Suara.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kerja keras APBN dalam menangani Covid dan memulihkan ekonomi kini mulai dirasakan hasilnya.
“Hingga akhir Maret 2022 pendapatan negara mencapai Rp501 triliun atau naik 32% dibandingkan tahun lalu. Pajak kita lihat Rp199,4 triliun bulan Februari, dan bulan ini Rp322,5 triliun. Bandingkan tahun lalu yang Rp228 triliun pada tahun 2021, jadi ini tumbuh 41,4%. Kepabean dan cukai kita sudah mengumpulkan Rp79,3 triliun. Realisasinya sampai akhir Maret, naik signifikan dibandingkan tahun lalu yang hanya Rp62,3 triliun jadi naik 27,3 persen,” kata Sri Mulyani, Rabu (20/4/2022).
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga menyatakan hasil positif yang sama. Hingga akhir Maret 2022, realisasi PNBP mencapai Rp99,1 triliun. Capaian ini lebih tinggi dibandingkan capaian tahun lalu sebesar Rp88,6 triliun, atau tumbuh 11,8%. Sedangkan sisi belanja akan terus dioptimalkan untuk mendorong percepatan pemulihan ekonomi, seiring dengan terkendalinya pandemi Covid-19.
“Belanja negara masih perlu dipacu lagi. Belanja negara total mengalami kontraksi 6,2 persen, bahkan untuk belanja pemerintah pusat kontraksinya 10,3 persen, belanja K/L bahkan kontraksinya lebih dalam lagi. Ini artinya para Kementerian dan Lembaga perlu untuk memacu dari sisi rencana belanja mereka,” kata Sri.
Untuk realisasi Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD), hingga akhir Maret 2022 tercatat tumbuh positif sebesar 2 persen yaitu Rp176,5 triliun. Penyaluran TKDD sampai dengan 31 Maret 2022 lebih tinggi dibandingkan tahun 2021, yaitu Rp173 triliun. Hal ini, ungkap Menkeu, didukung kepatuhan daerah yang lebih baik.
“Jadi bagaimana kondisi APBN kita pada akhir Maret ini, karena banyak yang kemudian orang sering kemudian membuat statement mengenai kondisi APBN dan utang. Coba kita lihat, realisasi sampai dengan akhir Maret 2022 keseimbangan primer kita bahkan surplus Rp94,7 triliun. Ini suatu prestasi yang luar biasa karena tahun lalu defisit Rp65,3 triliun, artinya pembalikan 245 persen membalik secara cepat dan kuat,” kata Sri.
Demikian juga dari sisi total keseimbangan APBN. Menkeu mengatakan APBN sampai akhir Maret 2022 masih surplus sebesar Rp10,3 triliun. Sementara dibandingkan tahun lalu pada bulan Maret 2021 APBN sudah mencatatkan defisitnya sebesar Rp143,7 triliun.
“Jadi sekali lagi ini juga, membalik dari negatif yang dalam ke positif di Rp10,3 triliun artinya growth-nya tumbuh 107,2 persen. Nah artinya kondisi APBN kita surplus sampai dengan akhir Maret dibandingkan tahun lalu bulan Maret yang defisit sangat dalam. Jadi tahun lalu itu sudah defisit 0,8 persen dari GDP kita pada posisi bulan Maret, sementara tahun ini kita masih surplus di 0,06 persen dari GDP,” kata Sri.
Dengan kondisi posisi APBN yang surplus, maka pembiayaan utang tercatat mampu turun secara tajam. Hingga dengan akhir Maret 2022, APBN hanya mengeluarkan Rp139,4 triliun untuk pembiayaan. Pembiayaan utang ini turun tajam sebesar 58,1% jika dibandingkan dengan tahun lalu, dimana pembiayaan utang tercatat sebesar Rp332,8 triliun.
Baca Juga: IMF Pangkas Ekonomi Global, Apa Kata Sri Mulyani?
“Surplus dan pembiayaan utang yang merosot tajam menggambarkan bahwa APBN kita mulai pulih kesehatannya, dan ini bagus karena APBN pasti dibutuhkan untuk berbagai macam seperti shock absorber, melindungi masyarakat, membangun infrastruktur, mendukung pendidikan, memperbaiki kesehatan, memperbaiki alutsista. Semuanya itu pasti butuh APBN. Maka APBN harus terus menerus dijaga kesehatannya,” kata Sri.
Bahkan dengan surplus ini APBN masih punya sisa anggaran lebih Rp149,7 triliun. APBN akan terus diseimbangkan dalam tiga tujuan yang semuanya sama penting, yaitu menjaga kesehatan dan keselamatan rakyat, menjaga kesehatan dan pemulihan ekonomi, dan mengembalikan kesehatan APBN.
“Itulah cerita dari APBN kita sampai bulan Maret ini yang tentu kita tidak terlena. Tetap kita jaga. Karena meskipun hasilnya sangat bagus namun keberadaan risiko masih sangat tinggi,” kata Sri.
Berita Terkait
-
Menkeu Purbaya Yakin Sisa Anggaran Kementerian 2025 Lebihi Rp 3,5 Triliun
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
Purbaya Umumkan Defisit APBN Rp 479,7 Triliun per Oktober 2025, Klaim Masih Aman
-
Anggaran Rp19 Triliun Belum Terserap: Apa yang Terjadi di Kemenhub Menjelang Tutup Buku 2025?
-
Kala Purbaya Ingin Rakyat Kaya
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Dukung Implementasi SEOJK No. 7/SEOJK.05/2025, AdMedika Perkuat Peran Dewan Penasihat Medis
-
Fakta-fakta RPP Demutualisasi BEI yang Disiapkan Kemenkeu
-
Rincian Pajak UMKM dan Penghapusan Batas Waktu Tarif 0,5 Persen
-
Tips Efisiensi Bisnis dengan Switchgear Digital, Tekan OPEX Hingga 30 Persen
-
Indef: Pedagang Thrifting Informal, Lebih Bahaya Kalau Industri Tekstil yang Formal Hancur
-
Permata Bank Targetkan Raup Rp 100 Miliar dari GJAW 2025
-
Bolehkah JHT diklaim Segera Setelah Resign? Di Atas 15 Juta, Ada Aturan Khusus
-
Kereta Gantung Rinjani: Proyek 'Rp6,7 Triliun', Investor China Ternyata Tidak Terdaftar
-
Impor Teksil Ilegal Lebih Berbahaya dari Thrifting
-
Kilang Balikpapan Diresmikan 17 Desember, Bahlil Janji Swasembada Energi di 2026