Suara.com - Harga minyak dunia naik lebih dari 1 persen pada perdagangan Senin, dengan Brent mencapai USD114 per barel, karena gangguan di Libya memperdalam kekhawatiran atas pasokan global yang ketat di tengah krisis Ukraina.
Mengutip CNBC, Selasa (19/4/2022) minyak mentah berjangka Brent, patokan global, ditutup melambung USD1,46, atau 1,3 persen menjadi USD113,16 per barel. Kontrak tersebut naik menjadi USD114,84 per barel, tertinggi sejak 28 Maret.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, melesat USD1,26, atau 1,2 persen menjadi menetap di posisi USD108,21 per barel. Patokan tersebut menyentuh USD109,81 per barel, juga tertinggi sejak 28 Maret.
Penurunan pasokan yang lebih dalam terus membayangi pasar. Produksi Rusia anjlok 7,5 persen pada paruh pertama April dari Maret, Interfax melaporkan, Jumat, dan pemerintah Uni Eropa mengatakan pekan lalu bahwa eksekutif blok itu sedang menyusun proposal untuk melarang minyak mentah Rusia.
Komentar itu muncul sebelum eskalasi dalam perang Ukraina.
Pihak berwenang Ukraina mengatakan rudal menghantam Lviv, Senin pagi, dan ledakan mengguncang sejumlah kota ketika pasukan Rusia terus melakukan pemboman setelah mengklaim hampir menguasai penuh pelabuhan Mariupol.
Dalam sinyal bearish bagi harga, ekonomi China melambat pada Maret, memperburuk prospek yang sudah melemah akibat pembatasan Covid-19.
Data yang dirilis Senin juga menunjukkan China menyuling minyak 2 persen lebih sedikit pada Maret dari tahun sebelumnya, dengan throughput jatuh ke level terendah sejak Oktober karena lonjakan harga minyak mentah menekan margin dan penguncian yang ketat mengurangi permintaan.
Minyak melonjak ke level tertinggi sejak 2008 pada bulan lalu, dengan Brent sempat mencapai USD134.
Baca Juga: Pengurangan Pasokan Rusia dan Pemadaman dari Libya Bikin Harga Minyak Makin Ngegas!
Menambah tekanan pasokan dari sanksi terhadap Rusia, National Oil Corp Libya, Senin, mengatakan gelombang penutupan yang mulai menghantam fasilitasnya dan menyatakan force majeure di ladang minyak Al-Sharara dan situs lainnya.
"Dengan pasokan global yang sekarang sangat ketat, bahkan gangguan yang paling kecil pun kemungkinan akan berdampak besar pada harga," kata Jeffrey Halley, analis OANDA.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Bukan Sekadar Bantuan, Pemberdayaan Ultra Mikro Jadi Langkah Nyata Entaskan Kemiskinan
-
BEI Rilis Liquidity Provider Saham, Phintraco Sekuritas Jadi AB yang Pertama Dapat Lisensi
-
Ekonomi RI Melambat, Apindo Ingatkan Pemerintah Genjot Belanja dan Daya Beli
-
Pakar: Peningkatan Lifting Minyak Harus Dibarengi Pengembangan Energi Terbarukan
-
Pertamina Tunjuk Muhammad Baron Jadi Juru Bicara
-
Dua Platform E-commerce Raksasa Catat Lonjakan Transaksi di Indonesia Timur, Begini Datanya
-
KB Bank Catat Laba Bersih Rp265 Miliar di Kuartal III 2025, Optimistis Kredit Tumbuh 15 Persen
-
Ekspor Batu Bara RI Diproyeksi Turun, ESDM: Bukan Nggak Laku!
-
IHSG Berhasil Rebound Hari Ini, Penyebabnya Saham-saham Teknologi dan Finansial
-
Pengusaha Muda BRILiaN 2025: Langkah BRI Majukan UMKM Daerah