Suara.com - The Asian Banker tahun 2022 menyatakan bahwa ekonomi digital sangat berpotensi untuk mendorong prospek pertumbuhan ekonomi sekaligus mentransformasikan kehidupan masyarakat. Sayangnya, disebutkan juga bahwa dari 181 juta populasi usia dewasa di Indonesia, sebanyak 51% masih termasuk dalam kategori unbanked dan 26% underbanked.
Angka ini pun menempatkan Indonesia pada urutan ke-5 sebagai negara dengan angka populasi masyarakat underbanked terbesar di Asia Tenggara.
Kalangan unbanked adalah sebutan untuk individu yang cukup umur namun tidak memiliki rekening bank, karena lebih suka melakukan transaksi keuangan secara tunai.
Sedangkan underbanked merupakan individu yang sudah punya akses dengan layanan keuangan tapi masih sangat sederhana seperti misalnya hanya tabungan. Atau dalam artian lain, underbanked merupakan orang yang sudah memiliki rekening bank tetapi belum bisa mengakses produk keuangan lain seperti Kartu Kredit, KTA, dan lainnya. Salah satunya karena riwayat kredit yang terbatas.
Studi lain dari Deloitte menunjukkan bahwa ekonomi digital di Indonesia berpotensi tumbuh sebesar USD133 juta dalam lima tahun mendatang sehingga mendorong institusi semakin berinovasi untuk mempercepat pertumbuhan digitalisasi di semua sektor.
Dan dengan meningkatnya ketersediaan ponsel pintar dan internet secara paralel di Indonesia, tercatat ada 60 juta konsumen baru bergabung dengan ekonomi digital selama periode pandemi saja.
Dalam upaya mendukung pertumbuhan ekonomi digital, Bank DBS Indonesia, Bukalapak, CARInih, Home Credit Indonesia, DOKU, Modalku, Flip, dan Warung Pintar menggagas kampanye edukasi digitalisasi dan finansial bertajuk ‘More innovation, less limitation’. Kerja sama ini menitikberatkan pada edukasi dan pembangunan ekosistem finansial digital yang berkelanjutan dan menargetkan kalangan unbanked dan underbanked di Indonesia.
Head of Group Strategic Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia Mona Monika, mengatakan, “Dunia saat ini mengalami pertumbuhan teknologi digital yang sangat cepat dan mengubah banyak aspek di dalam kehidupan kita. Merespon peluang ini, Bank DBS Indonesia bertransformasi menjadi lebih seperti perusahaan teknologi, dan tak lagi melihat dirinya sebagai bank konvensional. Diinspirasi oleh posisi brand Bank DBS untuk Live more, Bank less, lahirlah semangat More innovation, less limitation di mana kami membangun ekosistem finansial strategis bersama Bukalapak, CARInih, Home Credit Indonesia, DOKU, Modalku, Flip, dan Warung Pintar. Kami berkomitmen untuk terus berinovasi dan berkontribusi dalam menciptakan berbagai peluang serta memberdayakan masyarakat guna membangun perekonomian nasional.”
Namun masalahnya, adopsi digitalisasi yang tinggi di antara masyarakat untuk mencapai ekonomi berbasis digital masih terhadang beberapa kendala, di antaranya pendanaan, perpajakan, perlindungan konsumen, infrastruktur komunikasi, logistik, serta edukasi dan sumber daya manusia.
Baca Juga: Kanada Siap Dukung Indonesia Kembangkan Ekonomi Digital
Kalangan unbanked, underbanked, dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) juga masih dihadapkan pada isu pemindahan operasional mereka secara daring, koneksi dan infrastruktur, perlindungan data dan cybersecurity.
Tantangan lainnya adalah mendigitalisasi layanan dan juga meningkatkan kapabilitas sumber daya yang mumpuni. Isu-isu tersebut merupakan sebuah agenda bersama pelaku bisnis digital untuk menghasilkan program layanan serta kebijakan yang komprehensif dan tersinkronisasi.
Bank DBS Indonesia sebagai bank yang digerakkan oleh tujuan positif (purpose-driven bank) memberi perhatian khusus terhadap inovasi digital setiap produk dan layanan sesuai kebutuhan nasabah. Dalam kolaborasi ini, Bank DBS Indonesia, yang menghadirkan digibank by DBS sebagai salah satu pelopor perbankan digital di Indonesia, menghadirkan solusi pembayaran mudah, ringkas, dan nyaman bagi pengguna.
Bank DBS Indonesia percaya bahwa untuk mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi digital dibutuhkan kolaborasi yang kuat dari berbagai penggerak digitalisasi dan keuangan Indonesia, termasuk e-commerce dan fintech yang merupakan masa depan ekonomi Indonesia. Keunggulan e-commerce terbukti tidak hanya bisa mempertahankan, tetapi juga berhasil memulihkan bisnis para pelaku UMKM dengan lebih cepat di masa pandemi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Sedan Bekas yang Jarang Rewel untuk Orang Tua
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- 5 Sepatu Lari Hoka Diskon 50% di Sports Station, Akhir Tahun Makin Hemat
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman Skechers Buat Jalan-Jalan, Cocok Buat Traveling dan Harian
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
Pilihan
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
John Herdman Dikontrak PSSI 4 Tahun
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
4 Rekomendasi HP Xiaomi Murah, RAM Besar Memori Jumbo untuk Pengguna Aktif
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
Terkini
-
Apresiasi Ferry Irwandi, IKAPPI Usul Skema Distribusi Masif untuk Tekan Harga Pangan
-
Awas! Ada 4 Bakteri Berbahaya di Bawang Bombai Ilegal
-
Danantara Guyur Pinjaman Rp 2 Triliun ke BTN, Buat Apa?
-
Maknai Natal 2025, BRI Peduli Wujudkan Kepedulian Melalui Penyaluran Puluhan Ribu Paket Sembako
-
Transformasi Makin Cepat, Potensi Ekonomi Digital Bisa Tembus 360 Miliar Dolar AS
-
Pemerintah Bangun Pabrik Pupuk NPK Nitrat Pertama, Bisa Bikin Petani Bisa Hemat?
-
Kementerian ESDM Tambah Stok LPG di Sumut: Persentase Ketersedian Tembus 108 Persen
-
Simas Insurtech Bayar Klaim Asuransi Kendaraan Rp 1,3 Miliar ke Korban Banjir Sumatera
-
ESDM Ungkap Stok BBM di Sumbar Makin Meningkat, Tapi Akui Distribusi Masih Mandek
-
Total 117.301 Rekening Ditutup Imbas Penipuan, Nilai Kerugian Tembus Rp8,2 Triliun