Suara.com - Harga minyak dunia anjlok lagi lebih dari 3 persen pada perdagangan hari Kamis, karena tindakan penguncian Covid-19 di China menambah kekhawatiran bahwa inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga bakal mengurangi permintaan bahan bakar.
Mengutip CNBC, Jumat (2/9/2022) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup merosot USD3,28 atau 3,4 persen menjadi USD92,36 per barel.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), menyusut USD2,94, atau 3,3 persen menjadi USD86,61 per barel.
"Permintaan minyak dunia, dari Barat, serta China, stagnan, sementara pasokan meningkat secara bertahap, sebagian besar didukung lonjakan shale-oil Amerika," kata analis Julius Baer, Norbert Rucker.
Aktivitas pabrik Asia melorot pada Agustus karena pembatasan nol-Covid China dan tekanan biaya terus merugikan bisnis, survei menunjukkan pada Kamis, menggelapkan prospek pemulihan yang rapuh di kawasan itu.
Pusat teknologi di sebelah selatan China, Shenzhen, memperketat pembatasan Covid-19 karena jumlah kasus terus meningkat. Acara besar dan hiburan dalam ruangan ditangguhkan selama tiga hari di distrik terpadat di kota itu.
Indeks saham utama Eropa jatuh ke posisi terendah tujuh minggu karena kekhawatiran mendalam tentang kenaikan suku bunga yang agresif guna meredam laju inflasi.
Indeks Dolar (Indeks DXY) mencapai level tertinggi 20 tahun setelah data Amerika menunjukkan ekonomi yang kuat, memberi Federal Reserve lebih banyak ruang untuk menaikkan suku bunga. Penguatan greenback membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
"China kembali menerapkan putaran penguncian Covid lainnya di terminal ekspor utama," kata Dennis Kissler, Vice President BOK Financial.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Turun Lagi, Kini Sentuh USD 95/Barel
Kemungkinan dihidupkannya kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 yang akan mengizinkan anggota OPEC itu untuk meningkatkan ekspor minyaknya juga membebani harga.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan dia berharap kesepakatan akan tercapai dalam beberapa hari mendatang.
Volatilitas pasar minyak meningkat tahun ini di tengah kekhawatiran tentang pasokan yang tidak memadai dalam beberapa bulan setelah Rusia mengirim pasukan militer ke Ukraina, dan OPEC berjuang mendongkrak output.
Produksi OPEC mencapai 29,6 juta barel per hari (bph) dalam bulan terakhir, menurut survei Reuters, sementara output Amerikan melesat menjadi 11,82 juta bph pada Juni. Keduanya berada di level tertinggi sejak April 2020.
Namun, pasar minyak akan memiliki surplus kecil hanya 400.000 bph pada 2022, jauh lebih sedikit dari perkiraan sebelumnya, menurut OPEC dan mitranya - yang dikenal sebagai OPEC Plus - karena kekurangan produksi anggotanya, data dari kelompok itu menunjukkan.
Kelompok ini memperkirakan defisit pasar minyak sebesar 300.000 bph pada 2030.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- Suzuki Ignis Berapa cc? Harga Bekas Makin Cucok, Intip Spesifikasi dan Pajak Tahunannya
- STY Siap Kembali, PSSI: Tak Mudah Cari Pelatih yang Cocok untuk Timnas Indonesia
Pilihan
-
Jokowi Klaim Proyek Whoosh Investasi Sosial, Tapi Dinikmati Kelas Atas
-
Barcelona Bakal Kirim Orang Pantau Laga Timnas Indonesia di Piala Dunia U-172025
-
Menkeu Purbaya Pamer Topi '8%' Sambil Lempar Bola Panas: Target Presiden, Bukan Saya!
-
Hore! Purbaya Resmi Bebaskan Pajak Bagi Pekerja Sektor Ini
-
Heboh di Palembang! Fenomena Fotografer Jalanan Viral Usai Cerita Istri Difoto Tanpa Izin
Terkini
-
Transaksi Belanja Online Meningkat, Bisnis Logistik Ikut Kecipratan
-
Regulator Siapkan Aturan Khusus Turunan UU PDP, Jamin Konsumen Aman di Tengah Transaksi Digital
-
Kredit BJBR Naik 3,5 Persen, Laba Tembus Rp1,37 Triliun
-
Jokowi Klaim Proyek Whoosh Investasi Sosial, Tapi Dinikmati Kelas Atas
-
MedcoEnergi Umumkan Pemberian Dividen Interim 2025 Sebesar Rp 28,3 per Saham
-
Penyeragaman Kemasan Dinilai Bisa Picu 'Perang' antara Rokok Legal dan Ilegal
-
Meroket 9,04 Persen, Laba Bersih BSI Tembus Rp 5,57 Triliun di Kuartal III-2025
-
Asabri Beri Kesempatan Gen Z Berkarir di Industri Dapen Lewat Program Magang Nasional
-
Menavigasi Revolusi Kendaraan Listrik ASEAN: Peran VinFast di Pasar Global Baru
-
Genjot Pemanfaatan EBT, RI Targetkan 60 Persen Listrik dari Sumber Terbarukan