Suara.com - Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan terhadap tiga fasilitas nuklir di Iran, memicu lonjakan ketegangan geopolitik yang segera berdampak pada prospek ekonomi global, terutama harga minyak dan gas.
Para analis memperingatkan bahwa inflasi bisa meningkat kembali, dan harga minyak dunia hampir pasti akan melonjak. Harga minyak diperkirakan naik sekitar USD 5 per barel saat pasar dibuka Minggu malam waktu AS.
"Kami memperkirakan harga minyak $80 pada pembukaan," ujar Andy Lipow dari Lipow Oil Associates, seperti dikutip dari CNN, Senin (23/6/2025).
Sejak Agustus 2024, harga minyak AS sebagian besar berada di kisaran USD 60 hingga USD 75 per barel dan belum menyentuh level USD 80 sejak Januari lalu.
Harga minyak yang relatif stabil dalam beberapa bulan terakhir telah menjadi salah satu faktor yang menurunkan harga bensin di bawah USD 3 per galon di banyak wilayah Amerika Serikat, memberi kelegaan kepada konsumen dari tekanan inflasi. Namun, situasi ini terancam berubah drastis menyusul eskalasi konflik.
Meski demikian, ketidakpastian masih tinggi soal seberapa lama lonjakan harga minyak ini akan bertahan. Harga minyak dunia sempat naik sekitar 10 persen sejak serangan mendadak Israel ke Iran pada 13 Juni, namun kembali turun pada Jumat setelah Presiden AS Donald Trump memberi batas waktu dua minggu untuk memutuskan langkah selanjutnya terhadap Iran.
"Kita tidak boleh berasumsi bahwa harga minyak akan tetap naik hanya karena harganya naik. Itu tidak benar," kata Joe Brusuelas, kepala ekonom di firma akuntansi RSM.
Ia menekankan bahwa arah harga minyak kemungkinan besar akan bergantung pada langkah Iran selanjutnya, terutama soal kemungkinan pemblokiran Selat Hormuz. Selat Hormuz merupakan jalur penting bagi perdagangan minyak global, dengan sekitar 20 persen minyak mentah dunia melewati kawasan tersebut.
Pada Minggu, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menyatakan bahwa negaranya memiliki "berbagai pilihan" untuk merespons serangan AS. Seorang penasihat senior pemimpin tertinggi Iran bahkan menyerukan agar selat tersebut ditutup.
Baca Juga: Siapa Heinz von Foerster? Ilmuan AS yang Prediksi Kiamat 13 November 2026
Jika hal ini terjadi, maka ancaman terhadap stabilitas pasokan minyak global akan meningkat tajam. Bob McNally, presiden Rapidan Energy Group dan mantan penasihat energi Presiden George W Bush, memperingatkan bahwa tindakan Iran dapat memicu eskalasi militer dari AS dan sekutunya.
"Mungkin mereka akan memutuskan bahwa satu-satunya hal yang dapat menghalangi Presiden Trump adalah ketakutan akan kenaikan harga minyak. Mereka harus benar-benar menciptakan ketakutan itu," kata dia.
Di sisi lain, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, yang tampil dalam siaran Fox News pada hari Minggu, menyerukan peran aktif China dalam menahan Iran agar tidak menutup Selat Hormuz. "Saya mendorong pemerintah Cina di Beijing untuk menghubungi mereka mengenai hal itu, karena mereka sangat bergantung pada Selat Hormuz untuk minyak mereka," ujar Rubio, seraya menambahkan bahwa dampak penutupan selat lebih merugikan ekonomi negara lain dibanding Amerika Serikat.
Kekinian, China membeli sepertiga dari semua minyak yang berasal dari Teluk Persia, sementara AS hanya membeli kurang dari 3 persen.
Ancaman lonjakan harga minyak juga akan segera dirasakan langsung oleh konsumen di AS. Patrick De Haan, wakil presiden analisis minyak bumi di GasBuddy, menyebut bahwa efek harga bisa langsung terasa dalam waktu sangat singkat.
"Butuh waktu sekitar lima hari bagi stasiun untuk menyampaikan harga yang mereka lihat dalam satu hari. Jika harga minyak melonjak hari ini dan besok, harga tersebut dapat mulai terlihat di pompa bensin dalam hitungan jam," jelasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Cek Fakta: Viral Klaim Pigai soal Papua Biarkan Mereka Merdeka, Benarkah?
-
Ranking FIFA Terbaru: Timnas Indonesia Makin Pepet Malaysia Usai Kena Sanksi
-
Sriwijaya FC Selamat! Hakim Tolak Gugatan PKPU, Asa Bangkit Terbuka
-
Akbar Faizal Soal Sengketa Lahan Tanjung Bunga Makassar: JK Tak Akan Mundur
-
Luar Biasa! Jay Idzes Tembus 50 Laga Serie A, 4.478 Menit Bermain dan Minim Cedera
Terkini
-
OJK Rilis Daftar 'Whitelist' Platform Kripto Berizin untuk Keamanan Transaksi
-
Terkendala Longsor, 2.370 Pelanggan PLN di Sumut Belum Bisa Kembali Nikmati Listrik
-
Menperin Minta Jemaah Haji Utamakan Produk Dalam Negeri: Dapat 2 Pahala
-
OJK Sorot Modus Penipuan e-Tilang Palsu
-
Pertamina Rilis Biosolar Performance, BBM Khusus Pabrik
-
UMKM Kini Bisa Buat Laporan Keuangan Berbasis AI
-
Jelang Nataru, Konsumsi Bensin dan LPG Diramal Meningkat, Pertamina Siagakan 1.866 SPBU 24 Jam!
-
Darurat Komunikasi di Aceh: Saat Internet Mati Begitu Listrik Padam, Siapa yang Bertanggung Jawab?
-
Perluas Jangkauan Pelayanan, KB Bank Resmikan Grand Opening KCP Bandung Taman Kopo Indah
-
Distribusi BBM di Sebagian Wilayah Aceh Masih Sulit, Pertamina: Kami Terus Untuk Recovery