Suara.com - Indonesia berhasil menerbitkan Kangaroo Bond perdananya, yaitu surat utang negara (SUN) berdenominasi dolar Australia, dengan hasil yang luar biasa. Penawaran yang dibuka hanya dalam satu hari ludes diserbu investor hingga 10 kali lipat dari target, atau oversubscribed!
"Tingginya minat investor global termasuk investor domestik Australia ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi dan kredibilitas pengelolaan fiskal Indonesia," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam keterangan resminya di Jakarta dikutip Sabtu (9/8/2025).
Kangaroo Bond perdana ini dibuka pada 7 Agustus 2025 dengan dua seri, yaitu:
- Seri RIAUD0830 (tenor 5 tahun) senilai 500 juta dolar Australia (sekitar Rp5,3 triliun).
- Seri RIAUD0835 (tenor 10 tahun) senilai 300 juta dolar Australia (sekitar Rp3,18 triliun).
Total orderbook yang masuk mencapai sekitar 8 miliar dolar Australia atau setara Rp84,8 triliun, jauh melampaui target penerbitan yang hanya 800 juta dolar Australia.
Permintaan yang membludak ini memungkinkan pemerintah menetapkan tingkat imbal hasil (yield) akhir yang jauh lebih kompetitif.
- Yield seri RIAUD0830 turun 25 basis poin menjadi 4,427%.
- Yield seri RIAUD0835 turun 30 basis poin menjadi 5,380%.
Penurunan yield ini menunjukkan bahwa investor bersedia menerima imbal hasil yang lebih rendah karena yakin dengan prospek investasi pada surat utang Indonesia.
Sri Mulyani menegaskan bahwa penerbitan ini adalah langkah strategis untuk diversifikasi pembiayaan APBN dan memperluas basis investor global. Ini juga menjadi milestone peningkatan kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Australia.
Menteri Keuangan Australia, Jim Chalmers, menyambut baik obligasi ini dan menyebutnya sebagai contoh kemitraan ekonomi yang solid. "Kami sangat senang melihat betapa cepat dan antusiasnya pasar dalam merespons obligasi Australian Dollar pertama dari pemerintah Indonesia," kata Jim Chalmers.
Dana hasil penerbitan obligasi ini akan digunakan untuk pembiayaan APBN 2025. Kangaroo Bond ini berhasil memperoleh peringkat yang solid, yaitu Baa2 dari Moody's, BBB dari Standard & Poor's, dan BBB dari Fitch. Transaksi bersejarah ini difasilitasi oleh ANZ, Standard Chartered Bank, dan UBS Bank sebagai Joint Lead Managers.
Baca Juga: Harta Sri Mulyani Meningkat Tajam, Jadi Sorotan di Tengah Kenaikan Pajak
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
- 4 Mobil Bekas dengan Sunroof Mulai 30 Jutaan, Kabin Luas Nyaman buat Keluarga
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 5 Mobil Bekas 3 Baris 50 Jutaan dengan Suspensi Empuk, Nyaman Bawa Keluarga
- 5 Motor Jadul Bermesin Awet, Harga Murah Mulai 1 Jutaan: Super Irit Bensin, Idola Penggemar Retro
Pilihan
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
John Herdman Dikontrak PSSI 4 Tahun
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
4 Rekomendasi HP Xiaomi Murah, RAM Besar Memori Jumbo untuk Pengguna Aktif
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
Terkini
-
Pertamina Bawa Pulang Minyak Mentah Hasil Ngebor di Aljazair
-
OJK Beberkan Update Kasus Gagal Bayar P2P Akseleran
-
Relokasi Rampung, PLTG Tanjung Selor Berkapasitas 20 Mw Mulai Beroperasi
-
Pusing! Pedagang Lapor Harga Pangan Melonjak di Nataru, Cabai Rawit Tembus Rp 80.000/Kg
-
Support Pembiayaan, BSI Dukung Program Makan Bergizi Gratis
-
Apresiasi Ferry Irwandi, IKAPPI Usul Skema Distribusi Masif untuk Tekan Harga Pangan
-
Awas! Ada 4 Bakteri Berbahaya di Bawang Bombai Ilegal
-
Danantara Guyur Pinjaman Rp 2 Triliun ke BTN, Buat Apa?
-
Maknai Natal 2025, BRI Peduli Wujudkan Kepedulian Melalui Penyaluran Puluhan Ribu Paket Sembako
-
Transformasi Makin Cepat, Potensi Ekonomi Digital Bisa Tembus 360 Miliar Dolar AS