Suara.com - Ekonomi Indonesia diperkirakan bakal tumbuh melambat sepanjang tahun 2023 ini. Proyeksi terbaru datang dari Standard Chartered yang memperkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh sebesar 5,1% pada tahun 2023.
Proyeksi itu lebih rendah dari capaian pertumbuhan ekonomi tahun 2022 yang mencapai 5,3 persen.
Meski demikian, Senior Economist Standard Chartered Indonesia, Aldian Taloputra menjelaskan, perekonomian Indonesia akan tetap solid karena yang terfokus di dalam negeri, tingkat inflasi yang mereda, koreksi harga komoditas yang moderat, dan pengeluaran terkait Pemilu akan mendukung konsumsi.
“Investasi asing (FDI) di industri pengolahan mineral dan investasi publik di bidang infrastruktur akan terus mendukung peningkatan investasi. Kami rasa likuiditas yang cukup dapat memperlambat transmisi kebijakan moneter, dan meredam dampak negatif dari kebijakan moneter yang ketat terhadap perekonomian,” kata Aldian dalam dalam laporan Standard Chartered Global Focus – Economic Outlook 2023, Selasa (14/2/2023).
Perkiraan dari Standard Chartered ini juga sejalan dengan optimisme pemerintah Indonesia dalam menghadapi tahun 2023.
Dalam sambutannya melalui video Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemulihan ekonomi Indonesia menujukkan suatu prestasi yang baik karena sifatnya broad-based.
Seluruh sisi produksi kembali pulih, bahkan sektor yang paling berdampak yaitu; transport serta akomodasi makanan dan minuman mengalami pemulihan yang sangat tinggi pada tahun 2022 yang lalu.
"Di sisi lain, yakni permintaan, juga menunjukkan pemulihan yang didukung tidak hanya dari konsumsi namun juga dari sisi investasi dan ekspor," kata Menkeu.
Menurut Sri Mulyani hal itu merupakan prestasi sekaligus pencapaian yang membuat Indonesia cukup optimis dalam menghadapi tahun 2023 ini.
Baca Juga: Musim PHK, Kini Giliran Yahoo Berhentikan 1.000 Karyawan
Di sisi lain, kita perlu terus untuk meningkatkan kewaspadaan.
"Pertumbuhan ekspor kita cukup tinggi dan menyebabkan neraca perdagangan di Indonesia mengalami tren surplus selama 32 bulan berturut-turut. Itu adalah prestasi namun juga harus membuat kita waspada, karena lingkungan global akan terus bergerak dan kemungkinan juga akan mempengaruhi ekspansi ekspor kita maupun dari sisi neraca perdagangan," ujar Sri Mulyani.
Berita Terkait
Terpopuler
- Siapa Saja 5 Pelatih Tolak Melatih Timnas Indonesia?
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Pilihan Sunscreen Wardah dengan SPF 50, Efektif Hempas Flek Hitam hingga Jerawat
- 5 Body Lotion Mengandung SPF 50 untuk Mencerahkan, Cocok untuk Yang Sering Keluar Rumah
Pilihan
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
-
Menkeu Purbaya Segera Ubah Rp1.000 jadi Rp1, RUU Ditargetkan Selesai 2027
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
Terkini
-
Emas Antam Makin Mahal di Akhir Pekan Ini, Capai Hampir Rp 2,3 Juta per Gram
-
Emiten PPRE Raih Kontrak Baru Garap Proyek Anak Usaha ANTM di Halmahera Timur
-
Bhinneka Life Telah Tunaikan Klaim Asuransi Rp 308 Miliar Hingga Semester I-2025
-
IHSG Melesat ke Level Tertinggi Selama Perdagangan Sepekan Ini
-
Gaikindo: Mesin Kendaraan Produk Tahun 2000 Kompatibel dengan E10
-
Purbaya Mau Ubah Rp 1.000 Jadi Rp 1, RUU Redenominasi Rupiah Kian Dekat
-
Purbaya Mau Ubah Rp1.000 jadi Rp1, Menko Airlangga: Belum Ada Rencana Itu!
-
Pertamina Bakal Perluas Distribus BBM Pertamax Green 95
-
BPJS Ketenagakerjaan Dapat Anugerah Bergengsi di Asian Local Currency Bond Award 2025
-
IPO Jumbo Superbank Senilai Rp5,36 T Bocor, Bos Bursa: Ada Larangan Menyampaikan Hal Itu!