Suara.com - LRT Jabodebek telah dioperasikan secara komersial yang bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat. Terdapat, dua rute yang dijalankan, yaitu Harjamukti (Cibubur) - Dukuh Atas dan Jatimulya (Bekasi) - Dukuh Atas.
Setelah operasional secara komersial Suara.com ikut mencoba dan merasakan naik transportasi berbasis rel tersebut. Di sini, kami ingin mengomentari baik dan buruknya naik LRT Jabodebek dengan objektif sesuai dengan pengalaman selama perjalanan.
Stasiun
Kami mencoba naik LRT Jabodebek lewat Stasiun Ciracas yang terletak di Jalan Penganten Ali, Ciracas, Jakarta Timur. Stasiun ini menyatu dengan kawasan apartemen yang belum selesai dibangun.
Stasiun Ciracas ini terletak di belakang kawasan apartemen itu, sehingga kami perlu jalan kurang lebih 50-100 meter untuk menuju stasiun.
Oiya, untuk menuju stasiun sebenarnya sudah ada integrasi transportasi dengan naik JakLingko JAK38 dengan jurusan Bulak Ringin - Kampung Rambutan.
Akses menuju stasiun yang berada di atas, kami nilai sudah lengkap, terdapat tangga, esklator, dan lift bagi para penyandang disabilitas. Terdapat juga petugas keamanan yang bisa ditanyakan perihal operasional LRT Jabodebek.
Stasiun LRT Jabodebek hampir sama dengan MRT Jakarta, yang terdiri dari 2 lantai, lantai 1 untuk area komersial dan untuk tap in atau out Stasiun, kemudian lantai 2 sebagai area naik-turun penumpang dari sarana kereta.
Operasional
Baca Juga: Viral! Baru Diresmikan Jokowi LRT Jabodebek Mati Listrik, Penumpang Desak-desakan dan Gerah
Dari sisi operasional, kami menemukan ada masalah dan masalah ini hampir sama dengan keluhan para netizen saat naik Lintas Raya Terpadu ini.
Memang, operasional LRT Jabodebek ini cepat, buktinya kami tidak terlalu menunggu lama sarana kereta datang atau kurang lebih hanya menunggu 9 menit.
Namun, setelah masuk, kami harus menunggu kurang lebih 30 detik hingga 1 menit sampai pintu kereta tertutup. Padahal, operasional MRT hingga KRL jika tak ada kendala, pintu kereta tak butuh waktu yang lama untuk menutup, setelah penumpang masuk dan turun.
Kemudian, tempat duduk di dalam gerbong kereta juga sangat sedikit. Hanya ada 8 baris berhadapan dengan 4 tempat duduk dalam satu barisnya di satu gerbong kereta. Hal ini yang membuat para ibu-ibu dan bapak-bapak terpaksa berdiri setelah tempat duduk penuh.
Untuk tempat duduk di baris yang tengah juga tidak penuh, di mana untuk para disabilitas yang menggunakan kursi roda.
Lalu, luas gerbong kereta juga sempit, sehingga terlihat penuh, meski penumpang tidak terlalu banyak. Atap gerbong juga pendek, tak sedikit penumpang yang memiliki tinggi lebih dari 165 cm terpaksa menunduk.
Selama perjalanan, memang diakui nyaman naik LRT Jabodebek dan tidak berisik, hanya berisik suara angin di jalanan, karena dekat dengan jalan tol. Akan tetapi, kami sedikit terganggu dengan kecepatan LRT Jabodebek yang naik turun.
Karena banyaknya belokan, kecepatan sarana kereta jadi tidak maksimal. Setidaknya, terdapat tiga belokan di jalur Harjamukti-Dukuh Atas, pertama di Jalan Tol Jagorawi, kedua menuju Stasiun Cawang, dan di Longspan Kuningan.
Kami juga cukup terganggu dengan suara rem kereta saat memasuki stasiun yang begitu keras sampai ngilu di telinga. Apalagi, dengan rem yang terasa terhentak membuat penumpang harus memegang erat pegangan di gerbong, kalau tidak maka penumpang bisa jatuh.
Tak hanya itu, di dalam gerbong ada suara klik yang selalu berulang selama perjalanan.
Kendati begitu, perjalanan dengan LRT Jabodebek diakui bisa memangkas waktu lebih 30 menit. Kami yang naik dari Jam 06.39 WIB, sampai di Stasiun Rasuna Said sekitar jam 07.05. Kondisi ini cukup memangkas waktu jika menggunakan kendaraan pribadi yang menempuh waktu hingga 1 jam.
Kesimpulan
LRT Jabodebek memang membantu masyarakat di Bekasi dan Cibubur untuk menuju pusat Jakarta lebih cepat. Selain itu, LRT Jabodebek juga bisa mengurangi polusi udara di Jakarta dan sekitarnya.
Akan tetapi, banyak masalah yang ditemui harus ditindaklanjuti oleh operator. Hal ini agar masyarakat bisa beralih menggunakan LRT Jabodebek. Jika tidak lambat laun, transportasi ini akan ditinggal.
Perlu diingat, kekinian operator LRT Jabodebek KAI masih memberlakukan tarif promo sebesar Rp 5.000 untuk sekali perjalanan hanya sampai September. Setelah itu, LRT Jabodebek dikenakan tarif normal Rp 5.000 untuk 1 km pertama dan penambahan Rp 700 per km.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- 5 Sepatu Lokal Senyaman Hoka Ori, Cushion Empuk Harga Jauh Lebih Miring
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Orang Kaya Ingin Parkir Supercar di Ruang Tamu, Tapi Kelas Menengah Mati-matian Bayar Cicilan Rumah
-
Mampukah Dana Siap Pakai dalam APBN ala Prabowo Bisa Pulihkan Sumatera?
-
Anak Purbaya Betul? Toba Pulp Lestari Tutup Operasional Total, Dituding Dalang Bencana Sumatera
-
Percepat Pembangunan Infrastruktur di Sumbar, BRI Dukung Pembiayaan Sindikasi Rp2,2 Triliun
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
Usulan Kiai ke Prabowo: Bersihkan Jutaan Kayu Gelondongan Bencana Tanpa Bebani APBN!
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Perusahaan RI Bakal Garap Proyek Kabel Laut Jakarta-Manado
-
Baksos Operasi Katarak BCA Bangun Harapan, Buka Jalan Hidup Masyarakat yang Lebih Produktif
-
Kamus Istilah Pegadaian Terlengkap, Mulai dari Marhun hingga Surat Bukti Gadai