Suara.com - Produk kuliner khas Gunungkidul memiliki keberagaman yang sangat menarik. Mulai dari gatot, rempeyek, thiwul, dan masih banyak lagi lainnya. Namun, ada pula kuliner khas yang tidak kalah nikmat dari lainnya yakni jenang dari dari Padukuhan Saban, Desa Karangwuni, Kecamatan Rongkop, Gunungkidul.
Memulai usaha sejak tahun 2011, Suswaningsih, sosok yang menjadi salah satu tokoh kunci UMKM jenang ketan Karangwuni menuturkan, bahan yang digunakan untuk membuat jenang ketan cukup sederhana, yaitu beras ketan, beras padi, kelapa, dan gula Jawa.
"Awalnya, kami ibu-ibu rumah tangga satu lingkungan itu punya keinginan untuk mengelola hasil pertanian," kata Suswaningsih saat diwawancara Suara.com ketika hadir sebagai salah satu UMKM di Bazaar UMKM BRI di Kantor BRI Cik di Tiro pada Jumat (16/6/2023).
Langkah tersebut, kata dia, adalah buah dari keinginan para ibu rumah tangga di kampung setempat yang ingin lebih berdaya dan mendapatkan penghasilan secara mandiri.
Pasalnya, mayoritas ibu-ibu di lingkungan kampung Saban adalah petani dengan penghasilan yang tidak stabil.
"Dengan motivasi agar perempuan di kampung kami bisa mendapatkan pendapatan sendiri, kami memutuskan untuk membuat usaha secara berkelompok," kata dia.
Jauh sebelum menjadi UMKM yang merambah berbagai daerah seperti sekarang, awalnya jenang ketan Barokah hanya dipasarkan melalui pasar-pasar tradisional di Gunungkidul. Jenang ketan jadi pilihan mereka karena dianggap sebagai salah satu kuliner khas dari dusun tersebut yang sangat disukai oleh masyarakat, baik lokal maupun dari luar daerah Gunungkidul.
"Kelompok kami memiliki 20 anggota yang bertugas mulai dari membuat jenang hingga pemasaran," ungkap Suswaningsih.
Pada tahun , Kelompok Industri Rumah Tangga Jenang Barokah mendapatkan mitra usaha yang menyediakan bahan baku jenang hingga mendukung pemasaran produk ke luar wilayah Gunungkidul.
Baca Juga: Omzet Meroket, UMKM Sleman Semakin Mudah Jangkau Konsumen Melalui Ritel Modern
"Sampai pada tahun 2020, kami memutuskan untuk berhenti bermitra dengan pengusaha tersebut. Saat itu, kami belum lama dapat dukungan pengembangan usaha dan modal dari BRI," kata Suswaningsih.
Dukungan dari BRI tersebut, Suswaningsih mengaku, kelompok usahanya sangat terbantu. Terutama untuk modal pengembangan usaha melalui KUR BRI.
Digempur COVID-19
Kelompok usaha yang baru mulai menggeliat bersama dengan dukungan BRI itu terpaksa harus ditutup karena hantaman wabah Virus Corona yang pertama kali ditemukan di indonesia pada Maret 2020 silam.
"Saat itu, COVID-19 membuat kami tutup total. Tidak ada aktivitas produksi dan pemasaran. Itu masa yang sangat sulit, selain saat kami pertama kali memulai usaha bersama. Karena, saat itu, saya akui, membangun kepercayaan konsumen sangat sulit," ujar Suswaningsih.
Meski demikian, Suswaningsih mengatakan, Kelompok Industri Rumah Tangga Jenang Barokah bisa kembali bangkit dan kini bisa berkembang lebih besar dari sebelumnya.
"Keunggulan kami, produk jenang Barokah tidak sama dengan kebanyakan jenang lainnya karena mengutamakan bahan yang benar-benar berkualitas. Bisa dicek, rasanya pasti beda," kata dia.
Bukan tanpa alasan, kualitas yang dibangun Kelompok Industri Rumah Tangga Jenang Barokah untuk produk jenang ketan merupakan hasil dari kerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
"Kami mendapatkan bimbingan dari peneliti LIPI dari tahun 2015 untuk memproduksi jenang dengan kualitas terbaik," kata dia.
Saat ini, Kelompok Industri Rumah Tangga Jenang Barokah juga sudah menjalin mitra dari luar daerah seperti Pacitan untuk memasok bahan dasar jenang seperti kelapa dan lain sebagainya.
