Suara.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, memasukkan Bahan Bakar Minyak (BBM) ke dalam daftar barang yang akan diimpor dari Amerika Serikat (AS).
BBM menjadi komoditas baru dalam rencana impor energi dari AS dalam kesepakatan Tarif Trump, yang sebelumnya hanya mencakup minyak mentah dan LPG.
Indonesia berencana mengimpor energi dari AS senilai USD 15 miliar, atau setara Rp 244,28 triliun (asumsi kurs Rp 16.285 per USD).
“Dari negosiasi itu salah satu materinya adalah proposal Indonesia kepada Amerika yang akan membeli kurang lebih sekitar USD10miliar sampai USD15miliar untuk LPG, kemudian BBM, dan crude,” ujar Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, yang dikutip Sabtu (19/7/2025).
Untuk merealisasikan impor tersebut, Bahlil saat ini tengah berkoordinasi dengan beberapa pihak, termasuk PT Pertamina (Persero) selaku pelaksana impor migas dari AS.
“ESDM sudah harus melakukan langkah-langkah dalam rangka menindaklanjuti, khususnya dengan Pertamina setelah itu, baru saya akan menyampaikan laporan perkembangan terakhir,” jelasnya.
Bahlil menegaskan, kesepakatan impor migas ini memiliki manfaat ekonomi bagi kedua negara. Ia menambahkan bahwa rencana impor ini akan direncanakan secara matang, termasuk menghitung biaya logistik.
"Semuanya kami akan hitung sesuai dengan harga keekonomian yang sama, harus saling menguntungkan dan kami ingin negara kita juga harus mendapatkan harga yang seefisien mungkin," bebernya.
Sebelumnya, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso, memastikan bahwa rencana impor minyak dan gas (migas) dari AS akan menggunakan skema business-to-business (B2B), tanpa menggunakan APBN.
Baca Juga: Mulai Bulan Depan Pertamina Gunakan Sistem Perizinan Digital Secara Penuh
Fadjar menyebut bahwa saat ini Pertamina telah menyepakati rencana impor migas dengan mitra strategis AS, namun belum bisa mengungkap nama mitranya karena terikat perjanjian non-disclosure.
“Kita belum bisa sebutkan, karena terkait dengan non disclosure agreement… karena memang kita kan B2B. Beda dengan G2G skemanya. Jadi kalau business to business memang ada beberapa skema yang kita juga tidak bisa sebutkan detail,” ujar Fadjar di Grha Pertamina, Jakarta, Rabu (16/7/2025).
Fadjar menegaskan bahwa impor migas dari AS yang dilakukan oleh Pertamina terbatas pada minyak mentah dan LPG, dan sampai saat ini belum ada pembahasan lebih lanjut mengenai LNG.
“Sampai saat ini yang terbatas masih minyak mentah dan LPG,” tegasnya
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Rp80 Jutaan: Dari Si Paling Awet Sampai yang Paling Nyaman
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
- Timur Kapadze Tolak Timnas Indonesia karena Komposisi Pemain
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 19 Kode Redeem FC Mobile 5 Desember 2025: Klaim Matthus 115 dan 1.000 Rank Up Gratis
Pilihan
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
Terkini
-
Investor Asing Borong Pasar Saham, SBN dan SRBI Rp 14,08 Triliun di Awal Desember
-
Rumah Murah Hadir di Purwakarta, Harganya Mulai di Bawah Rp 100 Juta
-
Indodax Ungkap Fokus Utama Perkuat Industri Aset Kripto RI
-
ESDM Ungkap Sejumlah SPBU BBM di Aceh-Sumut Mulai Beroperasi Normal, Cek Lokasinya
-
Syarat Dokumen KJP Pasar Jaya 2025 untuk Ambil Bansos Subsidi
-
ExxonMobil Buka Layanan Bunkering Mobil Diesel Rendah Sulfur di Kalimantan
-
ASN Bisa Naik Pangkat Tiap Bulan Mulai 2025, Ini Syaratnya
-
LPS Siap Jamin Polis Asuransi Mulai 2027
-
Perintah Habis Magrib Prabowo: Dasco Dilarang Absen, UMP 2026 Jadi Pertaruhan
-
PTAR Pengelola Tambang Emas Martabe di Tapsel, Hentikan Operasi Sementara!