Suara.com - Biaya logistik di Indonesia turun 40 persen dalam lima tahun terakhir. Berdasarkan perhitungan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), biaya logistik di Indonesia pada 2022 mencapai 14,29 persen dan biaya logistik untuk kegiatan ekspor malah sudah tinggal 8,98 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pada 2018, Bank Dunia mencatat, biaya logistik di Indonesia masih 23,8 persen.
“Biaya logistik dihitung berdasarkan realisasi perekonomian Indonesia sampai Tahun 2022,” kata Taufik Hanafi, Sekretaris Kementerian PPN/Sekretaris Utama Bappenas ditulis Kamis (21/9/2023).
Perhitungan biaya logistik ini merupakan hasil kolaborasi Bappenas, Kementerian Perekonomian, Badan Pusat Statistik (BPS), kalangan perguruan tinggi, dan para pelaku usaha.
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menjelaskan, trend investasi di Indonesia dalam empat tahun terakhir terus meningkat dan selalu melampaui target.
Pada 2019, dengan target Rp792 triliun, realisasi investasi mencapai Rp809 triliun. Pada 2022, realisasi investasi mencapai Rp1.207 triliun, di atas target sebesar Rp1.200 triliun.
Namun, menurut Suharso Monoarfa, investasi di Indonesia masih menghadapi kendala ICOR (Incremental Capital Output Ratio) yang tinggi, yakni berkisar di angka 6. Indeks ini merujuk pada efisiensi di sektor investasi.
Makin tinggi ICOR, investasi makin tidak efisien. Angka tersebut juga yang tertinggi di antara negara-negara pesaing di ASEAN.
“Salah satu penyebab ICOR kita yang masih tinggi ada di logistik,” kata Suharso pada acara yang sama.
PT Pelindo (Persero) menyambut baik perhitungan baru yang menghasilkan angka biaya logistik yang sudah jauh lebih rendah dibandingkan posisi 2018. Sebagai salah satu pelaku utama di sektor logistik, Pelindo sejak Oktober 2021 sudah melakukan transformasi untuk ikut berperan menurunkan biaya logistik.
Baca Juga: Anak Usaha BUMN Ini Bakal Transformasi Jadi Perusahan Logistik Berbasis Digital
Pada 1 Oktober 2021, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menggabungkan empat BUMN pelabuhan menjadi PT Pelindo (Persero).
Setelah merger, Pelindo kemudian membentuk empat subholding atau anak usaha. Empat anak perusahaan itu adalah PT Subholding Pelindo Terminal Peti Kemas (SPTP), PT Subholding Pelindo Multi Terminal (SPMT), PT Subholding Pelindo Jasa Maritim (SPJM), dan PT Subholding Pelindo Solusi Logistik (SPSL).
Pembentukan empat anak usaha itu membuat mereka fokus pada masing-masing bidang pelayanan, sehingga kinerjanya meningkat.
Transformasi di level operasional langsung dilaksanakan anak-anak usaha. Beberapa langkah yang dilakukan antara lain memperpendek waktu sandar (port stay) dan masa tinggal kontainer di terminal (cargo stay), menyatukan sistem pelayanan dan pembayaran melalui aplikasi online dan digital.
Tujuannya adalah untuk mengefisienkan operasional di pelabuhan, yang pada akhirnya akan menguntungkan Pelindo dan para pengguna jasa kepelabuhan dan terminal.
Hasil transformasi tersebut bisa dilihat dari pertumbuhan kinerja operasional. Arus peti kemas pada 2022 mencapai 17,2 juta TEUS, naik satu persen dibandingkan periode yang sama tahun 2021.
Jumlah arus barang yang terealisasi mencapai 160 juta Ton, tumbuh sembilan persen dari tahun sebelumnya. Total arus kapal yang dilayani Pelindo mencapai 1,2 miliar GT, naik satu persen, sedangkan jumlah penumpang tumbuh 86 persen menjadi mencapai 15 juta orang.
Pada ujungnya, proses transformasi melalui efisiensi dan optimalisasi sumber daya, Pelindo berhasil membukukan laba bersih Rp3,9 triliun (audited), naik 23 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
“Penggabungan Pelindo telah menciptakan sinergi antar entitas dalam Pelindo Grup sehingga pengelolaan pelabuhan dapat dilakukan secara tersentralisasi dan lebih optimal,” ujar Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono.
Kontribusi Pelindo kepada Negara pada 2022 juga meningkat, yakni mencapai Rp7,2 triliun atau lebih tinggi 54 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang baru Rp4,7 triliun. Kontribusi tersebut dalam bentuk setoran Dividen, Pajak (PPh, PPN dan PBB), Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), dan Konsesi.
Bambang Gunawan dari PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) memuji pelayanan Pelindo yang kini cepat tanggap dan efisien. Meski tak semua pelabuhan mendapat tambahan peralatan, hampir semua pelabuhan besar di Indonesia kinerjanya membaik.
“Di Sorong, misalnya, dulu hari Minggu tidak ada yang bekerja, sekarang sejak pagi pun bisa bongkar muat,” kata Bambang dalam suatu kesempatan.
Saat ini SPIL mengoperasikan enam kapal kargo dengan kapasitas antara 1.000-1.500 peti kemas, untuk pelayaran long haul dari Belawan ke Pekanbaru, lalu ke Jakarta, kemudian menyusuri Surabaya, Makassar, Ambon, Sorong dan berakhir di Jayapura.
“Dulu, waktu tempuh biasanya 42 hari, sekarang cukup 36 hari,” kata Bambang. Dengan begitu, biaya operasi SPIL bisa ditekan jauh lebih rendah.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Dana Operasional Gubernur Jabar Rp28,8 Miliar Jadi Sorotan
- Viral Video 7 Menit Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Praktisi Hukum Minta Publik Berhati-hati
- Prabowo Dikabarkan Kirim Surat ke DPR untuk Ganti Kapolri Listyo Sigit
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
- Tutorial Bikin Foto di Lift Jadi Realistis Pakai Gemini AI yang Viral, Prompt Siap Pakai
Pilihan
-
Ketika Politik dan Ekonomi Turut Membakar Rivalitas Juventus vs Inter Milan
-
Adu Kekayaan Komjen Suyudi Ario Seto dan Komjen Dedi Prasetyo, 2 Calon Kapolri Baru Pilihan Prabowo
-
5 Transfer Pemain yang Tak Pernah Diduga Tapi Terjadi di Indonesia
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
Terkini
-
Pembangunan Akses Tol Bitung oleh Paramount Land Capai 80 Persen
-
PNM Bersama Holding Ultra Mikro Wujudkan Akses Keuangan Merata
-
Leony, Warisan Bisa Dikecualikan dari Pajak Penghasilan Tapi BPHTB Mengintai
-
Luhut Temui Aliansi Ekonom Indonesia, Bahas 7 Tuntutan ke Pemerintah
-
Cadangan Migas Baru Ditemukan di Muara Enim
-
Bandara Supadio Mulai Layani Penerbangan Internasional
-
Kemendag Ultimatum Gold's Gym, Harus Ganti Rugi Anggota Usai Penutupan Gerai Mendadak
-
Menkeu Purbaya Resmi Guyur Dana Jumbo Rp 200 Triliun ke Perbankan
-
Pabrik Baja di Surabaya Tumbang Imbas Gempuran Produk Impor
-
Emas Antam Kembali Mahal, Harganya Rp 2.095.000 per Gram