Suara.com - Harga minyak dunia anjlok sekitar 2 persen pada perdagangan Kamis, karena perundingan akan kesepakatan nuklir Iran memasukit tahap akhir.
Meski begitu kejatuhan harga minyak pada sesi ini dibatasi oleh ketegangan antara eksportir energi utama Rusia dan Barat terkait Ukraina.
Mengutip CNBC, Jumat (18/2/2022) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup merosot USD1,84 atau 1,9 persen menjadi USD92,97 per barel.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), menyusut USD1,90, atau 2,0 persen menjadi menetap di posisi USD91,76 per barel.
Kedua tolok ukur itu meroket ke level tertinggi sejak September 2014 pada awal pekan ini, dan keduanya terus menghadapi bakwardation ekstrem dalam beberapa bulan mendatang, menunjukkan ketatnya pasokan.
"(Pasar) minyak terkunci dalam tarik ulur antara keringanan sanksi Iran dan ketegangan Rusia-Ukraina," kata Stephen Brennock, analis PVM Oil.
Kontrak berjangka untuk Brent dan WTI hingga Agustus berada dalam apa yang oleh Robert Yawger, Direktur Mizuho, disebut sebagai "super-backwardation" dengan setiap bulan diperdagangkan setidaknya USD1 per barel di bawah bulan sebelumnya.
Amerika Serikat berada di "tengah-tengah tahap paling akhir" dari perundingan tidak langsung dengan Iran, ditujukan untuk menyelamatkan kesepakatan 2015 yang membatasi kegiatan nuklir Teheran.
Dengan kesepakatan baru tampaknya semakin dekat, Korea Selatan mengatakan pihaknya mengadakan pembicaraan tentang melanjutkan impor minyak mentah Iran dan mencairkan dana Iran. Sebelumnya, Korea Selatan adalah salah satu pembeli minyak terbesar Teheran di Asia.
Baca Juga: Ketegangan Rusia-Ukraina Membuat Harga Minyak Dunia Makin Mahal
Namun, ketegangan atas kemungkinan invasi Rusia ke Ukraina terus mendukung pasar minyak karena potensi gangguan pasokan energi. Rusia membantah berencana untuk menyerang tetangganya itu.
Presiden Joe Biden, Kamis, mengatakan ada indikasi bahwa Rusia berencana untuk menyerang Ukraina dalam beberapa hari ke depan dan sedang mempersiapkan dalih untuk membenarkannya, setelah pasukan Ukraina dan pemberontak pro-Moskow saling tembak di Ukraina timur.
Rusia, sementara itu, mengusir Bart Gorman, Deputi Duta Besar Amerika di Moskow, Departemen Luar Negeri mengatakan pada Kamis, dengan Washington memperingatkan bahwa mereka akan menanggapi langkah "tidak beralasan" tersebut.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Pilihan Baru BBM Ramah Lingkungan, UltraDex Setara Standar Euro 5
-
Pelanggan Pertamina Kabur ke SPBU Swasta, Kementerian ESDM Masih Hitung Kuota Impor BBM
-
Kementerian ESDM Larang SPBU Swasta Stop Impor Solar di 2026
-
59 Persen Calon Jamaah Haji Telah Melunasi BIPIH Melalui BSI
-
Daftar Lengkap Perusahaan Aset Kripto dan Digital yang Dapat Izin OJK
-
CIMB Niaga Syariah Hadirkan 3 Produk Baru Dorong Korporasi
-
Negara Hadir Lewat Koperasi: SPBUN Nelayan Tukak Sadai Resmi Dibangun
-
Kemenkop dan LPDB Koperasi Perkuat 300 Talenta PMO Kopdes Merah Putih
-
Kantor Cabang Bank QNB Berguguran, OJK Ungkap Kondisi Karyawan yang Kena PHK
-
Sepekan, Aliran Modal Asing ke Indonesia Masuk Tembus Rp240 Miliar