Suara.com - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mencatat kenaikan biaya provisi yang signifikan pada kuartal IV 2024 yang mencapai 50,3 persen.
Mengutip laporan keuangan tidak diaudit BBNI, kenaikan biaya provisi ini mencapai Rp2,82 triliun dibandingkan kuartal sebelumnya yang hanya Rp1,87 triliun.
Kenaikan ini dipicu oleh ancaman kredit macet dari sejumlah debiturnya termasuk dari PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), perusahaan tekstil yang mengalami masalah keuangan.
BNI menjelaskan bahwa kenaikan biaya provisi ini merupakan langkah antisipasi yang diambil oleh bank untuk menghadapi potensi kerugian akibat kredit macet. Tak hanya itu BNI juga meningkatkan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) mereka atas situasi ini.
"Beban CKPN BNI pada 3 bulan terakhir 2024 atau kuartal IV- 2024 meningkat dibandingkan kuartal III tahun yang sama. Hal ini dilakukan untuk menekan risiko kredit bermasalah utamanya pada segmen kecil dan menengah," kata Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo Budiprabowo kepada Suara.com, Jumat (31/1/2025).
Meski demikian diirnya berdalih bahwa level pencadangan ini menurun 10,7 persen pada 2024 dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Hal ini terlihat dari menurunnya Credit Cost (CoC) menjadi 1,1 persen dari 1,4 persen pada tahun sebelumnya.
Begitu juga dengan kualitas kredit BNI yang juga semakin membaik dengan NPL ratio yang turun menjadi 2.0 persen dan LAR ratio yang juga membaik jadi 10.3 persen pada 2024.
Diketahui Sritex merupakan salah satu debitur besar BNI tengah mengalami kesulitan keuangan akibat pandemi COVID-19 dan masalah internal perusahaan. Hal ini menyebabkan Sritex gagal memenuhi kewajiban pembayaran utang kepada sejumlah perbankan termasuk BNI.
Kenaikan biaya provisi ini berdampak pada penurunan laba BNI pada kuartal IV 2024. Laba bank berlogo 46 ini turun 8,2 persen secara kuartalan menjadi Rp 5,15 triliun.
Baca Juga: Menteri Airlangga Puji Langkah BRI Hapus Utang UMKM, Ribuan Pelaku Usaha Terbantu!
Meskipun demikian Okki memastikan bahwa langkah antisipasi ini tidak akan berdampak signifikan pada kinerja BNI di masa depan.
Biaya provisi yang telah ditingkatkan dianggap sudah cukup untuk mengantisipasi risiko kredit macet Sritex.
"Pembentukan pencadangan yang terjaga dengan CoC di 1 persen ini sebagai pijakan yang solid dan prudent untuk memulai ekspansi bisnis BNI di tengah tantangan perekonomian global di tahun 2025," kata Okki.
BNI menjadi satu-satunya bank BUMN yang tengah berupaya keras untuk menagih utang sebesar US$23,807,151 atau sekitar Rp375 miliar yang macet di Sritex.
Utang tersebut berasal dari fasilitas kredit yang diberikan kepada anak perusahaan Sritex, Golden Mountain Textile and Trading Pte. Ltd di Singapura.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
Terkini
-
ASEAN dan China Upgrade FTA Versi 3.0, Hapus Hambatan Non-Tarif dan Buka Akses UMKM
-
Potensi EBT Melimpah, Pemerintah Sinkronisasi Aturan Soal Transisi Energi
-
Mau Lepas Ketagihan Impor LPG, Bahlil Mulai Proyek Hilirisasi Batu Bara Jadi DME pada 2026
-
Rupiah Dibuka Stagnan Pada Awal Pekan Ini
-
Ancaman Tarif AS Kian Nyata! BI Waspada, Aliran Modal Asing dari Emerging Market Terus Berfluktuasi
-
OJK Umumkan 5 Bank Telah Gulung Tikar
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
SPBU Pertamina Diminta Perbanyak Improvisasi Layanan, dari Toilet hingga Fasilitas Instagramable
-
Emas Antam Terjungkal, Harganya Rp 2.327.000 per Gram Hari Ini
-
IHSG Gaspol ke Level 8.300 di Awal Sesi Perdagangan Senin, Tapi Awas Tekanan Jual Mengintai