“Jika masih ada konsumen yang mengonsumsi barang-barang yang diproduksi dengan upah murah atau mempekerjakan anak-anak, itu sama saja dengan mendukung adanya perbudakan modern,” ucapnya.
Pada bagian lain dari orasinya, Chairy juga menyinggung berkembangnya tren pemasaran baru, terutama di media sosial, yang mengandalkan peran para influencer atau buzzer. Fenomena ini terjadi bukan hanya dalam bidang bisnis, tetapi juga sosial dan politik.
Banyak influencer, baik dari kalangan selebriti atau tokoh-tokoh berpengaruh, yang sengaja dibayar untuk mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat. Para influencer ini, menurut Chairy, sesungguhnya dapat memainkan peran penting dalam mendorong masyarakat untuk mengonsumsi secara sadar.
Sayangnya, tambah Chairy, dalam masyarakat yang semakin kapitalistik dan hedonistik, banyak influencer yang lebih memilih untuk mengejar keuntungan materi dan mengabaikan peran mulia tersebut.
Dalam orasinya, Chairy juga mendorong peran masyarakat untuk ikut membina ekonomi sirkular demi masa depan bangsa dan negara yang lebih baik. Di sini, yang dimaksud ekonomi sirkular adalah aktivitas ekonomi yang mencakup penggunaan kembali, perbaikan produk, daur ulang, desain produk yang ramah lingkungan, rantai pasok (supply chain) yang berkelanjutan, dan termasuk di dalamnya konsumsi yang lebih bertanggungjawab.
“Jadi, gerakan mengonsumsi secara sadar sangat relevan dengan konsep ekonomi sirkular,” tandas Chairy.
Penerapan konsep ekonomi sirkular juga sangat tepat untuk menjawab tantangan global, seperti perubahan iklim, makin berkurangnya keanekaragaman hayati, efek rumah kaca serta terus meningkatnya limbah dan polusi.
Sama seperti konsumen yang sadar, perusahaan yang sadar dan bertanggungjawab juga harus berperan dalam mengatasi permasalahan global dengan setidak-tidaknya melakukan tiga hal.
Pertama, pembelian bahan baku dan proses produksi. Apakah bahan baku diperoleh dari proses yang sustainable? Misalnya, jika bahan bakunya dari kayu, apakah setiap menebang satu pohon diimbangi dengan langkah penanaman kembali. Begitu juga ketika bahan baru diproduksi, apakah prosesnya menjamin kesehatan, keselamatan dan bahkan kesejahteraan karyawannya?
Baca Juga: Swab Express Indonesia Layani Program Testing Kesehatan di PT Tri Mega Baterindo
“Saya yakin setiap keputusan bisnis yang diambil dengan mempertimbangkan kesejahteraan dan keselamatan para pemangku kepentingan, itu merupakan keputusan yang terbaik,” tegas Chairy.
Kedua, masalah konsumsi. Perusahaan yang sadar dan bertanggung jawab harus mengedukasi konsumennya, termasuk melalui influencer, untuk tidak mengonsumsi secara berlebihan. Apalagi kalau kegiatan konsumsinya sampai menimbulkan limbah rumah tangga.
Ketiga, perusahaan secara sadar mengumpulkan dan mengolah limbah dari produknya yang dikonsumsi masyarakat. Untuk itu perusahaan perlu membangun sistem, sarana dan berbagai fasilitas untuk merealisasikan hal tersebut.
Itu dilakukan sebuah perusahaan apparel dengan menyediakan fasilitas bagi konsumen untuk memperbaiki pakaian lama ketimbang membeli yang baru.
Kini, Indonesia dan dunia tengah dilanda pandemi. Melalui orasinya, Chairy mengajak masyarakat untuk membayangkan dunia pasca pandemi. Di garis depan, ada konsumen yang sadar sebagai kelompok penekan dan para influencer yang telah mengalami pencerahan, sehingga mau mempromosikan perbaikan untuk masyarakat. Apa yang kemudian terjadi?
Dari sisi bisnis, akan lebih banyak perusahaan, termasuk perusahaan rintisan (startup), yang bisnisnya mengusung konsep ekonomi sirkular. Mereka sadar bahwa pola bisnis yang lama hanya akan mengarah pada kehancuran masyarakat dan dirinya sendiri.
Berita Terkait
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
Terkini
-
Laba Inti PWON Lampaui Ekspektasi Konsensus di Kuartal 3 2025
-
Menkeu Purbaya Tolak Skema Burden Sharing BI-Kemenkeu, Singgung Independensi
-
Kebiasaan Mager Bisa Jadi Beban Ekonomi
-
Jurus Korporasi Besar Jamin Keberlanjutan UMKM Lewat Pinjaman Nol Persen!
-
Purbaya Sepakat sama Jokowi Proyek Whoosh Bukan Cari Laba, Tapi Perlu Dikembangkan Lagi
-
Dorong Pembiayaan Syariah Indonesia, Eximbank dan ICD Perkuat Kerja Sama Strategis
-
Respon Bahlil Setelah Dedi Mulyadi Cabut 26 Izin Pertambangan di Bogor
-
Buruh IHT Lega, Gempuran PHK Diprediksi Bisa Diredam Lewat Kebijakan Menkeu Purbaya
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
IHSG Merosot Lagi Hari Ini, Investor Masih Tunggu Pertemuan AS-China