Suara.com - Ancaman kedatangan debt collector (DC) seringkali menjadi momok menakutkan bagi para nasabah pinjaman online (pinjol), terutama mereka yang terjerat pada platform ilegal yang tidak terdaftar dan diawasi oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Namun, di balik gertakan yang bertujuan menciptakan tekanan psikologis ini, terdapat sejumlah alasan praktis mengapa para penagih utang ini jarang sekali benar-benar menampakkan diri di depan pintu rumah nasabah. Alih-alih kunjungan fisik yang mengintimidasi, mereka lebih memilih metode penagihan jarak jauh seperti teror telepon dan pesan singkat. Berikut adalah beberapa alasan DC tidak menagih nasabah ke rumah:
1. Skala Operasi Pinjol Ilegal yang Masif dan Kendala Logistik
Platform pinjol ilegal seringkali beroperasi dengan jumlah nasabah yang sangat besar, tersebar di berbagai penjuru wilayah, bahkan hingga ke pelosok yang sulit dijangkau. Bayangkan seorang debt collector harus menempuh perjalanan jauh hanya untuk menagih satu atau dua nasabah di lokasi terpencil. Secara logistik, ini adalah tugas yang sangat tidak efisien dan memakan waktu. Sumber daya yang terbatas, baik jumlah debt collector maupun waktu operasional, membuat kunjungan ke semua nasabah yang menunggak menjadi praktis mustahil. Mereka harus memprioritaskan metode penagihan yang dapat menjangkau lebih banyak orang dalam waktu singkat, dan komunikasi jarak jauh adalah solusinya.
2. Pertimbangan Biaya Operasional yang Tidak Sebanding
Setiap kunjungan DC ke rumah nasabah membutuhkan biaya operasional. Ini meliputi ongkos transportasi seperti bahan bakar kendaraan, tarif tol, biaya parkir, dan bahkan akomodasi jika jaraknya sangat jauh. Bagi perusahaan pinjol ilegal yang seringkali beroperasi dengan margin keuntungan yang ketat dan berusaha meminimalkan pengeluaran, biaya-biaya ini dapat menjadi sangat signifikan, terutama jika nilai utang yang ditagih relatif kecil. Mereka akan melakukan kalkulasi yang cermat dan cenderung menghindari pengeluaran yang dianggap tidak produktif atau tidak sebanding dengan potensi hasil penagihan. Mengirim debt collector ke rumah nasabah yang jauh dan belum tentu bersedia membayar dianggap sebagai pemborosan sumber daya.
3. Status Pekerjaan Debt Collector yang Umumnya Bukan Karyawan Tetap
Sebagian besar DC yang bekerja untuk perusahaan pinjol ilegal bukanlah karyawan tetap dengan gaji bulanan yang stabil. Mereka umumnya adalah pihak ketiga atau pekerja lepas (freelancer) yang mendapatkan kompensasi berdasarkan keberhasilan penagihan. Dengan sistem insentif seperti ini, fokus utama mereka adalah efisiensi dan hasil yang cepat. Mereka akan cenderung menghindari aktivitas yang memerlukan biaya besar dan waktu lama tanpa jaminan hasil yang pasti. Mengunjungi rumah nasabah yang jauh dan berpotensi menimbulkan penolakan atau kesulitan pembayaran bukanlah prioritas mereka. Mereka lebih memilih metode yang lebih langsung dan berpotensi menghasilkan komisi lebih cepat, seperti tekanan psikologis melalui telepon dan pesan.
