Suara.com - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut selama 10 tahun terakhir Indonesia selalu untung dalam kegiatan berdagang dengan Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data BPS sendiri AS menjadi salah satu negara yang konsisten menjadi penyumbang utama surplus neraca perdagangan Indonesia bersama dengan India dan Filipina.
"India, Filipina dan Amerika Serikat merupakan penyumbang utama surplus neraca perdagangan Indonesia dalam 10 tahun terakhir," kata Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dikutip Antara, Senin (21/4/2025).
Ia menyatakan pihaknya melakukan tinjauan khusus perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat untuk memberikan gambaran yang relevan terkait penerapan tarif resiprokal oleh negara tersebut.
Apabila dilihat dari neraca dagang, menurut Amalia volume perdagangan dengan AS mengalami tren peningkatan dalam 10 tahun terakhir yang ditopang peningkatan pesat ekspor nonmigas.
"Surplus neraca perdagangan tertinggi dengan Amerika Serikat terjadi pada tahun 2022, yakni sebesar 16,57 miliar dolar AS (Rp278,54 triliun, kurs Rp16.810)," katanya.
Lebih lanjut, dia mencontohkan komoditas unggulan Indonesia yang diekspor ke Amerika Serikat selama periode Januari sampai dengan Maret 2025 yakni mesin dan perlengkapan elektrik, dengan nilai ekspor 1,2 miliar dolar AS atau Rp20,1 triliun, sektor alas kaki dengan nilai ekspor 657,9 juta dolar AS atau Rp11 triliun, yang memiliki kontribusi 9,01 persen dari total ekspor Indonesia ke Amerika Serikat yang sebesar 7,3 miliar dolar AS atau Rp122 triliun.
Selain kedua sektor tersebut, Amalia menyatakan subsektor pakaian dan aksesoris rajutan maupun bukan rajutan juga memberikan kontribusi signifikan terhadap ekspor Indonesia ke AS, dengan persentase 16,39 persen serta memiliki nilai sebesar 1,19 miliar dolar AS atau Rp20 triliun.
Sementara sektor lemak dan minyak hewan nabati memberikan andil ekspor sebanyak 6,94 persen, dengan nilai 507,19 juta dolar AS atau Rp8,52 triliun.
Baca Juga: China Kasih Peringatan Keras Bagi Negara Lain yang Nego ke AS Soal Tarif Resiprokal
"Sepanjang Januari sampai dengan Maret 2025 nilai ekspor keempat komoditas ini mengalami peningkatan yang relatif baik dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu," kata dia.
Sedangkan untuk impor, disampaikan Amalia, Indonesia membeli produk mesin/peralatan mekanik, biji dan buah mengandung minyak, mesin/perlengkapan elektrik, ampas dan sisa industri makanan, serta instrumen optik, fotografi, sinematografi, dan medis dengan nilai perdagangan secara keseluruhan pada Januari hingga Maret 2025 mencapai 2,98 miliar dolar AS atau Rp50,12 triliun.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan tarif-tarif yang diterapkan AS untuk produk Indonesia jumlahnya jauh lebih tinggi daripada negara pesaing Indonesia yang lain. Indonesia menilai hal ini tidak adil.
Tarif super tinggi itu membuat produk Indonesia kalah saing dari negara pesaing di Asia Tenggara, Asia, bahkan dunia. Sebab banyak negara lain mendapatkan tarif lebih rendah dari itu. Indonesia ingin adanya keadilan dengan mendapatkan tarif yang sama atau bahkan lebih kecil.
"Kami tegaskan bahwa selama ini yang tarif tidak level playing field diterapkan AS, termasuk dengan negara pesaing kita di ASEAN bisa diberikan adil, dan kita ingin diberikan tarif yang tidak lebih tinggi," kata Airlangga.
Menurut Airlangga biaya tambahan yang timbul dari kebijakan tarif tersebut dinilai menambah beban para eksportir Indonesia, terutama karena pembeli dari Amerika meminta agar biaya tambahan tersebut turut dibagi bersama dengan eksportir, bukan ditanggung sepenuhnya oleh pihak pembeli.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
Terkini
-
IHSG Memerah di Perdagangan Terakhir 2025, Cek Saham-saham Ini
-
PPRE Raih Kontrak Baru di Penghujung Tahun Senilai Rp 1,2 Triliun
-
Merger BUMN Berlanjut 2026, Targetnya Karya dan Transportasi
-
OJK Lirik Pekerja Informal untuk Masuk Dana Pensiun
-
Daftar Jadwal Bank Beroperasi saat Tahun Baru 2026
-
Kekayaan Ridwan Kamil dan Atalia Praratya yang Dikabarkan Cerai
-
Merger BUMN Karya Tuntas Awal 2026, BP BUMN Ungkap Update Terkini
-
Target Harga BUMI di Tengah Aksi Jual Saham Jelang Tahun Baru
-
HET Beras Mau Dihapus
-
Dana Jaminan Reklamasi 2025 Tembus Rp35 Triliun, Syarat Wajib Sebelum Operasi!