Suara.com - Para penyelidik kecelakaan berusaha mencari tahu apa yang menyebabkan pesawat Jeju Air mendarat darurat tanpa roda pendaratan di Bandara Internasional Muan di Korea Selatan bagian barat daya.
Pasalnya kecelakaan itumenewaskan semua kecuali dua dari 181 penumpang. Hal ini membuat pPresiden Interim Korea Selatan, Choi Sang-mok, memerintahkan pemeriksaan darurat terhadap Boeing 737-800 negara itu.
Tipe ini adalah salah satu pesawat yang paling umum digunakan di dunia. Serta memiliki catatan keselamatan yang kuat.
Berbeda dengan pesawat Boeing 737 Max yang terlibat dalam dua kecelakaan fatal pada tahun 2018 dan 2019 hingga menewaskan semua 346 orang di dalam pesawat tersebut.
Dilansir CNBC International, Selasa (31/12/2024), Jeju Air menerima pengiriman pesawat pada tahun 2017. Sebelumnya, pesawat tersebut dioperasikan oleh maskapai penerbangan murah Eropa Ryanair. Untuk usia rata-rata armada 737-800 adalah 13 tahun. Menurut Flightradar24, pesawat yang terlibat dalam kecelakaan itu biasanya berusia sekitar 15 tahun.
Sementara itu, investigasi menyeluruh bisa memakan waktu lebih dari setahun, dan insiden yang tidak biasa ini telah menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban, seperti mengapa roda pendaratan tidak dikerahkan.
Bahkan dengan kerusakan hidrolik, pilot Boeing 737-800 dapat menurunkan roda pendaratan secara manual. Satu teori melibatkan kemungkinan serangan burung yang menonaktifkan setidaknya satu atau kedua mesin.
"Jika itu terjadi pada ketinggian tempat mereka berada, mereka mungkin tidak punya waktu untuk melakukan daftar periksa darurat," kata Jeff Guzzetti, seorang pensiunan penyelidik keselamatan udara dari Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS dan Administrasi Penerbangan Federal.
Dia juga mengatakan jika pesawat itu tidak menabrak tumpukan tanah dan dinding keras di ujung landasan, kecelakaan itu bisa lebih bisa diselamatkan.
Selain itu, saham Boeing anjlok lebih dari 4 persen pada Senin pagi setelah pejabat setempat meminta inspeksi pada pesawat 737-800 yang dioperasikan oleh maskapai Korea Selatan, tetapi memangkas kerugian sebelumnya dan mengakhiri hari dengan penurunan 2,3 persen.
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
-
SoftBank Sutradara Merger Dua Musuh Bebuyutan GoTo dan Grab
-
Pertamina Bentuk Satgas Nataru Demi Pastikan Ketersediaan dan Pelayanan BBM
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
Terkini
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
-
SoftBank Sutradara Merger Dua Musuh Bebuyutan GoTo dan Grab
-
Bumi Berseru Fest 2025: Telkom Umumkan 42 Inovator Terbaik, Eco Produk sampai Teknologi Hijau
-
Efisiensi Meningkat: BPPTD Mempawah Pangkas Biaya Perawatan 30% Berkat Antares Eazy
-
BSI Kantongi Izin Jasa Simpanan Emas, Harga Jadi Terjangkau?
-
Indonesia Jual Emisi Karbon 12 Juta Ton ke Norwegia, Setara Hilangkan 2,6 Juta Mobil dari Jalanan
-
Pertamina Bentuk Satgas Nataru Demi Pastikan Ketersediaan dan Pelayanan BBM
-
Pindar Lebih Bergairah, Efek Dapat Guyuran Likuiditas Rp 200 Triliun
-
Danantara Banyak Kasih Syarat KRAS Sebelum Suntik Dana Rp 8,35 Triliun
-
Garuda Indonesia Tahan Datangkan 3 Pesawat Baru, Apa Alasannya?