Suara.com - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) mencatatkan kerugian yang mendalam sebesar Rp 1,66 triliun pada Semester I-2025. Salah satu penyumbang kerugian itu konsorsium perusahaan yaitu PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia yang memberi andil Rp 542,31 miliar.
PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia merupakan perusahaan patungan WIKA dengan KAI, Jasa Marga dan PTPN sebagai pemegang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh.
WIKA memiliki saham di PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia sebesar 33,36 persen. Jumlah ini turun setelah konsorsium itu menerbitkan saham baru yang dimiliki seluruhnya oleh KAI.
Seperti dikutip dari laporan keuangan WIKA, Senin, 28 Juli 2025, sumbangan rugi dari PSBI agak menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 1,57 triliun.
Sementara, Chief Operating Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria menaruh perhatian soal konsorsium Kereta Cepat ini. Menurutnya, banyak opsi yang ditawarkan kepada pemerintah untuk menyelesaikan masalah itu.
"Jadi, masih ada beberapa alternatif yang akan kami sampaikan kepada pemerintah mengenai penyelesaian daripada kereta cepat ini," ujarnya kepada media pekan kemarin.
Kemudian, Dony juga akan mencari solusi jangka panjang untuk menyelesaikan utang-utang PSBI yang kekinian cukup besar.
"Kereta cepat ini kan hasil konsorsium yang di dalamnya ada KAI, WIKA, kemudian Jasa Marga. Nah, ini operasionalnya sedang kami lihat, bagaimana nanti solusi jangka panjang mengenai utang-utang konsorsium ini yang cukup besar dan kami ingin penyelesaian ini berjalan komprehensif," imbuhnya.
Sebelumnya, emiten karya pelat merah ini mencatatkan penyusutan pendapatan hingga 22,2 persen secara tahunan, hanya mencatat Rp5,858 triliun pada semester I 2025 berdasarkan laporan keuangan yang di unggah dilaman Bursa Efek Indonesia (BEI) pekan ini.
Baca Juga: Kondisi WIKA! Pendapatan Ambles, Rugi Miliar Rupiah, Defisit Menganga
Penurunan drastis ini dipicu oleh anjloknya pendapatan dari segmen infrastruktur dan gedung, yang melorot 32,3 persen menjadi Rp2,343 triliun. Tak hanya itu, pendapatan industri juga ikut terpukul, terjun bebas 29,7 persen menjadi Rp1,613 triliun.
Meskipun WIKA berhasil menekan beban pokok pendapatan hingga 21,8 persen, namun laba kotor tetap tergerus 26,8 persen, tersisa Rp472,55 miliar. Parahnya lagi, laba usaha WIKA anjlok 96,08 persen, hanya menyisakan Rp133,2 miliar!
Salah satu pemicu utama kerugian ini adalah anjloknya pendapatan lain-lain sebesar 79,6 persen. Pada semester I 2025, WIKA tidak lagi membukukan keuntungan dari restrukturisasi pinjaman, padahal pada periode yang sama tahun lalu pos ini sempat menyumbang keuntungan fantastis Rp3,944 triliun.
Situasi diperparah dengan beban keuangan yang membengkak hingga Rp1,38 triliun, ditambah dampak kerugian dari perusahaan pengendalian bersama sebesar Rp542,31 miliar, dan pajak final Rp109,55 miliar.
Akibatnya, WIKA kini menderita rugi sebelum pajak Rp1,693 triliun, dan lebih mengerikan lagi, rugi bersih sedalam Rp1,663 triliun. Defisit perusahaan pun semakin dalam, membengkak 17,8 persen menjadi Rp11,2 triliun pada akhir Juni 2025. Tak pelak, total ekuitas perseroan pun terkikis 14,4 persen, menyisakan Rp10,1 triliun.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Pilihan Produk Viva untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Rp20 Ribuan
- 7 Mobil Bekas di Bawah Rp50 Juta untuk Anak Muda, Desain Timeless Anti Mati Gaya
- 7 Rekomendasi Mobil Matic Bekas di Bawah 50 Juta, Irit dan Bandel untuk Harian
- 5 Mobil Mungil 70 Jutaan untuk Libur Akhir Tahun: Cocok untuk Milenial, Gen-Z dan Keluarga Kecil
- 7 Sunscreen Mengandung Niacinamide untuk Mengurangi Flek Hitam, Semua di Bawah Rp60 Ribu
Pilihan
-
Harga Emas Turun Hari ini: Emas Galeri di Pegadaian Rp 2,3 Jutaan, Antam 'Kosong'
-
Trik Rahasia Belanja Kosmetik di 11.11, Biar Tetap Hemat dan Tetap Glowing
-
4 HP Memori 512 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer dan Konten Kreator
-
3 Rekomendasi HP Infinix 1 Jutaan, Speknya Setara Rp3 Jutaan
-
5 HP Layar AMOLED Paling Murah, Selalu Terang di Bawah Terik Matahari mulai Rp1 Jutaan
Terkini
-
Inovasi Keuangan Berkelanjutan PNM Mendapatkan Apresiasi Berharga
-
Harga Emas Turun Hari ini: Emas Galeri di Pegadaian Rp 2,3 Jutaan, Antam 'Kosong'
-
Ekonom Bongkar Strategi Perang Harga China, Rupanya Karena Upah Buruh Murah dan Dumping
-
Sosok Rahmad Pribadi: Dari Harvard Hingga Kini Bos Pupuk Indonesia
-
Laba SIG Tembus Rp114 Miliar di Tengah Lesunya Pasar Domestik
-
Sepekan, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1 Triliun
-
Laba Bank SMBC Indonesia Anjlok Jadi Rp1,74 Triliun
-
Produsen Indomie Kantongi Penjualan Rp90 Triliun
-
OJK Bongkar Maraknya Penipuan Digital, Banyak Pelaku Masih Berusia Muda
-
Bank Mega Syariah Catat Dana Kelolaan Wealth Management Tembus Rp 125 Miliar