Suara.com - Saham milik PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul (SIDO) mengalami ARB atau penurunan dalam dua hari berturut-turut. Penyebab saham SIDO ARB dua hari berturut-turut adalah karena harga bahan baku yang terus-menerus meroket.
SIDO mengawali perdagangan pada Senin, (1/8/2022) dengan koreksi sebesar 6,63 persen ke posisi Rp845. Padahal di paruh pertama 2022, SIDO melemah 10,11 persen. Saham SIDO pun mengalami ARB 7 persen hingga penutupan sesi pertama. Data BEI menyebutkan saham SIDO anjlok 6 persen ke level Rp905 dengan nilai transaksi RP95,88 miliar.
Sehari setelahnya saham SIDO kembali ables 6,51 persen ke Rp790. Itu berarti ARB pada saham ini terjadi dua hari berturut-turut. Penyebab utamanya adalah inflasi yang tinggi untuk harga bahan baku jamu.
Padahal, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mengalami penurunan 11,35 persen dari Rp502 miliar menjadi Rp445,59 miliar.
Bahan baku yang mahal juga berdampak pada penurunan penjualan sebanyak 2,53 persen. Meski beban penjualan dan pemasaran menurun, namun beban umum dan administrasi justru meningkat.
Hasilnya, laba usaha SIDO malah turun 10 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Aset SIDO juga ikut turun menjadi Rp3,57 triliun per 30 Juni 2022 dari posisi sebelumnya Rp4,06 triliun pada akhir tahun lalu.
Sido Muncul diawali dari usaha pemerahan susu terbesar bernama Melkrey di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, di sinilah titik awal perjalanan usaha pasangan suami istri Siem Thiam Hie dan Rakhmat Sulistio atau Go Djing Nio dimulai.
Pada 1930, pasangan ini merintis toko roti dengan nama Roti Muncul. Pada tahun yang sama, Rakhmat Sulistio mulai meracik jamu masuk angin yang kini dikenal dengan nama Tolak Angin.
Baca Juga: Awal Pekan IHSG Parkir di Level 6.968 Menguat 0,25 Persen
Usaha itu berkembang berkat kemahiran Rakhmat meracik jamu dari rempah-rempah tradisional. Pasangan ini kemudian memutuskan untuk membuka usaha jamu di Yogyakarta.
Awalnya pada 1940 tolak angin berbentuk minuman rempah-rempah rebus mulai dipasarkan. Kemudian, mereka mulai mendirikan perusahaan sederhana bernama Sido Muncul di Trenggulan, Semarang pada 1951. Perusahaan berubah status menjadi PT Industri Jamu Farmasi Sido Muncul pada 1975.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni
Berita Terkait
-
Selasa Sore, IHSG Berhasil Ditutup Menguat di Level 6.988
-
Mandiri Sekuritas: Jumlah Investor Ritel Pasar Saham Bertambah Lebih dari 100 Persen
-
Selasa Pagi IHSG Dibuka Naik ke Level 6.988
-
Ketua DPRD DKI soal PT Delta Djakarta: Selama Saya Menjabat, Saham Milik Pemprov di Perusahaan Bir Tak Akan Dijual
-
Awal Pekan IHSG Parkir di Level 6.968 Menguat 0,25 Persen
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 5 Pilihan HP Snapdragon Murah RAM Besar, Harga Mulai Rp 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Pertamina Setor Dividen Jumbo ke Danantara, Capai Rp 23 Triliun hingga September 2025
-
BTN Gandeng Arsitek Hingga Pengembang Gali Inovasi Baru Sektor Properti
-
Pemerintah Mau Sulap Thrifting Pasar Senen dan Gedebage, 1.300 Merek Lokal Disiapkan
-
Legislator Hingga Pengusaha Khawatir Agenda Asing Hantui Industri Hasil Tembakau
-
Harga Bitcoin Tertekan Menuju Level Kritis, Bearish atau Peluang Akumulasi Penguatan?
-
Penjualan Retail Semen SMGR Melejit di Oktober 2025, Bali Jadi Pendorong Pertumbuhan
-
Menkeu Purbaya Heran Lomba Lari Berbayar: Boleh lah!
-
IHSG Terus Melonjak Hingga Akhir Perdagangan Senin, Tembus Level 8.416
-
Pertamina Proyeksikan Laba Rp 54 T di 2025, Kontribusi ke Negara Tembus Rp 262 T
-
Menko Airlangga Rayu AS dengan Tawaran Jual Beli Energi Senilai USD19,5 Miliar