Suara.com - Harga minyak dunia mulai merangkak naik seiring adanya lonjakan permintaan karena makin dekatnya driving season musim panas di belahan bumi utara dan pencabutan pembatasan atas pandemi Covid-19.
Mengutip CNBC, Rabu (26/5/2021) setelah meroket lebih dari 5 persen dalam dua sesi sebelumnya, minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup naik 19 sen, atau 0,3 persen, menjadi 68,65 dolar AS per barel.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), bertambah 2 sen menjadi 66,07 dolar AS per barel.
Itu adalah penutupan tertinggi bagi kedua benchmark tersebut dalam seminggu.
Dalam perdagangan pasca-setelmen, minyak mentah Brent mengurangi kenaikan sedikit dan WTI turun menjadi 65,99 dolar AS per barel setelah kelompok perdagangan American Petroleum Institute merilis perkiraan persediaan mingguan.
Stok minyak mentah dan bahan bakar Amerika turun pekan lalu, menurut dua sumber pasar, mengutip angka American Petroleum Institute.
Stok minyak mentah turun 439.000 barel dalam pekan yang berakhir hingga 21 Mei, data menunjukkan, menurut sumber itu.
Selama sesi tersebut, harga minyak mentah didukung oleh kejatuhan dolar AS ke level terendah 19 minggu versus sekeranjang mata uang, karena kekhawatiran inflasi mereda. Depresiasi dolar membuat harga komoditas, seperti minyak, menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lain.
Pergerakan harga minyak yang relatif kecil itu terjadi karena pasar menunggu arah dari laporan mingguan persediaan minyak Amerika yang diperkirakan menunjukkan stok minyak mentah turun 1,1 juta barel pekan lalu.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Meroket 3 Persen Berkat Ini
"Harga minyak tetap pada level yang tinggi karena musim yang tinggi untuk permintaan minyak mendekat serta akibat pembatasan dicabut di sebagian besar Eropa dan Amerika Serikat," kata Louise Dickson, analis Rystad Energy.
Beberapa bagian Eropa dan Amerika Serikat mencatat lebih sedikit infeksi dan kematian Covid-19, mendorong pemerintah untuk melonggarkan pembatasan. Namun, di daerah seperti India importir minyak terbesar ketiga di dunia, tingkat infeksi tetap tinggi.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Profil Wali Kota Prabumulih: Punya 4 Istri, Viral Usai Pencopotan Kepsek SMPN 1
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Pengamat Bicara Nasib ASN Jika Kementerian BUMN Dibubarkan
-
Tak Hanya Sumber Listrik Hijau, Energi Panas Bumi Juga Bisa untuk Ketahanan Pangan
-
Jadi Harta Karun Energi RI, FUTR Kebut Proyek Panas Bumi di Baturaden
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
CORE Indonesia Lontarkan Kritik Pedas, Kebijakan Injeksi Rp200 T Purbaya Hanya Untungkan Orang Kaya
-
Cara Over Kredit Cicilan Rumah Bank BTN, Apa Saja Ketentuannya?
-
Kolaborasi dengan Pertamina, Pengamat: Solusi Negara Kendalikan Kuota BBM
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
Daftar Nama Menteri BUMN dari Masa ke Masa: Erick Thohir Geser Jadi Menpora
-
Stok BBM di SPBU Swasta Langka, Pakar: Jangan Tambah Kuota Impor, Rupiah Bisa Tertekan