Suara.com - Sebelum pandemi, ada sekitar $80 miliar uang kertas yang beredar di Australia. Sekarang ada $100 miliar — tapi uang-uang itu tidak ada di mesin kasir.
Penampakan uang kertas pecahan 50 dan 100 dolar semakin langka. Apalagi, selama pandemi penjualan online melonjak karena toko-toko tutup.
Mereka yang tetap buka lebih menyukai metode pembayaran tap-and-go yang higienis dengan menggunakan kartu bank atau perangkat telepon pintar.
Tapi jumlah uang kertas yang beredar justru sangat besar. Masalahnya, uang ini kebanyakan disimpan di bawah kasur atau disembunyikan di laci lemari.
"Saya yakin hal ini mengejutkan banyak orang karena mereka semakin jarang menggunakan uang tunai," kata Melissa Hope, kepala bagian uang kertas pada bank sentral Australia RBA.
"Tapi ternyata uang kertas semakin banyak digunakan sebagai simpanan kekayaan. Artinya, uang itu pada dasarnya disimpan di bawah kasur, bukan ditabung di bank," katanya kepada ABC.
Sebelum pandemi, ada sekitar 80 miliar dolar uang kertas yang beredar di Australia. Dalam tempo setahun, angka itu meningkat menjadi 100 miliar dolar atau setara dengan 1.000 triliun rupiah.
Artinya, dalam waktu sangat singkat terjadi peningkatan 20 persen uang kertas yang beredar di masyarakat.
Praktik menimbun uang tunai telah diketahui sebelumnya di masa pandemi. Tapi data terbaru dari RBA menunjukkan bahwa penimbunan terus berlanjut.
Sebagian besar uang tunai yang ditarik dari ATM selama pandemi adalah pecahan 50 dan 100 dolar Australia.
Uang ini umumnya tidak digunakan untuk membeli barang. Di kafe-kafe lokal juga semakin jarang konsumen yang membayar dengan uang kontan.
Mengapa hal ini terjadi?
Menurut Bank sentral RBA ada dua faktor yang bisa menjelaskan tren ini.
"Yang pertama terkait dengan ketidakpastian ekonomi," kata Melissa.
"Ketika orang merasa tidak pasti, akan terjadi lonjakan permintaan uang tunai yang cukup besar. Kita melihat hal ini selama krisis keuangan tahun 2008," jelasnya.
Berita Terkait
-
Duta Intidaya (DAYA) Genjot Penjualan Online di Tanggal Kembar
-
Sedih! Penjualan Online Turun 30 Persen Sejak Awal 2025: 1 dari 5 Brand Tumbang
-
Tiga Pelaku Penembakan Warga Australia di Bali Ditangkap, Lari ke Jakarta Gunakan Mobil
-
Penjualan Online Melonjak 200%, Brand Lokal dan UMKM Berinovasi Sepanjang 2024
-
Tinjau Langsung, Menteri Teten "Ngenes' Lihat Kondisi Pedagang Pasar Tanah Abang
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
Pilihan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
Terkini
-
BSU Rp600 Ribu Cair November 2025? Cek Informasi Terbaru dan Syarat Penerima
-
Jadi Piutang, WIKA Masih Tunggu Pembayaran Klaim Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung Rp 5,01 T
-
Negara Tanggung Jawab Siap Lunasi Utang Kereta Cepat Jakarta Bandung Rp 119,35 Triliun
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Anak Usaha ABMM Gelar MDP 2025, Kembangkan Kompetensi Peserta Luar Jawa
-
Ditanya Angka Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III 2025, Menko Airlangga: Tunggu Besok!
-
Ada Kabar Baik Buat Pemegang Saham GOTO
-
Syarat Penerima BSU dan Cara Cek Resmi via Kemnaker
-
Saham Big Caps dan Prajogo Pangestu Dorong Reksadana Syailendra Meroket dalam Sehari
-
Bitcoin Terjun Bebas! 1 Miliar Dolar AS Lenyap Akibat Likuidasi, Apa yang Terjadi?