Suara.com - Harga minyak dunia melemah pada perdagangan Rabu, di tengah kekhawatiran permintaan minyak mentah akan melambat.
Mengutip CNBC, Kamis (14/10/2021) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup turun 24 sen, atau 0,3 persen menjadi USD83,18 per barel.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka WTI, melemah 20 sen, atau 0,3 persen menjadi USD80,44 per barel.
Analis mencatat beberapa pedagang kemungkinan mengambil keuntungan dalam minyak mentah AS setelah West Texas Intermediate (WTI) mencapai tingkat tertinggi sejak Oktober 2014 selama tiga sesi terakhir.
Awalnya, harga berada di bawah tekanan ketika China, importir minyak mentah terbesar dunia, merilis data yang menunjukkan impor September merosot 15 persen dari tahun sebelumnya.
Pasar menunggu data persediaan minyak Amerika yang diperkirakan analis akan menunjukkan peningkatan 0,7 juta barel dalam stok minyak mentah.
Data dari American Petroleum Institute, kelompok industri, dijadwalkan pada pukul 20.30 GMT, Rabu, dan dari Badan Informasi Energi AS sehari berselang.
Kekurangan pasokan batu bara dan gas alam di China, Eropa dan India mendorong harga bahan bakar yang digunakan untuk pembangkit listrik. Produk minyak digunakan sebagai pengganti.
Komisi Eropa menguraikan langkah-langkah yang dapat digunakan Uni Eropa untuk memerangi lonjakan harga energi, dan mengatakan akan menjajaki pembelian gas bersama.
Baca Juga: Imbas Krisis Energi, Harga Minyak Naik ke Level Tertingginya
Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC) memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia untuk tahun ini sambil mempertahankan pandangan 2022.
Tetapi OPEC mengatakan lonjakan harga gas alam dapat meningkatkan permintaan produk minyak karena pengguna akhir beralih.
Pasar global seharusnya tidak memperkirakan lebih banyak minyak dari Iran dalam waktu dekat. Amerika Serikat mengatakan siap untuk mempertimbangkan "semua opsi" jika Iran tidak mau kembali ke kesepakatan nuklir 2015.
Di Rusia, Presiden Vladimir Putin mengatakan harga minyak bisa mencapai USD100 per barel dan mencatat Moskow siap menyediakan lebih banyak gas alam ke Eropa jika diminta.
Pasar energi terfokus pada bagaimana krisis pasokan akan mempengaruhi permintaan minyak, terutama di ekonomi terbesar kedua dunia, China.
Di India, yang mengalami kekurangan listrik terburuk sejak 2016 karena kekurangan pasokan batu bara, konsumsi bahan bakar merangkak lebih tinggi pada September karena aktivitas ekonomi meningkat. India adalah importir minyak terbesar ketiga di dunia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Di Depan Prabowo, Airlangga Pamer IHSG Sentuh ATH Rp9.600: Yakin Target Pertumbuhan Ekonomi Tercapai
-
Peran PU Berubah, Kini Tak Hanya Bangun Proyek Infrastruktur
-
PLN Jamin Ketersediaan SPKLU demi Kenyamanan Pengguna Kendaraan Listrik Sepanjang Nataru
-
Kapitalisasi DRX Token Tembus Rp2,4 Triliun, Proyek Kripto Lokal Siap Go Global
-
Saham Emiten Keluarga Bakrie Mulai Bangkit dari Kubur
-
Eks Tim Mawar Untung Budiharto Kini Bos Baru Antam
-
Sempat Rusak Karena Banjir, Jasa Marga Jamin Tol Trans Sumatera Tetap Beroperasi
-
Banyak Materai Palsu di E-Commerce, Pos Indonesia Lakukah Hal Ini
-
Mendag Dorong Pembentukan Indonesia Belarus Business Council
-
Tekanan Jual Dorong IHSG Merosot ke Level 8.649 Hari Ini