Suara.com - PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) memang meraih kenaikan pendapatan usaha sepanjang Semester I Tahun 2024. Namun, pada paruh pertama tahun ini emiten penerbangan pelat merah itu justru alami kenaikan pada rugi bersih.
Menukil dari laporan keuangannya, Selasa (1/10/2024), tercatat rugi GIAA sebesari US$ 101,65 juta per Juni 2024. Nilai itu melesat 32,88 persen secara tahunan dari USD 76,50 juta per Juni 2023.
Kenaikan rugi bersih ini imbas dari nilai beban usaha Garuda Indonesia juga merangkak naik. Tercatat, nilai beban usaha sebesa USD 1,53 miliar per Juni 2024 atau naik 23,31 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara, Garuda Indonesia secara grup berhasil membukukan peningkatan hingga 18,27 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023 yakni dari sebelumnya USD 1,37 miliar menjadi USD 1,62 miliar.
Pendapatan usaha ini selaras dengan pertumbuhan jumlah penumpang di sepanjang Semester 1-2024 sebanyak 11,53 juta penumpang atau naik signifikan 27,40 persen dibandingkan dengan Semester 1-2023 yaitu 9,05 juta penumpang.
Adapun capaian angkutan penumpang sampai dengan Juni 2024 tersebut berasal dari Garuda Indonesia sebanyak 5,27 juta penumpang yang naik signifikan 45,17 persen dan Citilink sebanyak 6,27 juta penumpang yang turut naik 15,49 persen.
"Hingga pertengahan tahun 2024, Garuda Indonesia secara bertahap berhasil mengimplementasikan sejumah langkah strategis optimalisasi kinerja baik dari aspek layanan dan aspek operasional, termasuk menghadirkan rangkaian inisiatif yang dapat meningkatkan performa kinerja Perusahaan terutama dari sisi pendapatan usaha," ujar Direktur Utama GIAA, Irfan Setiaputra di Jakarta, Selasa (1/10/2024).
"Lebih lanjut, perolehan peningkatan pendapatan usaha tersebut dikontribusikan oleh pendapatan penerbangan berjadwal sebesar USD 1,27 miliar yang tumbuh 15,72 persen (YoY), pendapatan penerbangan tidak berjadwal sebanyak USD 177,97 juta atau tumbuh 24,93 persen dari tahun 2023 di periode yang sama yakni USD 142,46 juta, dan pendapatan lainnya yang meningkat hingga 33,01 persen dari sebelumnya USD 126 juta menjadi USD 167,6 juta," sambung dia.
Selain itu, total nilai aset GIAA menyusut sebesar 2,71 persen dari posisi akhir 31 Desember sebesar USD 6,72 miliar menjadi USD 6,55 miliar per 30 Juni 2024.
Baca Juga: Potret Paus Fransiskus Terbang ke Papua Nugini Naik Garuda Indonesia
Kemudian, Jumlah liabilitas GIAA juga juga menguap 0,96 persen menjadi US$ 7,93 miliar per 30 Juni 2024, dibandingkan posisi 31 Desember 2023 yang mencapai USD 8,01 miliar.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
Terkini
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Bahlil 'Sentil' Pertamina: Pelayanan dan Kualitas BBM Harus Di-upgrade, Jangan Kalah dari Swasta!
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Program AND untuk 71 SLB, Bantuan Telkom Dalam Memperkuat Akses Digitalisasi Pendidikan
-
Dari Anak Tukang Becak, KUR BRI Bantu Slamet Bangun Usaha Gilingan hingga Bisa Beli Tanah dan Mobil
-
OJK Turun Tangan: Klaim Asuransi Kesehatan Dipangkas Jadi 5 Persen, Ini Aturannya
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Buat Tambahan Duit Perang, Putin Bakal Palak Pajak Buat Orang Kaya
-
Bank Mandiri Akan Salurkan Rp 55 Triliun Dana Pemerintah ke UMKM
-
Investasi Properti di Asia Pasifik Tumbuh, Negara-negara Ini Jadi Incaran