Suara.com - Harga rokok semenjak awal tahun ini mengalami kenaikan yang sangat signifikan selaras dengan naiknya tarif cukai rokok. Kenaikan harga rokok ini membuat sejumlah konsumen pun beralih ke produk tembakau alternatif seperti Vape atau rokok elektrik?
Lantas bagaimana dengan profil risikonya?
Produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin, terbukti secara kajian ilmiah memiliki profil risiko yang lebih rendah dibandingkan rokok.
Namun, informasi mengenai riset tersebut belum tersebar secara masif bagi konsumen, khususnya di Indonesia.
Ketua Aliansi Vaper Indonesia (AVI), Johan Sumantri, mengatakan produk tembakau alternatif mampu menekan risiko hingga 95 persen lebih rendah dibandingkan rokok. Fakta tersebut berdasarkan temuan yang dilakukan Lembaga Eksekutif Departemen Kesehatan Inggris, Public Health England, dalam Evidence Review of E-Cigarettes and Heated Tobacco Products (2018).
Namun, lanjut Johan, pengguna produk tembakau alternatif maupun perokok dewasa hingga masyarakat belum memperoleh informasi yang komprehensif mengenai fakta dari produk tembakau alternatif yang minim risiko kesehatan.
“Kami belum bisa memastikan apakah para konsumen sudah terpapar soal profil risiko produk tembakau alternatif yang akurat,” kata Johan dikutip Senin (20/2/2023).
Demi memperkaya informasi sekaligus mencegah disinformasi produk tembakau alternatif di publik, kajian ilmiah di dalam negeri juga harus dimasifkan oleh pemerintah.
“Selain kuantitas atau keterbukaan terkait riset produk tembakau alternatif, kami juga berharap kajian ilmiah tersebut disosialisasikan secara masif kepada seluruh konsumen agar kami dapat membuat keputusan yang berdasarkan fakta,” tuturnya.
Baca Juga: INVEX Kembali Hadir di Yogyakarta, 66 Brand Ternama Hadir dalam 'Unity In Love'
Pada kesempatan berbeda, Ketua Asosiasi Konsumen Vape Indonesia (AKVINDO), Paido Siahaan, juga setuju agar akademisi bersama pemerintah segera menggalakkan kajian ilmiah terhadap produk tembakau alternatif. Hal tersebut supaya konsumen mendapatkan informasi yang komprehensif.
“Agar informasinya akurat diperlukan kajian ilmiah atau menggunakan kajian literasi seperti yang dilakukan Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (SF-ITB) supaya konsumen memahami perbedaan profil risiko dengan benar,” terang Paido.
Paido melanjutkan minimnya informasi mengenai hasil kajian ilmiah produk tembakau alternatif akan menghambat proses peralihan para perokok dewasa yang ingin berganti ke produk yang lebih rendah risiko.
“Disinformasi menyebabkan perang opini yang akhirnya merugikan perokok dewasa untuk beralih ke produk yang lebih rendah risiko,” tutupnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Siapa Saja 5 Pelatih Tolak Melatih Timnas Indonesia?
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Pilihan Sunscreen Wardah dengan SPF 50, Efektif Hempas Flek Hitam hingga Jerawat
- 5 Body Lotion Mengandung SPF 50 untuk Mencerahkan, Cocok untuk Yang Sering Keluar Rumah
Pilihan
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
-
Menkeu Purbaya Segera Ubah Rp1.000 jadi Rp1, RUU Ditargetkan Selesai 2027
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
Terkini
-
Gaikindo: Mesin Kendaraan Produk Tahun 2000 Kompatibel dengan E10
-
Purbaya Mau Ubah Rp 1.000 Jadi Rp 1, RUU Redenominasi Rupiah Kian Dekat
-
Purbaya Mau Ubah Rp1.000 jadi Rp1, Menko Airlangga: Belum Ada Rencana Itu!
-
Pertamina Bakal Perluas Distribus BBM Pertamax Green 95
-
BPJS Ketenagakerjaan Dapat Anugerah Bergengsi di Asian Local Currency Bond Award 2025
-
IPO Jumbo Superbank Senilai Rp5,36 T Bocor, Bos Bursa: Ada Larangan Menyampaikan Hal Itu!
-
Kekayaan Sugiri Sancoko, Bupati Ponorogo yang Kena OTT KPK
-
Rupiah Diprediksi Melemah Sentuh Rp16.740 Jelang Akhir Pekan, Apa Penyebabnya?
-
Menteri Hanif: Pengakuan Hutan Adat Jadi Fondasi Transisi Ekonomi Berkelanjutan
-
OJK Tegaskan SLIK Bukan Penghambat untuk Pinjaman Kredit