Suara.com - Joe Biden resmi dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat ke-46. Pelantikan Joe Biden disambut baik oleh pasar terlihat dari indeks saham AS Dow Jones yang mencetak harga tertinggi sepanjang sejarah di 31,188 (+1.90%).
Setelah terpilih menjadi Presiden, Biden bergerak cepat dalam mengeluarkan kebijakan untuk menopang ekonomi AS pada masa pandemi dengan mengeluarkan proposal stimulus jumbo sebesar 1,9 triliun dolar AS.
Selain itu Biden juga sudah menyiapkan kebijakan lainnya dan dianggap cukup menguntungkan Emerging Market termasuk Indonesia.
Kebijakan pertama adalah kenaikan Tax Cuts and Jobs Act (TCJA) menjadi 28% dari sebelumnya 21%. Kenaikan pajak ini dapat membuat investor mencari negara dengan tax yang lebih murah.
Dampaknya juaga EPS growth akan turun ke depan, sehingga ada potensi aliran investasi dari AS ke global market lainnya dan termasuk ke Indonesia.
Kedua, stimulus besar yang dikeluarkan Biden yang dapat membuat tren dolar melemah karena jumlah dolar yang beredar lebih banyak. Hal ini berdampak positif bagi Indonesia karena rupiah bisa menguat.
Selain itu berdampak positif bagi perusahaan yang memiliki utang dengan mata uang dolar dan biaya bahan baku impor.
Selain itu saham-saham emas juga dapat berdampak positif karena pelamahan dolar akan meningkatkan harga emas global. Sehingga menjadi katalis positif bagi saham yang memproduksi emas.
Selain itu juga memberi dampak positif ke ekonomi riil dan pertumbuhan ekonomi global, sehingga berpotensi positif juga untuk harga komoditas pada umumnya.
Baca Juga: Resmi Jadi Presiden, Joe Biden Keluarkan Perintah Wajib Pakai Masker
Ketiga, Biden fokus dengan Green Energy. Dampaknya adalah dorongan untuk kendaraan listrik dapat terealisasi. Sehingga ambisi Indonesia sebagai industri Baterai kendaraan listrik terbesar di dunia dapat berjalan baik.
Terlebih lagi Indonesai saat ini sebagai produsen nikel (bahan baku utama baterai kendaraan listrik) terbesar dengan 29% total produksi dunia. Saham metals yang memproduksi nikel berpotensi terdorong oleh kebijakan ini. Namun saat ini saham metals sudah memiliki risiko tinggi karena memiliki valuasi yang mahal.
Ditulis oleh tim EMTrade
Berita Terkait
Terpopuler
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- 7 HP Samsung Seri A Turun Harga hingga Rp 1 Jutaan, Mana yang Paling Worth It?
Pilihan
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
-
29 Unit Usaha Syariah Mau Spin Off, Ini Bocorannya
Terkini
-
IHSG Menuju 9.000, Mengapa To The Moon Sering Disebut? Siapa Paling Untung?
-
Permintaan Melonjak, ESDM Pakai Jalur Udara Distribusi LPG ke Wilayah Terdampak Banjir
-
BUVA Caplok 99,99 Persen Saham BKPP
-
Pertamina Kelola Sumur 'Veteran' Demi Jaga Ketahanan Energi
-
PaDi Business Forum & Showcase 2025: PaDi UMKM Ciptakan Transaksi Hingga Tembus Rp993 Miliar
-
Aturan Baru, 35 Persen MinyaKita Didistribusikan dari BUMN
-
IHSG Menguat di Akhir Perdagangan Hari Ini, Tapi Investor Masih Tunggu RDG BI
-
Dibalik Cerita IPO Superbank! Gak Cuma Zonk, Pemburu Saham SUPA Rela Pinjol dan Dapat Jatah 3 Lot
-
Genjot PNBP, ESDM Lelang Terbuka Stockpile Bauksit di Kepri
-
Rupiah Melorot Lagi Hari Ini ke Level Rp 16.691