Suara.com - Harga minyak dunia merosot pada akhir pekan lalu, setelah harga konsumen AS naik lebih tinggi dari perkiraan dan China memberlakukan tindakan penguncian Covid-19.
Mengutip CNBC, Senin (13/6/2022) minyak mentah Brent turun 1 persen menjadi USD121,88 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 0,8 persen menjadi USD120,34 per barel.
Harga minyak merosot bersama dengan saham Wall Street setelah berita bahwa harga konsumen AS meningkat pada Mei sebesar 8,6 persen.
Harga bensin telah mencapai rekor tertinggi dan biaya makanan melonjak, menyebabkan kenaikan tahunan terbesar dalam 40 tahun terakhir. Itu meningkatkan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memperketat kebijakan lebih agresif.
"Kekhawatiran itu bisa menjadi indikator kebiasaan konsumen dan meskipun permintaan bensin kuat sekarang, itu pertanda di masa depan bahwa jika harga bensin tidak stabil maka konsumen akan mengurangi," kata Phil Flynn, analis dari Price Futures.
Shanghai dan Beijing kembali dalam siaga Covid pada hari Kamis. Beberapa bagian dari Shanghai memberlakukan pembatasan penguncian baru dan kota itu mengumumkan putaran pengujian massal untuk jutaan penduduk.
Impor minyak mentah China pada Mei naik hampir 12 persen dari tahun sebelumnya.
"Ini tidak menunjukkan bahwa permintaan minyak meningkat. Sebaliknya, China kemungkinan akan bertindak oportunis, membeli minyak mentah dari Rusia dengan harga yang jauh lebih rendah dibanding harga pasar global untuk mengisi kembali stoknya," kata analis Commerzbank, Carsten Fritsch.
Minyak telah naik lebih dari USD1 di awal sesi seiring kekhawatiran potensi gangguan pasokan di Eropa dan Afrika. Produksi minyak Norwegia dapat dikurangi jika pekerja mogok pada hari Minggu, kata Asosiasi Minyak dan Gas Norwegia (NOG).
Baca Juga: Di Tengah Konflik Rusia-Ukraina, AS Butuh Arab Saudi untuk Stabilkan Harga Minyak Dunia
Sekitar 845 dari sekitar 7.500 karyawan di anjungan lepas pantai berencana mogok mulai 12 Juni jika negosiasi gaji tahunan gagal.
Produksi minyak di ladang Sarir Libya telah berkurang setelah pelabuhan Ras Lanuf dan Es Sider ditutup.
Sekelompok milisi juga mengancam akan menutup pelabuhan Hariga, kata dua insinyur minyak di ladang itu.
Kesepakatan nuklir dengan Iran dan mencabut sanksi AS terhadap sektor energi Iran sedang surut. Iran pada hari Kamis memberikan pukulan yang hampir fatal terhadap peluang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir.
Iran pada dasarnya mulai menghapus semua peralatan pemantauan Badan Energi Atom Internasional yang dipasang berdasarkan kesepakatan itu, kata kepala IAEA Rafael Grossi.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
Terkini
-
Pakar Ingatkan Risiko Harga Emas, Saham, hingga Kripto Anjlok Tahun Depan!
-
DPR Tegaskan RUU P2SK Penting untuk Mengatur Tata Kelola Perdagangan Aset Kripto
-
Mengapa Rupiah Loyo di 2025?
-
Dukungan LPDB Perkuat Layanan Koperasi Jasa Keselamatan Radiasi dan Lingkungan
-
LPDB Koperasi Dukung Koperasi Kelola Tambang, Dorong Keadilan Ekonomi bagi Penambang Rakyat
-
Profil Agustina Wilujeng: Punya Kekayaan Miliaran, Namanya Muncul di Kasus Chromebook
-
RUPSLB BRI 2025 Sahkan RKAP 2026 dan Perubahan Anggaran Dasar
-
Pemerintah Jamin UMP Tak Bakal Turun Meski Ekonomi Daerah Loyo
-
Mengapa Perusahaan Rela Dijual ke Publik? Memahami Gegap Gempita Hajatan IPO
-
KEK Mandalika Kembali Dikembangkan, Mau Bangun Marina