Suara.com - Pemerintah memberhentikan sementara impor sapi hidup asal empat peternakan di Australia. Hal ini, lantaran adanya kasus temuan penyakit Lumpy Skin Diseases (LSD) pada 13 ekor sapi yang berasal dari tempat peternakan tersebut.
"Penangguhan ini dilakukan sampai dengan hasil investigasi temuan penyakit LSD lebih lanjut. Impor sapi hidup dari Australia tetap dapat berjalan dari 56 peternakan atau premises dari total 60 yang terdaftar," ujar Kepala Badan Karantina Kementerian Pertanian, Bambang di kantor Kementan, Jakarta yangdikutip Rabu (2/8/2023).
Adapun, temuan penyakit LSD pada sapi impor dari Australia itu imbas dari tindakan karantina yang memeriksa dokumen dan fisik impor di atas alat angkut. Pemeriksaan itu dilakukan oleh petugas Karantina Pertanian Tanjung Priok, di Pelabuhan Tanjung Priok pada 25 Mei hingga 26 Juli 2023.
Dalam pemeriksaan itu, petugas mengambil sampel beberapa sapi yang menunjukkan gejalan klinis dan dibawa ke laboratorium. Hasilnya, terdeteksi LSD dan langsung dilakukan tindakan pemotongan bersyarat yang diawasi oleh Dokter Hewan Karantina.
Dalam temuan ini, tutur Bambang, pihak Australia telah meminta waktu 60 hari untuk menginvestigasi secar dalam, terhitung sejak 12 Juli 2023.
"Ini juga sedang dalam kajian untuk membuktikan. Ini Australia minta waktu 60 hari sejak tanggal ditemukan itu. Masing-masing pendalaman pengujian oleh Indonesia dan Australia. Tapi dalam waktu 60 hari ini kita tidak menutup impor. Untuk diketahui kita tidak menutup impor, tapi menghentikan sementara untuk farm yang ditemukan membawa LSD," kata dia.
Asal tahu saja, penyakit LSD tidak bisa menular kepada manusia. Penyakit LSD dipicu dari virus yang ditularkan oleh serangga mulai dari, nyamuk, lalat dan caplak yang nantinya menyerang sapi dan kerbau.
Sebelumnya Menteri Pertanian Australia Murray Watt menjamin sapi yang dikirim negaranya terbebas dari penyakit LSD. Namun, Bambang, kala itu menyatakan bahwa ada potensi bahwa sapi impor tersebut sudah mengidap LSD ketika dikirim dari Australia.
"Umur inkubasi LSD dibanding dengan perjalanan dari Australia itu yang kira-kira paling lama seminggu. Sehingga dibandingkan masa inkubasi LSD yang sampai 28 hari misalnya, sangat kemungkinan itu (LSD) dari sana (Australia)," pungkas dia.
Baca Juga: Tren Positif Berlanjut, BPS Sebut NTP Naik Tinggi di Bulan Juli
Berita Terkait
Terpopuler
- Kopi & Matcha: Gaya Hidup Modern dengan Sentuhan Promo Spesial
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Breaking News! Keponakan Prabowo Ajukan Pengunduran Diri Sebagai Anggota DPR RI Gerindra, Ada Apa?
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
- Patrick Kluivert Senyum Nih, 3 Sosok Kuat Calon Menpora, Ada Bos Eks Klub Liga 1
Pilihan
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
-
Disamperin Mas Wapres Gibran, Korban Banjir Bali Ngeluh Banyak Drainase Ditutup Bekas Proyek
-
Ratapan Nikita Mirzani Nginep di Hotel Prodeo: Implan Pecah Sampai Saraf Leher Geser
-
Emil Audero Jadi Tembok Kokoh Indonesia, Media Italia Sanjung Setinggi Langit
Terkini
-
Rusun Jadi Fokus Solusi Pemukiman yang Semakin Mahal di Jakarta
-
Tidak Gratis, Pindahkan Rp 200 Triliun ke 5 Bank Menkeu Purbaya Minta Bunga Segini!
-
BNI Sambut Penempatan Dana Pemerintah, Tapi Minta Beberapa Penjelasan
-
5 Perumahan di Bekasi Utara Cocok untuk Milenial, Harga Mulai Rp 300 Jutaan
-
Rp 70 Miliar Milik Nasabah Hilang Karena Dibobol? Ini Kata BCA
-
Pengamat: Reshuffle Prabowo Lebih Bernuansa Politis Ketimbang Respons Tuntutan Publik
-
Kisah Harjo Sutanto: Orang Terkaya Tertua, Pendiri Wings Group
-
Syarat Impor iPhone 17 Dibongkar Mendag, Apple Harus Lakukan Ini Dulu
-
Setelah Sawit, BPDP Sasar Hilirisasi Kelapa dan Kakao
-
5 Fakta Sopir Bank Jateng Bawa Kabur Rp 10 M, Momen Ditinggal ke Toilet Jadi Kunci