Dalam sehari, industri rumah tangga Jenang Barokah mampu menghasilkan rata-rata 73 kg jenang. Bahkan, saat ramai pesanan, dalam satu hari mereka bisa memproduksi 300 kg jenang yang membutuhkan setidaknya 80 butir kelapa.
Peningkatan jam kerja biasanya dilakukan ketika ada pesanan khusus atau saat pesanan sedang tinggi. Proses produksi dalam satu wajan besar membutuhkan waktu rata-rata 5-8 jam dan dilakukan oleh 3 tenaga kerja secara bergantian.
Dengan skala produksi tersebut, Kelompok Industri Rumah Tangga Jenang Barokah bisa mendapatkan omzet mencapai Rp150 juta dalam satu tahun.
Suswaningsih menuturkan, seiring dengan pesatnya industri makanan, sering kali tuntutan memaksa pengolahan yang cepat dengan mengandalkan mesin-mesin modern dan berdampak pada pengurangan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.
Namun, hal itu tidak terjadi pada Kelompok Industri Rumah Tangga Jenang Barokah di Padukuhan Saban itu.
Alasannya karena, selain menjaga kualitas, pembuatan jenang dengan alat tradisional dan pengapian kayu bakar juga menjaga kondisi ekonomi keluarga di lingkungan Saban.
"Tetap jaga kualitas. Harus sabar dan terus istiqomah dan jangan anggap remeh pesanan meskipun sedikit," pungkas dia.
Selain jenang, di Padukuhan Saban juga terdapat home industri wingko babat. Home industri ini memberikan manfaat bagi peningkatan perekonomian keluarga para ibu-ibu yang bekerja di kampung tersebut.
Ditemui dalam kesempatan yang sama, CEO Regional BRI Yogyakarta, John Sarjono menegaskan kembali komitmen BRI dalam mendukung UMKM. Salah satunya melalui event Bazaar UMKM BRILian.
"Jumlah mitra (UMKM) BRI saat ini diperkirakan mencapai ribuan klaster binaan. Sebagai bentuk apresiasi BRI, kami mengundang UMKM secara bergantian di berbagai event dari BRI," kata Sarjono, saat ditemui awak media pada Jumat (16/6/2023).
Dalam agenda yang mengundang 11 UMKM binaan mantri BRI tersebut, Sarjono menegaskan, event ini sekaligus mengajak para pelaku UMKM terkait pentingnya transaksi tanpa uang tunai, baik dari sektor keamanan hingga catatan transaksi yang bisa terpantau dengan mudah secara digital.
Ia menuturkan, BRI melalui Rumah BUMN konsisten memberikan 'inkubasi' kepada para pelaku UMKM agar terus berkembang lebih baik lagi. Diantaranya, melalui pelatihan digital
"Dengan memberikan penjelasan kemudahan transaksi cashless (QRIS) atau pasar.id, turut membantu pemahaman pembayaran digital untuk UMKM sekaligus pemasaran yang lebih luas," kata dia.
Berita Terkait
-
Dorong Perlindungan UMKM, Komite II Undang Kementerian/Lembaga Kunker Pengawasan UU Desain Industri
-
KST Jabar Borong Dagangan UMKM Sekaligus Bantu Perekonomian Keluarga Sopir
-
Kolaborasi BUMN Majukan UMKM, Pupuk Kaltim Hadirkan Produk Wastra di PaDi UMKM Expo 2023
-
Fekon Universitas Garut Kerjasama dengan UMKM Berbasis ESG
-
Omzet Meroket, UMKM Sleman Semakin Mudah Jangkau Konsumen Melalui Ritel Modern
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Pelanggan Pertamina Kabur ke SPBU Swasta, Kementerian ESDM Masih Hitung Kuota Impor BBM
-
Kementerian ESDM Larang SPBU Swasta Stop Impor Solar di 2026
-
59 Persen Calon Jamaah Haji Telah Melunasi BIPIH Melalui BSI
-
Daftar Lengkap Perusahaan Aset Kripto dan Digital yang Dapat Izin OJK
-
CIMB Niaga Syariah Hadirkan 3 Produk Baru Dorong Korporasi
-
Negara Hadir Lewat Koperasi: SPBUN Nelayan Tukak Sadai Resmi Dibangun
-
Kemenkop dan LPDB Koperasi Perkuat 300 Talenta PMO Kopdes Merah Putih
-
Kantor Cabang Bank QNB Berguguran, OJK Ungkap Kondisi Karyawan yang Kena PHK
-
Sepekan, Aliran Modal Asing ke Indonesia Masuk Tembus Rp240 Miliar
-
Bahlil akan Pangkas Produksi Nikel, Harga di Dunia Langsung Naik