Suara.com - Dalam memperingati Hari Paru Sedunia, AstraZeneca menegaskan kembali komitmennya dan turut serta mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap kesehatan paru-paru serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya deteksi dini serta pengelolaan penyakit pernapasan.
"Penyakit pernapasan kronis dapat membawa akibat yang merugikan pada individu dan masyarakat, karena mempengaruhi produktivitas dan kualitas hidup. Penyakit pernapasan ini juga memberikan beban yang besar terhadap sistem kesehatan akibat meningkatnya angka rawat inap,” kata dr. Feddy, Medical Director AstraZeneca Indonesia ditulis Kamis (3/10/2024).
Dampak penyakit pernapasan pada individu, komunitas, dan perekonomian suatu negara sangat besar, namun sering kali tidak mendapat perhatian yang memadai. Pada tahun 2019, penyakit pernapasan kronis menjadi penyebab kematian terbesar ketiga di dunia, memengaruhi sekitar 454 juta orang, dan angka kejadiannya terus meningkat setiap tahunnya.
Laporan Global Burden of Diseases 2019 yang dirilis Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) memperlihatkan bahwa jumlah kasus penyakit pernapasan di Indonesia cukup tinggi, seperti pneumonia, asma, PPOK, dan kanker paru.
Adapun data dari beberapa penyakit pernapasan tersebut adalah pneumonia di Indonesia sebesar 5.900 kasus per 100 ribu penduduk; asma 504 kasus per 100 ribu penduduk; PPOK 145 kasus per 100 ribu penduduk; dan kanker paru 18 kasus per 100 ribu penduduk.
Faktor-faktor seperti polusi udara, kebiasaan merokok, dan penularan penyakit memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan paru-paru. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh adalah meningkatnya polusi udara saat ini, yang berdampak negatif pada kesehatan paru-paru.
Oleh karena itu, perlindungan dan perawatan kesehatan paru-paru menjadi hal yang penting untuk mendapatkan perhatian dari semua pihak, agar masalah ini dapat diatasi dengan cepat.
“Dalam menghadapi tantangan ini, kolaborasi lintas sektor menjadi sangat krusial. Berbagai inisiatif perlu dilaksanakan sebagai bentuk intervensi untuk mengurangi beban sistem kesehatan akibat penyakit pernapasan. Untuk mencapai tujuan ini, beberapa upaya dapat dilakukan, antara lain mengintegrasikan pemeriksaan kesehatan paru ke dalam program skrining kanker paru dan pemeriksaan kesehatan umum. Selain itu, menargetkan populasi berisiko tinggi secara proaktif di pelayanan kesehatan primer, termasuk ketersediaan dan pelatihan profesional kesehatan untuk penggunaan alat spirometri” jelas dr. Feddy.
Skrining dan deteksi dini menjadi kunci utama dalam menjaga kondisi pasien dengan penyakit pernapasan agar terhindar dari eksaserbasi atau kekambuhan.
Baca Juga: AstraZeneca Luncurkan Kampanye #AndHerTogether Perkenalkan Kanker Payudara HER2-Rendah
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2024, pneumonia penyebab sekitar 52.500 kematian setiap tahunnya sementara kanker paru berkontribusi pada 28.600 kematian dan asma menyumbang sekitar 27.600 angka kematian.
“Langkah penting lainnya adalah memastikan akses perawatan yang tepat waktu sesuai dengan rekomendasi dari Global Initiative for Asthma (GINA) dan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) bagi semua individu dengan penyakit pernapasan kronis. Hal ini mencakup dukungan terhadap keterlibatan pasien melalui pelatihan yang memadai dan penggunaan alat digital. Selain itu, program pemantauan serta rehabilitasi juga perlu diperkuat untuk mengurangi frekuensi kunjungan ulang ke rumah sakit,” tambah dr. Feddy.
Selama lebih dari 53 tahun di Indonesia, AstraZeneca telah mencanangkan berbagai inisiatif dan telah berkolaborasi dengan lintas sektor untuk memperkuat ekosistem kesehatan paru-paru di Indonesia.
Pada tahun 2024, AstraZeneca menandatangani Perjanjian Kerjasama dengan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan layanan fasilitas kesehatan primer dalam melakukan skrining berbagai penyakit respirasi, termasuk asma, PPOK dan kanker paru.
“Melalui kolaborasi yang erat dengan lintas sektor, AstraZeneca berkomitmen untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan paru-paru dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” tutup dr. Feddy.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
YES 2025: Ajak Anak Muda Berani Memulai Usaha, Waktu Menjadi Modal Utama
-
YES 2025: Berbagi Tips Investasi Bagi Generasi Muda Termasuk Sandwich Generation
-
Youth Economic Summit 2025 : Pentingnya Manfaat Dana Darurat untuk Generasi Muda
-
Kapan Bansos BPNT Cair? Penyaluran Tahap Akhir Bulan November 2025, Ini Cara Ceknya
-
Youth Economic Summit 2025: Ekonomi Hijau Perlu Diperkuat untuk Buka Investasi di Indonesia
-
Apa Itu Opsen Pajak? Begini Perhitungannya
-
Suara Penumpang Menentukan: Ajang Perdana Penghargaan untuk Operator Bus Tanah Air
-
Youth Economic Summit 2025: Peluang Industri Manufaktur Bisa Jadi Penggerak Motor Ekonomi Indonesia
-
Kapan Kenaikan Gaji Pensiunan PNS 2025 Cair? Ini Kata Kemenkeu dan Realitanya
-
Youth Economic Summit (2025) : Indonesia Diminta Hati-hati Kelola Utang