Suara.com - Tahun pertama pemerintahan Prabowo Subianto dihadapkan pada tantangan kompleks, di mana optimisme pertumbuhan ekonomi domestik berpadu dengan ketidakpastian global yang dipicu oleh potensi kebijakan tarif dari Amerika Serikat (AS).
Di tengah dinamika ini, data terbaru menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia masih menunjukkan resiliensi, dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) triwulan I 2025 yang cukup solid.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa dari sisi pengeluaran, PDB triwulan I 2025 ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 4,89 persen (yoy). Pertumbuhan ini didorong oleh aktivitas perekonomian dan mobilitas masyarakat yang meningkat selama periode libur tahun baru dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri. Momentum perayaan dan tradisi mudik memberikan stimulus signifikan bagi belanja masyarakat.
Selain itu, ekspor juga menjadi motor penggerak pertumbuhan dengan mencatatkan angka 6,78 persen (yoy). Kinerja ekspor yang positif ini didukung oleh permintaan dari mitra dagang utama Indonesia serta pertumbuhan ekspor jasa seiring dengan peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara. Sektor pariwisata yang mulai pulih memberikan kontribusi signifikan terhadap devisa negara.
Meskipun demikian, investasi tercatat tumbuh lebih moderat sebesar 2,12 persen (yoy). Pertumbuhan ini sejalan dengan realisasi penanaman modal yang secara keseluruhan masih positif, namun perlu dicermati trennya ke depan mengingat ketidakpastian global.
Sebaliknya, konsumsi pemerintah mengalami kontraksi sebesar 1,38 persen (yoy). Hal ini wajar terjadi seiring dengan normalisasi belanja pemerintah pasca tingginya anggaran yang dialokasikan pada triwulan I 2024 untuk pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu). Sementara itu, konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 3,07 persen (yoy).
Dari sisi lapangan usaha (LU), pertumbuhan PDB triwulan I 2025 dipengaruhi oleh kinerja apik di beberapa sektor utama. Industri pengolahan dan perdagangan menjadi kontributor signifikan, didukung oleh permintaan domestik yang kuat selama Ramadan dan HBKN Idul Fitri. Selain itu, sektor transportasi dan pergudangan juga mencatatkan pertumbuhan positif seiring dengan peningkatan mobilitas dan aktivitas ekonomi.
Sektor pertanian juga patut diapresiasi karena mampu tumbuh positif berkat panen raya padi dan jagung. Kinerja sektor ini penting dalam menjaga ketahanan pangan dan memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian di daerah.
Secara spasial, pertumbuhan ekonomi triwulan I 2025 menunjukkan pemerataan yang cukup baik. Wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua) mencatatkan pertumbuhan tertinggi secara tahunan, diikuti oleh Jawa, Sumatera, Kalimantan, serta Bali dan Nusa Tenggara (Balinusra).
Baca Juga: Prabowo Siap Hadiri Acara Halalbihalal Purnawirawan TNI AD Sore Ini, Bakal Ada Kejutan?
"Hal ini mengindikasikan bahwa geliat ekonomi tidak hanya terpusat di Pulau Jawa," sebut laporan Bank Indonesia, Selasa (6/5/2025).
Meskipun data pertumbuhan triwulan I 2025 memberikan angin segar, tantangan besar membayangi perekonomian Indonesia di tahun pertama pemerintahan Prabowo. Potensi pengenaan tarif dagang oleh AS di bawah kepemimpinan Donald Trump menjadi momok yang dapat merusak kinerja ekspor dan investasi.
Langkah-langkah antisipatif dan diplomasi ekonomi yang kuat akan menjadi kunci bagi pemerintahan Prabowo dalam menghadapi tantangan ini. Upaya untuk diversifikasi pasar ekspor, meningkatkan daya saing produk dalam negeri, serta memperkuat kerja sama ekonomi dengan negara-negara lain menjadi krusial untuk memitigasi dampak negatif dari kebijakan perdagangan AS.
Data PDB triwulan I 2025 memberikan landasan yang cukup kuat bagi pemerintahan Prabowo untuk melangkah. Namun, kemampuan untuk menavigasi ketidakpastian global, terutama ancaman tarif Trump, akan menjadi ujian sesungguhnya dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dan mencapai target-target pembangunan yang telah ditetapkan. Sinergi antara kebijakan fiskal, moneter, dan perdagangan yang tepat sasaran akan menjadi penentu keberhasilan ekonomi Indonesia di tahun-tahun mendatang.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Kenapa Proyek Jalan Trans Halmahera Disebut Hanya Untungkan Korporasi Tambang?
-
Bertemu Wapres Gibran, Komite Otsus Papua Minta Tambahan Anggaran Hingga Dana BLT Langsung ke Rakyat
-
Sambut Bryan Adams Live in Jakarta 2026, BRI Sediakan Tiket Eksklusif Lewat BRImo
-
Proyek Waste to Energy Jangan Hanya Akal-akalan dan Timbulkan Masalah Baru
-
Geger Fraud Rp30 Miliar di Maybank Hingga Nasabah Meninggal Dunia, OJK: Kejadian Serius!
-
Laba PT Timah Anjlok 33 Persen di Kuartal III 2025
-
Kala Purbaya Ingin Rakyat Kaya
-
Didesak Pensiun, Ini Daftar 20 PLTU Paling Berbahaya di Indonesia
-
IHSG Berakhir Merosot Dipicu Aksi Jual Bersih Asing
-
Riset: Penundaan Suntik Mati PLTU Justru Bahayakan 156 Ribu Jiwa dan Rugikan Negara Rp 1,822 T