahi Gadis 24 Tahun, Maharnya Rp 3 Miliar!
- Promo Super Hemat di Superindo, Cek Katalog Promo Sekarang
- Tahu-Tahu Mau Nikah Besok, Perbedaan Usia Amanda Manopo dan Kenny Austin Jadi Sorotan
Pilihan
-
Cuma Satu Pemain di Skuad Timnas Indonesia Sekarang yang Pernah Bobol Gawang Irak
-
4 Rekomendasi HP Murah dengan MediaTek Dimensity 7300, Performa Gaming Ngebut Mulai dari 2 Jutaan
-
Tarif Transjakarta Naik Imbas Pemangkasan Dana Transfer Pemerintah Pusat?
-
Stop Lakukan Ini! 5 Kebiasaan Buruk yang Diam-diam Menguras Gaji UMR-mu
-
Pelaku Ritel Wajib Tahu Strategi AI dari Indosat untuk Dominasi Pasar
Terkini
-
Air Minum Bersih untuk Semua: Menjawab Tantangan dan Menangkap Peluang Lewat Waralaba Inklusif
-
Airlangga: Stimulus Ekonomi Baru Diumumkan Oktober, Untuk Dongkrak Daya Beli
-
Berdasar Survei Litbang Kompas, 71,5 Persen Publik Puas dengan Kinerja Kementan
-
Belajar Kasus Mahar 3 M Kakek Tarman Pacitan, Ini Cara Mengetahui Cek Bank Asli atau Palsu
-
BPJS Ketenagakerjaan Dukung Penguatan Ekosistem Pekerja Kreatif di Konferensi Musik Indonesia 2025
-
Kementerian ESDM Akan Putuskan Sanksi Freeport Setelah Audit Rampung
-
Indonesia Tambah Kepemilikan Saham Freeport, Bayar atau Gratis?
-
Kripto Bisa Sumbang Rp 260 Triliun ke PDB RI, Ini Syaratnya
-
Duta Intidaya (DAYA) Genjot Penjualan Online di Tanggal Kembar
-
4 Fakta Penting Aksi BUMI Akuisisi Tambang Australia Senilai Rp 698 Miliar