Suara.com - Bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed) saat ini tengah agresif untuk terus mengerek naik suku bunga acuannya. Beberapa waktu lalu, The Fed telah menyetujui kenaikan suku bunga terbesarnya yaitu 75 basis poin, menjadi yang tertinggi sejak hampir tiga dekade.
Agresifnya The Fed dalam mengkatrol naik suku bunga acuannya demi melawan ganasnya laju inflasi di Negeri Paman Sam dimana pada Juni lalu inflasi AS telah menyentuh 8,6 persen.
Kondisi ini tak boleh dianggap enteng, pasalnya ada sejumlah konsekuensi yang bisa ditimbulkan dari dampak kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR), salah satunya beban bunga utang Indonesia yang berpotensi ikut membengkak.
Ekonom CORE Indonesia Akhmad Akbar Soesamto mengatakan bahwa pembayaran bunga utang telah mencakup 17,8 persen dari total belanja negara hingga semester I/2022. Dia bilang angka ini merupakan tertinggi.
Dia menjelaskan bahwa pada 2014 porsi pembayaran bunga utang terhadap pengeluaran anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) masih di 7,5 persen. Angkanya terus naik hingga 2019 menyentuh 11,9 persen, hingga kemudian melonjak pada tahun ini.
"Persentase pembayaran bunga utang terhadap total belanja mencapai 17,8 persen. Ini saya kira yang tertinggi, walaupun rekor yang tidak bagus," ujar Akbar dalam acara CORE Midyear Review 2022 bertajuk Menjaga Pemulihan Domestik di Tengah Potensi Resesi Global secara daring, Rabu (27/7/2022).
Dia khawatir kondisi akan membuat kenaikan tingkat bunga utang seiring dengan naiknya suku bunga acuan di banyak negara.
Saat ini, rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) telah mencapai 42,7 persen. Angka itu memang relatif lebih rendah dari negara-negara lain, tetapi Akbar tidak menyebut bahwa kondisi Indonesia serta merta baik.
"Dikatakan baik-baik saja juga tidak, karena ini lebih buruk dari yang lalu. Beban ini akan mengurangi ruang anggaran untuk yang lain," ujar Akbar.
Baca Juga: Inflasi Indonesia Diprediksi di Bawah 6% Akhir Tahun 2022, Apa Saja Faktor Pendukungnya?
Berita Terkait
-
Mengapa Bunga Pindar jadi Sorotan KPPU?
-
Bos Bank Indonesia : Ruang Penurunan Suku Bunga Masih Terbuka
-
Harga Emas Dunia Diramal Bertahan di Atas US$ 4.000, Emas Lokal Bakal Terdampak?
-
Jurus Korporasi Besar Jamin Keberlanjutan UMKM Lewat Pinjaman Nol Persen!
-
AFPI: Pemberantasan Pinjol Ilegal Masih Menjadi Tantangan Dulu dan Sekarang
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
Neo Pinjam: Bunga, Biaya Admin, Syarat, Tenor, Kelebihan dan Kekurangan
-
Sertifikat Tanah Ganda Paling Banyak Keluaran 1961 Hingga 1997, Apa Solusinya?
-
Optimalkan Nilai Tambah dan Manfaat, MIND ID Perkuat Tata Kelola Produksi serta Penjualan
-
Kasus Sertifikat Tanah Ganda Merajalela, Menteri Nusron Ungkap Penyebabnya
-
3 Altcoin Diprediksi Bakal Meroket Pasca Penguatan Harga Bitcoin US$ 105.000
-
MEDC Mau Ekspor Listrik ke Singapura
-
BRI Peduli Salurkan 637 Ambulans Lewat Program TJSL
-
Tidak Semua Honorer, Hanya Tiga Kriteria Ini Berhak Diangkat Jadi PPPK Paruh Waktu
-
Prediksi Harga Emas Pekan Depan: Was-was RUU Trump, Emas Lokal Bakal Ikut Melemah?
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal