Suara.com - Rupiah pada penutupan perdagangan akhir pekan ini tetap belum mampu menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS). Kabar masuknya virus corona varian Omicron jadi sentimen negatif bagi rupiah.
Pada petang ini mata uang Garuda melemah 0,17 persen atau 25 poin ke level Rp14.367 dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelumnya di Rp14.342. Rupiah terpantau berada di seminggu terendahnya.
Meski begitu, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelaku pasar optimis virus omicron yang terdeteksi di Indonesia bisa di tanggulangi secepatnya oleh pemerintah.
"Presiden Joko Widodo meminta masyarakat agar waspada tapi perkembangan omicron ini jangan membuat kita panik. Untuk itu, masyarakat yang belum divaksin agar segera divaksin," kata Ibrahim dalam analisanya.
Sementara dari sisi eksternal kata Ibrahim karena faktor investor yang mencerna kejutan kenaikan suku bunga dari Bank of England (BOE), dan Bank Sentral Eropa (ECB) mengadopsi sikap yang lebih hawkish.
"Bank sentral utama telah mengadopsi kebijakan yang berbeda karena ketidakpastian tentang dampak varian omicron Covid-19 pada pemulihan ekonomi tetap ada. Perdebatan tentang sejauh mana bank sentral harus bertindak untuk mengekang inflasi yang tinggi juga terus berlanjut," katanya.
Dalam sebuah langkah yang mengejutkan pasar, Bank of England (BOE) menaikkan suku bunga menjadi 0,25 persen ketika menurunkan keputusan kebijakannya pada hari Kamis, menjadi bank sentral Kelompok 7 (G7) pertama yang menaikkan suku bunga sejak awal Covid-19.
Sementara itu ECB, dalam keputusan kebijakannya sendiri yang diturunkan pada hari yang sama dengan BOE, mengumumkan rencana pengurangan aset selama kuartal mendatang. Namun, bank sentral juga menekankan fleksibilitas kebijakan.
Di Asia Pasifik, Bank of Japan menurunkan keputusan kebijakannya pada hari sebelumnya, di mana mempertahankan suku bunga tidak berubah pada -0,10 persen. Ini mempertahankan nada dovishnya tetapi dapat mengurangi pendanaan darurat Covid-19
Baca Juga: Berharap Kasus Tak Meroket Setelah Omicron Masuk, Ketua DPRD DKI: Amit-amit Jabang Bayi
The Fed akan mempercepat program pengurangan asetnya menjadi USD30 miliar setiap bulan, katanya dalam pertemuan keputusan kebijakan pada hari Rabu.
"Bank sentral juga mempertahankan suku bunganya tidak berubah tetapi akan memiliki tiga kenaikan suku bunga seperempat poin pada tahun 2022, tiga pada tahun 2023, dan dua lagi pada tahun 2024," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 5 Rekomendasi Bedak Tabur untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Halus dan Segar
Pilihan
-
Profil Victor Hartono: Pewaris Djarum, Dicekal Negara Diduga Kasus Pajak
-
Dugaan Korupsi Miliaran Rupiah, Kejati DIY Geledah Kantor BUKP Tegalrejo Jogja
-
Fakta-fakta Gangguan MRT Kamis Pagi dan Update Penanganan Terkini
-
5 Mobil Bekas Pintu Geser Ramah Keluarga: Aman, Nyaman untuk Anak dan Lansia
-
5 Mobil Bekas di Bawah 100 Juta Muat hingga 9 Penumpang, Aman Bawa Barang
Terkini
-
Rupiah Lesu Lawan Dolar AS, Karena The Fed Galau Soal Suku Bunga Acuan
-
Karier dan Pendidikan Victor Rachmat Hartono: Bos PT Djarum
-
Purbaya Umumkan Defisit APBN Rp 479,7 Triliun per Oktober 2025, Klaim Masih Aman
-
Profil Victor Hartono: Pewaris Djarum, Dicekal Negara Diduga Kasus Pajak
-
Bearish Bitcoin: Harga BTC Bisa Turun ke US$67.000 Meski Ada Sentimen Positif
-
Dirut PT Djarum Victor Rachmat Hartono Dicekal Kejagung dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
-
Syarat dan Cara Pengajuan KUR Syariah di Pegadaian
-
Menkeu Purbaya Ubah Aturan Kompensasi Bantu Arus Kas Pertamina dan PLN
-
Awas! Lebih dari 3.000 Bus Tak Layak Jalan di Momen Libur Nataru
-
RDMP Kilang Balikpapan Ditargetkan Beroperasi Pertengahan Desember