Suara.com - Ketua Forum Sinologi Indonesia (FSI) Johanes Herlijanto mengatakan, partisipasi Tionghoa Muslim dalam pelbagai kegiatan kemasyarakatan di Indonesia memiliki peran yang sangat penting bagi upaya memahami etnik Tionghoa di Indonesia.
Hal itu disampaikan Johanes Herlijanto dalam sambutannya pada seminar berjudul “Islam di kalangan Tionghoa Indonesia,” yang diselenggarakan oleh FSI di Jakarta 23 Mei 2023.
Seminar tersebut menghadirkan Dr Hew Wai Weng, peneliti senior pada Institut Kajian Malaysia dan Antar Bangsa (IKMAS), Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), Bangi, Malaysia. Dr Hew adalah penulis buku Berislam Ala Tionghoa, yang telah diterbitkan pada tahun 2017 yang lalu.
Dalam pandangan Johanes, Tionghoa Muslim menjadi salah satu contoh yang nyata, yang memperlihatkan betapa Tionghoa telah banyak beradaptasi dengan budaya dan masyarakat lokal.
“Tionghoa bukan hanya mampu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh berbagai tradisi tempatan, namun juga bisa memeluk agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia,” tuturnya.
“Melalui proses adaptasi baik dengan masyarakat setempat maupun dengan agama yang mereka anut, masyarakat Tionghoa Muslim membangun sebuah identitas yang memiliki keunikan tersendiri, yang tentunya sangat berbeda dari budaya dari orang-orang yang tinggal dan hidup di daratan Tiongkok,” lanjutnya.
Bahkan, bagi Johanes, Tionghoa Muslim bukan hanya telah beradaptasi, tetapi juga membangun ruang bagi sebuah interaksi antar budaya, antara orang non-Tionghoa Muslim dan Tionghoa non-Muslim.
Johanes berpendapat bahwa apa yang diperlihatkan oleh Tionghoa Muslim menambah bukti bagi berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh para sejarahwan. Seperti yang telah disimpulkan sejak beberapa dasawarsa lalu oleh Profesor Wang Gungwu, seorang sejarahwan yang sangat ahli dalam kajian mengenai Tionghoa perantauan, berbagai penelitian yang telah dilakukan terhadap para migran dari daratan Tiongkok menunjukan bahwa para migran yang seringkali disebut sebagai Tionghoa Perantauan itu adalah orang-orang yang memiliki kemampuan untuk selalu berubah dan beradaptasi.
Johanes menerangkan bahwa kemampuan untuk beradaptasi dan berubah di atas juga melekat pada orang-orang Tionghoa Indonesia. Menurutnya, sejak mereka mendiami berbagai pulau di Nusantara, Tionghoa Indonesia telah mengalami proses perjumpaan dengan budaya lokal dan budaya-budaya lain yang mereka temui di tanah tempat mereka tinggal.
Baca Juga: Indonesia Diimbau Kritis Sikapi Kuasa Lunak Tiongkok
Oleh karenanya, Tionghoa Indonesia telah berkembang menjadi kelompok-kelompok yang unik, yang identitas dan budayanya lebih tepat dipahami melalui konsep hibriditas, sebuah konsep yang merujuk pada sebuah kebudayaan mengandung aspek-aspek dari berbagai kebudayaan lain. Bahkan, menurut Johanes, terdapat budaya yang berbeda-beda antara satu kelompok etnik Tionghoa yang tinggal dan berkembang di sebuah daerah dengan mereka yang tinggal di daerah lain.
Menurut opini Johanes, baik kesimpulan Prof Wang di atas, maupun kenyataan yang ditemui di kalangan Tionghoa di Indonesia, semestinya cukup untuk meruntuhkan stereotip yang berkembang mengenai orang-orang Tionghoa di Indonesia.
“Salah satunya adalah stereotip yang memandang Tionghoa sebagai kelompok yang berbeda dari kebanyakan Indonesia yang lain karena mereka memiliki tradisi keagamaan yang tidak sejalan dengan agama-agama dari sebagian besar masyarakat Indonesia. Stereotip ini pernah muncul bersamaan dengan pandangan “sekali Cina tetap Cina,” dan anggapan bahwa Tionghoa akan tetap setia pada negeri leluhur mereka,” papar Johanes.
Menurutnya, cara berinteraksi Tionghoa Muslim merupakan salah satu bukti yang menunjukan bahwa stereotip negatif di atas adalah salah.
“Tionghoa Muslim bukan hanya telah beradaptasi, tetapi juga membangun ruang bagi sebuah interaksi antar budaya, antara orang non-Tionghoa Muslim dan Tionghoa non-Muslim,” pungkasnya.
Namun demikian, Johanes mengingatkan bahwa berbagai aktivitas dan peran Tionghoa, termasuk Tionghoa Muslim, yang makin marak dalam dua dasawarsa terakhir, merupakan buah dari munculnya sebuah masyarakat dengan ciri-ciri demokrasi yang kuat di Indonesia, yaitu masyarakat Indonesia di era reformasi.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas dengan Sunroof Mulai 30 Jutaan, Kabin Luas Nyaman buat Keluarga
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 5 Mobil Bekas 3 Baris 50 Jutaan dengan Suspensi Empuk, Nyaman Bawa Keluarga
- 5 Motor Jadul Bermesin Awet, Harga Murah Mulai 1 Jutaan: Super Irit Bensin, Idola Penggemar Retro
Pilihan
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
John Herdman Dikontrak PSSI 4 Tahun
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
4 Rekomendasi HP Xiaomi Murah, RAM Besar Memori Jumbo untuk Pengguna Aktif
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
Terkini
-
Program MBG: Bukan Pemicu Inflasi, Justru Jadi Mesin Ekonomi Rakyat
-
Pertamina Bawa Pulang Minyak Mentah Hasil Ngebor di Aljazair
-
OJK Beberkan Update Kasus Gagal Bayar P2P Akseleran
-
Relokasi Rampung, PLTG Tanjung Selor Berkapasitas 20 Mw Mulai Beroperasi
-
Pusing! Pedagang Lapor Harga Pangan Melonjak di Nataru, Cabai Rawit Tembus Rp 80.000/Kg
-
Support Pembiayaan, BSI Dukung Program Makan Bergizi Gratis
-
Apresiasi Ferry Irwandi, IKAPPI Usul Skema Distribusi Masif untuk Tekan Harga Pangan
-
Awas! Ada 4 Bakteri Berbahaya di Bawang Bombai Ilegal
-
Danantara Guyur Pinjaman Rp 2 Triliun ke BTN, Buat Apa?
-
Maknai Natal 2025, BRI Peduli Wujudkan Kepedulian Melalui Penyaluran Puluhan Ribu Paket Sembako