Suara.com - PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk (DSFI) menargetkan dapat meraup pendapatan hingga Rp 682 miliar di sepanjang tahun 2024 atau mengalami peningkatan 12 persen bila dibandingkan pendapatan di sepanjang 2023.
Di sepanjang 2023, emiten pengolah hasil tangkapan laut ini membukukan pendapatan Rp 560 miliar.
Direktur Utama Dharma Samudera Fishing, Ewijaya menyebutkan, ada tiga faktor yang melandasi DSFI memasang target optimistis.
Pertama, adanya diversifikasi produk milik DSFI, dalam artian perusahaan tidak hanya bertumpu ke satu jenis produk. Variasi produk ini mampu memitigasi fluktuasi harga maupun suplai antar produk
Kedua, pangsa pasar DSFI yang cukup besar. Saat ini pasar DSFI telah mencakup hingga 20 negara.
Ketiga, meski kondisi ekonomi masih dibayangi oleh tekanan geopolitik, Ewijaya menyebut kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) masih akan akomodatif.
The Fed diproyeksi tidak akan menaikkan suku bunga, justru bank sentral AS diperkirakan bakal memangkas suku bunga pada paruh kedua 2024. Hal ini tentu berdampak positif bagi bisnis, mengingat AS merupakan pasar terbesar bagi DSFI.
“Pencapaian kami di kuartal I-2024 masih sejalan, yakni sekitar 24% dari total target,” kata Ewijaya.
Per kuartal I-2024, DSFI membukukan pendapatan Rp 146,1 miliar. Realisasi ini menurun 2% dari realisasi pendapatan di kuartal I-2023 yang sebesar Rp 148,7 miliar.
Baca Juga: JIEP Bukukan Pendapatan Rp 255 Miliar di 2023 Naik 126%
Meski memasang target pertumbuhan double digit, DSFI masih mewaspadai sejumlah faktor dan tantangan yang dihadapi DSFI tahun ini. Pertama, dari sisi pelemahan ekonomi.
Tekanan dari tingginya tingkat inflasi di berbagai negara tujuan ekspor berpotensi menyebabkan penurunan daya beli konsumen.
Ada juga sentimen ketegangan geopolitik, terutama jika konflik di Timur Tengah berpotensi mengganggu pasar energi.
Kedua, dari sisi bahan baku. DSFI menyebut masih adanya fluktuasi pasokan bahan baku ikan karena cuaca ekstrem serta semakin ketatnya persaingan dalam perolehan bahan baku. Kondisi ini menyebabkan kenaikan harga bahan baku ikan.
Ada juga faktor perubahan iklim yang menyebabkan perubahan rantai pengadaan bahan baku pada jenis-jenis ikan tertentu seperti tuna.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
Terkini
-
Prediksi Harga Emas Pekan Depan: Was-was RUU Trump, Emas Lokal Bakal Ikut Melemah?
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
BUMI Jadi Incaran Asing, Bukukan Net Buy Terbesar Ketiga di BEI Sepekan Terakhir
-
Harga Perak Mulai 'Dingin' Setelah Penguatan Berturut-turut
-
Perbaikan Jalan Tol Cipularang dan Padaleunyi Diperpanjang Sepekan, Cek Rutenya
-
YES 2025: Ajak Anak Muda Berani Memulai Usaha, Waktu Menjadi Modal Utama
-
YES 2025: Berbagi Tips Investasi Bagi Generasi Muda Termasuk Sandwich Generation
-
Youth Economic Summit 2025 : Pentingnya Manfaat Dana Darurat untuk Generasi Muda
-
Kapan Bansos BPNT Cair? Penyaluran Tahap Akhir Bulan November 2025, Ini Cara Ceknya
-
Youth Economic Summit 2025: Ekonomi Hijau Perlu Diperkuat untuk Buka Investasi di Indonesia