Suara.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengaku bersyukur atas kondisi perekonomian nasional yang terus menunjukan tren pemulihan usai dihantam pandemi virus corona atau Covid-19.
Sejumlah indikator, lanjut Airlangga telah menunjukan perbaikan yang cukup signifikan.
"Aktivitas manufaktur yang masuk pada level ekspansif di 52,2 persen. Kemudian tren perbaikan indeks kepercayaan konsumen bulan Januari juga pada 84,8 persen," kata Airlangga dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2021, Kamis (25/2/2021).
Tak hanya itu, dari sisi penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) juga sudah mulai menunjukan peningkatan.
"Begitu juga peningkatan kredit usaha rakyat yang realisasinya sebesar Rp 196,4 triliun di 2020, dan akan dinaikan pada 2021 menjadi Rp 253 triliun," paparnya.
Indikator lainya Indeks Harga Saham Gabungan dan nilai tukar Rupiah yang mengalami perbaikan hingga menyentuh pada level sebelum pandemi Covid-19. Begitu juga dengan harga sejumlah komoditas yang mulai membaik.
"Harga komoditas mulai membaik mencerminkan peningkatan pada waktunya pada penerimaan negara," tuturnya.
Seluruh indikator pemulihan ekonomi ini diharapkan terus berlanjut di tahun ini, dirinya berharap program vaksinasi yang sudah dimulai bakal menjadi pemilu utama bangkitnya perekonomian nasional.
Sebelumnya, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah merasa pesimistis ekonomi quartal 1 (Q1) 2021 bakal bisa tumbuh positif, mengingat kontraksi ekonomi yang masih dirasakan hingga saat ini.
Baca Juga: Menko Airlangga Hartarto Masuk Dalam Polling Tokoh Harapan 2024
"Saya meyakini Q1 masih akan negatif, karena kita masih mengalami pandemi dan kita melakukan PPKM, maka aktivitas sosial ekonomi itu akan terbatas," kata Piter dalam diskusi virtual bertajuk 'PEN 2021: Dukungan Berkelanjutan Hadapi Pandemi' Rabu (24/2/2021).
Pandemi yang masih dirasakan hingga saat ini, lanjut Piter masih membuat roda ekonomi bergerak terbatas, sehingga dirinya meyakini pada 3 bulan pertama tahun ini pertumbuhannya masih negatif.
Apalagi jika perbandingannya dengan Q1 2020, dimana saat itu kondisi ekonomi masih bisa tumbuh positif karena pandemi belum berefek besar terhadap perekonomian.
"Sulit mengharapkan Q1 bisa tumbuh positif. apalagi pada Q1 2020 itu masih positif. dengan kisaran 2 persen sampai 3 persen. Sehingga basis perhitungan ekonomi masih tinggi," kata Piter melanjutkan.
Oleh karena itu, Piter menyarankan agar pemerintah fokus untuk menanggulangi pandemi Covid-19 yang merupakan kunci pemulihan ekonomi.
Dengan penanggulangan sektor kesehatan yang lebih komprehensif diharapkan pandemi bisa cepat berkurang ataupun berakhir.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Pilihan Produk Viva untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Rp20 Ribuan
- 7 Mobil Bekas di Bawah Rp50 Juta untuk Anak Muda, Desain Timeless Anti Mati Gaya
- 7 Rekomendasi Mobil Matic Bekas di Bawah 50 Juta, Irit dan Bandel untuk Harian
- 5 Mobil Mungil 70 Jutaan untuk Libur Akhir Tahun: Cocok untuk Milenial, Gen-Z dan Keluarga Kecil
- 5 Rekomendasi Cushion Lokal dengan Coverage Terbaik Untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp50 Ribuan
Pilihan
-
4 HP Memori 512 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer dan Konten Kreator
-
3 Rekomendasi HP Infinix 1 Jutaan, Speknya Setara Rp3 Jutaan
-
5 HP Layar AMOLED Paling Murah, Selalu Terang di Bawah Terik Matahari mulai Rp1 Jutaan
-
Harga Emas Naik Setelah Berturut-turut Anjlok, Cek Detail Emas di Pegadaian Hari Ini
-
Cerita Danantara: Krakatau Steel Banyak Utang dan Tak Pernah Untung
Terkini
-
Sosok Rahmad Pribadi: Dari Harvard Hingga Kini Bos Pupuk Indonesia
-
Laba SIG Tembus Rp114 Miliar di Tengah Lesunya Pasar Domestik
-
Sepekan, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1 Triliun
-
Laba Bank SMBC Indonesia Anjlok Jadi Rp1,74 Triliun
-
Produsen Indomie Kantongi Penjualan Rp90 Triliun
-
OJK Bongkar Maraknya Penipuan Digital, Banyak Pelaku Masih Berusia Muda
-
Bank Mega Syariah Catat Dana Kelolaan Wealth Management Tembus Rp 125 Miliar
-
Pertamina Tindak Lanjuti Keluhan Konsumen, Lemigas Beberkan Hasil Uji Pertalite di Jawa Timur
-
Naik Tips, OCBC Nisp Catat Laba Rp3,82 Triliun
-
Tarif Listrik Non-Subsidi dan Bersubsidi Dipastikan Tak Naik Sepanjang November 2025