Suara.com - Heboh adanya pernyataan bahwa Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) mengalami kebangkrutan. Hal ini diungkapkan oleh Pj Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin.
Dalam pidatonya itu, setelah ditinggalkan Andi Sudirman Sulaiman, anggaran Sulsel mengalami defisit Rp 1,5 triliun. Hal ini, akibat perencanaan anggaran yang keliru.
"Saya harus terbuka ke semua yang terhormat, semua pimpinan dan anggota DPRD yang ada. Kita defisit Rp 1,5 triliun, Sulsel ini bangkrut," ujar Bahtiar.
Menggapi hal itu, Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis Yustinus Prastowo merasa kurang setuju penggunaan kata bangkrut yang dilontarkan oleh Pj Gubernur tersebut. Sebab, kondisi keuangan yang dilalami oleh Pemprov Sulsel bukan kebangkrutan, tetapi kesulitan likuiditas, akibat pengelolaan utang jangka pendek.
"Penggunaan istilah 'bangkrut' sejatinya kurang tepat untuk memaknai ketidakmampuan Pemprov Sulsel dalam melunasi utang jangka pendek/panjang di tahun ini. Yang dialami Pemprov bukanlah kebangkrutan, melainkan kesulitan likuiditas akibat dari pengelolaan utang jangka pendek yang kurang prudent," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (16/10/2023).
Prastowo melanjutkan, pihaknya telah menganalisis laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) 2022 dan Laporan realisasi anggaran (LRA) 2023 Pemprov Sulses, di mana diakui bahwa kinerja keuangan kurang sehat.
"Untuk 2023, terdapat utang jangka pendek jatuh tempo dan utang jangka panjang yang menjadi kewajiban Pemprov Sulsel," kata dia.
Dalam hal ini, Prastowo menambahkan, permasalahan yang dialami Pemprov Sulsel bukan pada tidak mampu melunasi utang jangka panjang, tetapi, memang kesulitas utang jangka pendek. Sebab, Pemprov Sulsel telah menganggarkan angsuran pokok utang jangka panjang di APBD 2023.
Sebenarnya, tambah dia, sebenarnya permasalahan ini bisa ditangani, jika melakukan optimalisasi pendapatan dan efisiensi belanja.
"Pemprov Sulsel dapat melakukan negosiasi utang jangka pendek; restrukturisasi utang jangka panjang; optimalisasi pendapatan dan efisiensi, serta realokasi belanja untuk menekan SILPA; dan/atau refinancing sebagai langkah terakhir," pungkas dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Sunscreen Terbaik Harga di Bawah Rp30 Ribu agar Wajah Cerah Terlindungi
- Siapa Shio yang Paling Hoki di 5 November 2025? Ini Daftar 6 yang Beruntung
- 24 Kode Redeem FC Mobile 4 November: Segera Klaim Hadiah Parallel Pitches, Gems, dan Emote Eksklusif
Pilihan
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
-
6 HP Memori 128 GB Paling Murah Terbaru 2025 yang Cocok untuk Segala Kebutuhan
-
4 Rekomendasi Tablet RAM 8 GB Paling Murah, Multitasking Lancar Bisa Gantikan Laptop
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
Terkini
-
RI Kedatangan BBM Ramah Lingkungan Baru Bobibos dengan RON 98
-
Hyundai 'Kebelet' Garap Mobil Nasional Prabowo, Menperin Agus: Tunggu Dulu!
-
Pemerintah Akui Kesejahteraan Petani Dibanding Nelayan-Peternak Masih Jomplang
-
Menkeu Sebut Investasi Reksadana Bisa Bikin Cepat Kaya, Begini Panduannya untuk Pemula
-
Tantangan Sektor Pangan Kian Kompleks, Dirut PT Pupuk Indonesia: Inovasi Jadi Kunci
-
Harga Pupuk Subsidi Turun, Zulhas: Pupuk Indonesia Bisa Bangun Satu Pabrik Setiap Tahun
-
Rupiah Akhirnya Perkasa Hari Ini Setelah 3 Hari Meloyo
-
Pabrik New Ethylene Project Diresmikan, Bahlil : Kita Tak Perlu Lagi Impor!
-
Pemerintah Bongkar Penyelundupan Turunan CPO di Priok, Kerugian Negara Capai Miliaran Rupiah
-
HET Pupuk Subsidi Turun, Dirut Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi Dukung Langkah Bersejarah Pemerintah