Suara.com - Beban keuangan warga Korea Selatan (Korsel) meningkat. Salah satunya untuk membayar premi layanan asuransi kesehatan nasional yang bakal meningkat hingga seperempat dari pendapatan mereka.
Dilansir Koreaherald, kenaikan premi ini dikarenakan banyaknya masyarakat lanjut usai (lansia) di Korea Selatan. Berdasarkan, studi yang dilakukan oleh Platform Inovasi Teknobiz Universitas Nasional Seoul memperkirakan dampak finansial dari penuaan populasi terhadap asuransi kesehatan yang dikelola negara akan naik.
Apalagi, Korea Selatan secara resmi menjadi masyarakat lansia dengan over populasi. Sebab, banyaknya lansia 65 tahun yang tinggal di Korsel. Untuk itu, studi tersebut menyimpulkan tiga skenario yang mungkin.
Salah satunya, bahwa tingkat asuransi yang diamanatkan bagi mereka yang bekerja penuh waktu harus membayar premi asuransi sebesar 7,09 persen. Serta, akan naik menjadi 10,04 persen pada tahun 2035, 15,81 persen pada tahun 2050, dan menjadi 25,09 persen pada tahun 2072.
Sedangkan, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan menetapkan tingkat untuk program asuransi kesehatan yang dikelola negara setiap tahun sebagai proporsi dari pendapatan. Dari data itu, pata peneliti mencatat bahwa ini merupakan perkiraan konservatif, yang tidak memperhitungkan kemungkinan seperti kenaikan biaya layanan medis.
Padahal, saat ini upah umum menurun akibat kemerosotan ekonomi. NHIS merupakan bagian dari jaring pengaman kesehatan publik negara ini, yang diwajibkan bagi semua warga Korea dan banyak warga negara asing. Batas legal untuk iuran asuransi adalah 8 persen dari pendapatan.
Tetapi terdapat diskusi yang sedang berlangsung mengenai peningkatan batas tersebut. Dengan jumlah warga lanjut usia di negara ini yang lebih banyak daripada sebelumnya, rasio pengeluaran kesehatan saat ini terhadap produk domestik bruto (PDB) terus meningkat.
Rasio tersebut mencapai 2,6 persen dari PDB sepanjang tahun 1970-an, menurut Kementerian Kesehatan, tetapi telah meningkat menjadi 7,9 persen pada tahun 2020 dan menjadi 9,2 persen pada tahun 2023.
Kemajuan dalam pengobatan modern telah memperpanjang harapan hidup, tetapi penurunan yang berkelanjutan dalam tingkat fertilitas total—jumlah anak yang diharapkan dimiliki seorang perempuan selama hidupnya—telah mengakibatkan populasi yang menua secara keseluruhan.
Baca Juga: Selamat dari Resesi, Ekonomi Korsel Tumbuh 0,6 Persen di Kuartal II
Tingkat fertilitas total untuk tahun 2024 sedikit meningkat menjadi 0,75 dari 0,72 pada tahun 2023, tetapi masih merupakan angka terendah di antara negara-negara anggota Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD). NHIS menyisihkan sebagian premi untuk menanggung biaya medis lansia, yang saat ini ditetapkan sebesar 0,91 persen dari pendapatan setiap peserta.
Angka ini diperkirakan akan meningkat tajam menjadi 1,95 persen pada tahun 2035, 5,84 persen pada tahun 2050, dan 13,97 persen pada tahun 2072, yang berarti lebih dari 15 kali lipat angka pada tahun 2025.
Jumlah lansia yang membutuhkan perawatan jangka panjang juga diperkirakan akan melonjak pada periode tersebut, dari 7,14 persen populasi pada tahun 2023 menjadi 16,4 persen pada tahun 2072.
"Tanpa program asuransi kesehatan nasional yang berkelanjutan dan program asuransi perawatan jangka panjang, sistem jaminan sosial akan melemah dan menyebabkan penurunan kualitas hidup lansia di masyarakat superage," catat para peneliti.
Kemungkinan respons terhadap masalah ini meliputi perluasan layanan perawatan lansia di samping perubahan sistemik untuk mengelola pengeluaran terkait kesehatan secara lebih efektif. Studi tersebut juga menyarankan penyesuaian definisi hukum warga lanjut usia yang ditetapkan pada usia 65 tahun untuk keringanan pembayaran premi asuransi.
Berita Terkait
Terpopuler
- Dana Operasional Gubernur Jabar Rp28,8 Miliar Jadi Sorotan
- Viral Video 7 Menit Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Praktisi Hukum Minta Publik Berhati-hati
- Prabowo Dikabarkan Kirim Surat ke DPR untuk Ganti Kapolri Listyo Sigit
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
- Tutorial Bikin Foto di Lift Jadi Realistis Pakai Gemini AI yang Viral, Prompt Siap Pakai
Pilihan
-
Ketika Politik dan Ekonomi Turut Membakar Rivalitas Juventus vs Inter Milan
-
Adu Kekayaan Komjen Suyudi Ario Seto dan Komjen Dedi Prasetyo, 2 Calon Kapolri Baru Pilihan Prabowo
-
5 Transfer Pemain yang Tak Pernah Diduga Tapi Terjadi di Indonesia
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
Terkini
-
Pembangunan Akses Tol Bitung oleh Paramount Land Capai 80 Persen
-
PNM Bersama Holding Ultra Mikro Wujudkan Akses Keuangan Merata
-
Leony, Warisan Bisa Dikecualikan dari Pajak Penghasilan Tapi BPHTB Mengintai
-
Luhut Temui Aliansi Ekonom Indonesia, Bahas 7 Tuntutan ke Pemerintah
-
Cadangan Migas Baru Ditemukan di Muara Enim
-
Bandara Supadio Mulai Layani Penerbangan Internasional
-
Kemendag Ultimatum Gold's Gym, Harus Ganti Rugi Anggota Usai Penutupan Gerai Mendadak
-
Menkeu Purbaya Resmi Guyur Dana Jumbo Rp 200 Triliun ke Perbankan
-
Pabrik Baja di Surabaya Tumbang Imbas Gempuran Produk Impor
-
Emas Antam Kembali Mahal, Harganya Rp 2.095.000 per Gram