Suara.com - Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, mengajak Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) untuk menyusun daftar proyek prioritas dan yang harus dihindari, berdasarkan tingkat risikonya.
“Yuk, dorong Danantara agar memiliki daftar proyek blacklist dan whitelist,” ujar Bhima dalam diskusi bertajuk “Mendanai Krisis Iklim: Bagaimana Perbankan di Indonesia Mendukung Pembiayaan Batu Bara” yang berlangsung di Jakarta, Kamis (31/7/2025).
Menurut Bhima, proyek-proyek yang masuk ke dalam daftar putih sebaiknya merupakan inisiatif rendah emisi karbon. Misalnya, proyek instalasi dan komponen energi terbarukan, pembangunan jaringan transmisi, serta proyek yang dapat memberi nilai tambah ekonomi.
Ia menyebut beberapa sektor yang patut didukung, seperti industri chlor alkali (garam) di Aceh, Kalimantan Timur, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Riau, Banten, dan NTT; industri nata de coco di kawasan industri Tenayan, Riau; serta industri oleoresin dari pala di Fakfak, Papua Barat.
Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya mendukung industri fillet ikan nila di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, serta industri karagenan dari rumput laut di Kupang, NTT.
Di sisi lain, Bhima menegaskan bahwa proyek-proyek yang berisiko tinggi dan tidak sejalan dengan target penurunan emisi karbon harus dimasukkan ke dalam daftar hitam dan tidak dibiayai oleh Danantara maupun anak usahanya. Risiko tersebut termasuk potensi menjadi stranded asset dan membebani masyarakat, misalnya melalui dampak terhadap kesehatan.
Ia secara khusus menyebut proyek Dimethyl Ether (DME) berbasis batu bara yang direncanakan di berbagai lokasi seperti Bulungan, Kutai Timur, Kota Baru, Muara Enim, Pali, dan Banyuasin sebagai contoh proyek yang sebaiknya dihindari.
Selain proyek DME, Bhima juga menilai pembangunan kilang minyak dan fasilitas penyimpanan minyak termasuk dalam kategori yang harus dihindari.
“Sayangnya, kita tampaknya masih terus mengandalkan investasi di sektor energi fosil,” pungkasnya.
Baca Juga: Dahnil Anzar Soroti Kawasan Mandiri Tak Boleh Hanya Jadi Proyek Properti, Harus Jadi Ruang Hidup
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
Belajar dari Cinta Kuya: 5 Cara Atasi Anxiety Attack Saat Dunia Terasa Runtuh
-
Kritik Menkeu Purbaya: Bank Untung Gede Dengan Kasih Kredit di Tempat yang Aman
-
PSSI Diam-diam Kirim Tim ke Arab Saudi: Cegah Trik Licik Jelang Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Pemain Eropa Telat Gabung, Persiapan Timnas Indonesia Terancam Kacau Jelang Hadapi Arab Saudi
-
STY Sudah Peringati Kluivert, Timnas Indonesia Bisa 'Dihukum' Arab Saudi karena Ini
Terkini
-
OJK Akui Mayoritas Bank Revisi Target Jadi Lebih Konservatif, Ekonomi Belum Menentu?
-
Pertamina Berhasil Reduksi 1 Juta Ton Emisi Karbon, Disebut Sebagai Pelopor Industri Hijau
-
Pemerintah Dorong Perlindungan BPJS Ketenagakerjaan Bagi Pengusaha UMKM, Dukung UMKM Naik Kelas
-
Rp11 Miliar untuk Mimpi Anak Morosi: Sekolah Baru, Harapan Baru
-
Dulu Joao Mota Ngeluh, Ternyata Kini Agrinas Pangan Nusantara Sudah Punya Anggaran
-
Kekhawatiran Buruh Banyak PHK Jika Menkeu Purbaya Putuskan Kenaikan Cukai
-
Investor Mulai Percaya Kebijakan Menkeu Purbaya, IHSG Meroket
-
Resmi! DPR Setuju Anggaran Kemenag 2026 Naik Jadi Rp8,8 Triliun
-
Kritik Menkeu Purbaya: Bank Untung Gede Dengan Kasih Kredit di Tempat yang Aman
-
Atasi Masalah Sampah di Bali, BRI Peduli Gelar Pelatihan Olah Pupuk Kompos Bermutu