Suara.com - Serangan balasan Iran terhadap Israel pada Sabtu (13/4) membuat dunia terkejut sekaligus menyebabkan risiko konflik di Timur Tengah meningkat. Peristiwa ini turut memberi dampak pada perekonomian nasional, sehingga harus diantisipasi dengan kebijakan yang tepat.
Ekonom dan Pendiri Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Didik J. Rachbini memperingatkan, baik kepada pemerintah sekarang maupun pemerintahan baru, bahwa situasi ketidakpastian global akan membuat kebijakan ekonomi yang dicanangkan porak-poranda dan dapat menambah beban baru bagi masyarakat.
“Lupakan itu pertumbuhan ekonomi 7%, sekarang fokus selamatkan rakyat daya belinya, itu paling penting. Sebab, kalau inflasi meninggi tidak karuan bisa jatuh pemerintah,” ujar Didik ditulis Kamis (18/4/2024).
Didik berkata, ada tiga kebijakan yang harus difokuskan untuk melindungi masyarakat golongan bawah dan rentan. Pertama adalah menjaga daya beli masyarakat agar tidak turun.
“Ini merupakan duet antara Bank Indonesia (BI) dengan pemerintah. Itu harus dimonitor harga-harga di daerah dari hari ke hari, dari jam ke jam. Itu tugas pemerintah dalam sektor riil. Lalu di sektor moneter menjadi tugas BI,” terangnya.
Menurutnya, kolaborasi BI dengan pemerintah sudah cukup baik sejak zaman Soeharto dalam mengendalikan inflasi dan terutama ketika dunia sedang dalam fase krisis karena ada konflik.
Kebijakan kedua ialah mengelola APBN dengan tepat. Kebijakan ini bisa langsung dipakai karena berada dalam kontrol pemerintah. APBN perlu dijaga agar dipakai untuk hal-hal produktif, sehingga mampu membantu masyarakat bawah dan rentan
“Proyek besar dikendalikan dan enggak boleh jor-joran karena populisme sehingga membuat APBN jebol,” ucapnya.
Kebijakan ketiga yang perlu difokuskan ialah mempertahankan produktivitas dunia usaha dalam negeri, terutama usaha kecil-menengah. Perlu jadi diingat bahwa sektor dalam negeri memiliki bagian terbesar yakni 75 persen.
Baca Juga: Google Pecat Karyawan karena Blak-blakan Anti Israel
“Ketika eksternal terguncang, menjaga ekonomi dan usaha dalam negeri terutama menengah kecil menjadi sangat penting. Kalau itu bagus, kita bisa aman. Ekonomi bertumbuh 4-5 persen sudah bagus,” tuturnya.
Sebagai penutup, Didik juga menghimbau untuk kebijakan perdagangan luar negeri dapat diarahkan ke kawasan yang sedikit terpengaruh perang.
“Ketika perang, jalur Eropa dan Timur Tengah pasti terganggu. Namun, mitra dagang di kutub ekonomi lain akan hidup terus, seperti mitra Jepang, Cina, ASEAN, India, dan lainnya,” tutupnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Siapa Saja 5 Pelatih Tolak Melatih Timnas Indonesia?
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Pilihan Sunscreen Wardah dengan SPF 50, Efektif Hempas Flek Hitam hingga Jerawat
- 5 Body Lotion Mengandung SPF 50 untuk Mencerahkan, Cocok untuk Yang Sering Keluar Rumah
Pilihan
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
-
Menkeu Purbaya Segera Ubah Rp1.000 jadi Rp1, RUU Ditargetkan Selesai 2027
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
Terkini
-
Gaikindo Buka Peluang Uji Coba Bobibos, Solar Nabati Baru
-
Emas Antam Makin Mahal di Akhir Pekan Ini, Capai Hampir Rp 2,3 Juta per Gram
-
Emiten PPRE Raih Kontrak Baru Garap Proyek Anak Usaha ANTM di Halmahera Timur
-
Bhinneka Life Telah Tunaikan Klaim Asuransi Rp 308 Miliar Hingga Semester I-2025
-
IHSG Melesat ke Level Tertinggi Selama Perdagangan Sepekan Ini
-
Gaikindo: Mesin Kendaraan Produk Tahun 2000 Kompatibel dengan E10
-
Purbaya Mau Ubah Rp 1.000 Jadi Rp 1, RUU Redenominasi Rupiah Kian Dekat
-
Purbaya Mau Ubah Rp1.000 jadi Rp1, Menko Airlangga: Belum Ada Rencana Itu!
-
Pertamina Bakal Perluas Distribus BBM Pertamax Green 95
-
BPJS Ketenagakerjaan Dapat Anugerah Bergengsi di Asian Local Currency Bond Award 2025