Suara.com - Ekspor dan impor Indonesia mengalami surplus selama 14 bulan berturut-turut sejak Mei 2020, termasuk pada Juni 2021 yang surplus 1,32 miliar dolar AS. Tren ini menunjukkan aktivitas ekonomi di Indonesia terus berlanjut pulih.
Meski di tengah pandemi Covid-19, performa neraca perdagangan Indonesia masih cukup impresif.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, yang juga Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Airlangga Hartarto dalam keterangan pers, di Jakarta, Kamis (15/7/2021).
“Performa neraca perdagangan yang cukup resilient di tengah pandemi tersebut perlu diapresiasi. Namun untuk menjaga keberlanjutan surplus perdagangan ke depan, perlu terus dicermati beberapa faktor kunci,” ujarnya.
Airlangga mengatakan, beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan, diantaranya stabilitas pertumbuhan permintaan global, khususnya pada pasar utama, peran dan fungsi perwakilan perdagangan dalam mendorong peningkatan ekspor, dinamika perkembangan harga dan volume ekspor komoditas utama dan potensial.
“Serta strategi pemerintah dalam menjaga keseimbangan pertumbuhan impor khususnya pada komponen impor konsumsi,” jelas Menko Perekonomian ini.
Menanggapi hal tersebut, Ekonom Center of Reform on Economics Indonesia (Core), Yusuf Rendy Manilet memproyeksikan, surplus neraca perdagangan akan meningkat pada Agustus 2021, meski diterapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.
“PPKM Darurat tidak akan menghentikan peningkatan surplus dagang kita. Sebab perekonomian partner dagang kita, seperti China sudah cukup stabil, ditambah adanya peningkatan harga komoditas unggulan seperti kelapa sawit dan batu bara yang membuat ekspor kita aman,” jelas Yusuf.
Yusuf menambahkan, di sisi impor, Indonesia juga tidak akan berpengaruh cukup signifikan. Pasalnya,dalam PPKM Darurat, pemerintah tetap memperbolehkan sektor esensial dan kritikal tetap beroperasi.
“Meski impor akan menurun karena melemahnya permintaan dari masyarakat, namun ini tidak akan menurun secara signifikan, karena beberapa sub industri juga tidak terlalu terdampak, seperti logam mulia, farmasi, dan makanan dan minuman yang terus berjalan meski ada pembatasan jam operasional dan sistem pembelian. Jadi tidak perlu khawatir,” ungkapnya.
Berita Terkait
-
Produksi Jagung di Sumut Diperkirakan Surplus 108.097 Ton
-
Bertemu Wamendag Chile, Kementan Bahas Rencana Perpanjangan Kerja Sama di Sektor Pertanian
-
Catat Rekor, Neraca Dagang Indonesia 12 Kali Surplus
-
Airlangga Pede Ekonomi Indonesia Bisa Tumbuh 7 Persen di Kuartal II 2021
-
Suplai Beras Jatim akan Terserap ke DKI, Khofifah Berterimakasih ke Anies
Terpopuler
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Dana Operasional Gubernur Jabar Rp28,8 Miliar Jadi Sorotan
- Kopi & Matcha: Gaya Hidup Modern dengan Sentuhan Promo Spesial
- Breaking News! Keponakan Prabowo Ajukan Pengunduran Diri Sebagai Anggota DPR RI Gerindra, Ada Apa?
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
Pilihan
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
-
Disamperin Mas Wapres Gibran, Korban Banjir Bali Ngeluh Banyak Drainase Ditutup Bekas Proyek
-
Ratapan Nikita Mirzani Nginep di Hotel Prodeo: Implan Pecah Sampai Saraf Leher Geser
-
Emil Audero Jadi Tembok Kokoh Indonesia, Media Italia Sanjung Setinggi Langit
Terkini
-
Menkeu Purbaya Janji Hentikan Sisa Anggaran Menumpuk di Akhir Tahun
-
Bos SMGR Akui Persaingan Industri Semen RI Makin Ketat
-
Pertamina Mau Gabung 3 Anak Usaha, DPR: Sesuai Keinginan Danantara
-
Rusun Jadi Fokus Solusi Pemukiman yang Semakin Mahal di Jakarta
-
Tidak Gratis, Pindahkan Rp 200 Triliun ke 5 Bank Menkeu Purbaya Minta Bunga Segini!
-
BNI Sambut Penempatan Dana Pemerintah, Tapi Minta Beberapa Penjelasan
-
5 Perumahan di Bekasi Utara Cocok untuk Milenial, Harga Mulai Rp 300 Jutaan
-
Rp 70 Miliar Milik Nasabah Hilang Karena Dibobol? Ini Kata BCA
-
Pengamat: Reshuffle Prabowo Lebih Bernuansa Politis Ketimbang Respons Tuntutan Publik
-
Kisah Harjo Sutanto: Orang Terkaya Tertua, Pendiri Wings Group