4. Strategi Penagihan yang Terfokus pada Nasabah dengan Potensi Pembayaran Tinggi
Demi efektivitas dan efisiensi, perusahaan pinjol ilegal dan DC mereka biasanya menerapkan strategi prioritas dalam penagihan. Mereka akan memfokuskan upaya mereka pada nasabah yang dianggap memiliki potensi terbesar untuk membayar utang. Indikator potensi ini bisa berupa responsif terhadap komunikasi, riwayat pembayaran sebelumnya (jika ada), atau informasi lain yang menunjukkan kemampuan atau kemauan untuk melunasi kewajiban. Nasabah yang sulit dihubungi, tidak responsif, atau memberikan indikasi ketidakmampuan membayar cenderung tidak menjadi prioritas untuk kunjungan langsung. Sumber daya yang terbatas akan dialokasikan untuk mengejar nasabah yang dianggap lebih prospektif.
Baca Juga: Bisakah Pelaku Galbay Pinjol Dituntut Secara Hukum? Ini Risiko dan Faktanya
5. Kekhawatiran Terhadap Risiko Pelaporan dan Tindakan Hukum Akibat Ilegalitas
Pinjol ilegal beroperasi di luar kerangka hukum dan pengawasan OJK. Praktik penagihan mereka seringkali melanggar batas kesopanan, bahkan mengarah pada intimidasi, ancaman, dan pemerasan. Kedatangan DC secara fisik ke rumah nasabah meningkatkan risiko terjadinya konfrontasi langsung dan potensi pelaporan kepada pihak berwenang. Laporan dari nasabah yang merasa terancam dapat memicu penyelidikan dan penindakan terhadap operasional pinjol ilegal tersebut. Oleh karena itu, dengan menghindari kunjungan langsung, mereka berharap dapat meminimalkan jejak fisik dan mengurangi risiko terdeteksi dan ditindak oleh aparat penegak hukum. Mereka lebih memilih metode penagihan jarak jauh yang dianggap lebih aman dari jeratan hukum.
Berdasarkan poin-poin di atas, jelas bahwa ancaman kedatangan debt collector pinjol ilegal ke rumah nasabah seringkali hanyalah taktik intimidasi psikologis yang bertujuan untuk menciptakan rasa takut dan memaksa nasabah untuk segera melunasi utang. Realitasnya, berbagai kendala logistik, biaya operasional, struktur insentif debt collector, strategi prioritas penagihan, dan ketakutan akan risiko hukum membuat kunjungan fisik menjadi pilihan yang kurang efektif dan berisiko bagi pihak pinjol ilegal. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk selalu berhati-hati dan hanya menggunakan layanan pinjaman dari platform yang terdaftar dan diawasi oleh OJK untuk menghindari praktik penagihan yang meresahkan dan berpotensi melanggar hukum.
Kontributor : Rizqi Amalia
Berita Terkait
-
Pinjol Singa Fintech: Ilegal atau Legal Berizin OJK?
-
Ancaman Risiko Galbay, Kapan DC Pinjol Datang ke Rumah?
-
Dedi Mulyadi Blak-blakan Soal Larang Wisuda Sekolah, Selamatkan Warga Jabar dari Jerat Pinjol
-
Review Film Korban Jatuh Tempo - Pinjol: Ada yang Lebih Horor dari Setan
-
Beda Syarat Pengajuan KUR dan Pinjaman Non-KUR BRI
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
Terkini
-
Maganghub Kemnaker: Syarat, Jadwal Pendaftaran, Uang Saku dan Sektor Pekerjaan
-
Perusahaan Ini Sulap Lahan Bekas Tambang jadi Sumber Air Bersih
-
2 Hari 2 Kilang Minyak Besar Terbakar Hebat, Ini 5 Faktanya
-
IHSG Tutup Pekan di Zona Hijau: Saham Milik Grup Djarum Masuk Top Losers
-
Maganghub Kemnaker Dapat Gaji Rp 3.000.000 per Bulan? Ini Rinciannya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
Meski Banyak Kasus Keracunan, Luhut Mau MBG Jalan Terus
-
Pertamina Siapkan Kualitas SDM Pelopor Ketahanan Pangan dan Transisi Energi
-
Dituding Bahlil Salah Baca Data Subsidi LPG 3 Kg, Menkeu Purbaya: Mungkin Cara Lihatnya yang Beda