Suara.com - Harga Pi Coin dari Pi Network,mengalami penurunan sekitar 22% dalam periode satu pekan terakhir. Tren negatif ini semakin memperpanjang pergerakan negatif kripto tersebut hingga mencapai titik terendah dalam tujuh hari pada angka $0,61 saat berita ini ditulias.
Penurunan yang signifikan ini mencerminkan sentimen pasar yang cenderung pesimis terhadap token tersebut, yang juga terjadi di tengah kontraksi pasar kripto secara keseluruhan.
Dikutip dari kanal resmi bursa kripto Pintu, Kapitalisasi pasar kripto global menunjukkan penurunan lebih dari 5% dalam tujuh hari terakhir, mengakibatkan penyusutan nilai total lebih dari $170 miliar. Koreksi pasar berskala besar ini telah memengaruhi kepercayaan investor, memicu aktivitas jual terhadap token PI dalam beberapa hari terakhir.
Tekanan jual yang menguat terhadap PI terlihat jelas melalui indikator BBTrend milik token ini. Indikator tersebut secara konsisten menampilkan batang histogram berwarna merah, yang merupakan sinyal adanya peningkatan momentum bearish. Pada saat artikel ini ditulis, nilai indikator tersebut berada pada -4,52.
BBTrend adalah indikator yang digunakan untuk mengukur kekuatan dan arah suatu tren pasar, berdasarkan pelebaran dan penyempitan Bollinger Bands. Nilai positif pada indikator ini umumnya mengindikasikan tren naik yang kuat, sementara nilai negatif menunjukkan peningkatan tekanan jual atau momentum bearish. Konsistensi nilai negatif pada BBTrend PI mengindikasikan bahwa harga PI seringkali ditutup mendekati batas bawah Bollinger Band, yang mencerminkan aktivitas jual berkelanjutan dan menandakan potensi penurunan harga yang berkepanjangan.
Selain itu, Smart Money Index (SMI) PI juga mengalami penurunan dalam beberapa hari terakhir. Kondisi ini mengindikasikan adanya pergerakan keluar modal dari investor institusional, yang dikenal sebagai “smart money”. Penurunan SMI sering dianggap sebagai indikator awal potensi penurunan harga yang lebih dalam, karena mencerminkan berkurangnya kepercayaan dari kategori investor utama tersebut.
SMI suatu aset memantau aktivitas investor institusional dengan menganalisis perilaku pasar pada jam pertama dan terakhir perdagangan. Peningkatan SMI biasanya mengisyaratkan peningkatan aktivitas beli oleh investor institusional, yang dapat menunjukkan potensi reli harga berkelanjutan. Sebaliknya, seperti yang terjadi pada PI, penurunan SMI mengindikasikan melemahnya permintaan institusional terhadap aset, yang dapat menjadi sinyal potensi penurunan harga lebih lanjut.
Potensi Penurunan dan Level Kritis
Meningkatnya aktivitas jual pada token PI menunjukkan bahwa dalam jangka pendek, token ini berisiko mengalami penurunan lebih lanjut. Jika tekanan jual terus berlanjut, altcoin ini berpotensi menembus level support krusial yang terbentuk di angka $0,55.
Baca Juga: Bos Indodax Pengin Aset Kripto Jadi Alat Bayar: Perputaran Ekonomi Bisa Lebih Cepat
Apabila pembeli (bulls) gagal mempertahankan level support tersebut, harga PI berisiko kembali turun menuju level terendah sepanjang masa, yaitu di angka $0,40.
Namun, skenario tersebut dapat dicegah jika terjadi lonjakan permintaan baru terhadap token ini. Apabila tekanan beli terhadap token Pi Network meningkat secara signifikan, harga PI memiliki potensi untuk terdorong naik hingga mencapai level $0,86.
Desclaimer: Redaksi Suara.com tidak bertanggung jawab atas segala bentuk kerugian, keuntungan, atau dampak finansial lainnya yang mungkin timbul sebagai akibat dari keputusan investasi yang diambil berdasarkan informasi yang disajikan dalam artikel atau konten lainnya. Informasi yang disajikan oleh Suara.com, termasuk berita, analisis, atau ulasan, hanya bersifat informatif dan edukatif. Informasi ini tidak dimaksudkan sebagai saran keuangan, rekomendasi investasi, atau ajakan untuk membeli atau menjual aset kripto tertentu.
Setiap keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan dan tanggung jawab pembaca. Selalu konsultasikan dengan penasihat keuangan profesional jika Anda membutuhkan saran yang disesuaikan dengan situasi finansial pribadi Anda.
Lakukan riset mandiri (DYOR - Do Your Own Research) sebelum melakukan investasi.
Berita Terkait
-
Pintu Pacu Penetrasi Aset Digital Lewat Strategi Referral dan Komisi Berjenjang
-
Profil PrimeAcademyFX: Skema Trading, Katalog Aset, dan Korelasi Eightcap
-
Harga Pi Coin Tertekan, Mampukah Bangkit dari Tekanan Jual dan Unlocks Token?
-
15 Game Penghasil Uang Kripto, Langsung Cair Plus Keuntungan Melimpah
-
Bos Indodax Pengin Aset Kripto Jadi Alat Bayar: Perputaran Ekonomi Bisa Lebih Cepat
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
Terkini
-
ASEAN dan China Upgrade FTA Versi 3.0, Hapus Hambatan Non-Tarif dan Buka Akses UMKM
-
Potensi EBT Melimpah, Pemerintah Sinkronisasi Aturan Soal Transisi Energi
-
Mau Lepas Ketagihan Impor LPG, Bahlil Mulai Proyek Hilirisasi Batu Bara Jadi DME pada 2026
-
Rupiah Dibuka Stagnan Pada Awal Pekan Ini
-
Ancaman Tarif AS Kian Nyata! BI Waspada, Aliran Modal Asing dari Emerging Market Terus Berfluktuasi
-
OJK Umumkan 5 Bank Telah Gulung Tikar
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
SPBU Pertamina Diminta Perbanyak Improvisasi Layanan, dari Toilet hingga Fasilitas Instagramable
-
Emas Antam Terjungkal, Harganya Rp 2.327.000 per Gram Hari Ini
-
IHSG Gaspol ke Level 8.300 di Awal Sesi Perdagangan Senin, Tapi Awas Tekanan Jual Mengintai